Selasa, 30 September 2014

O G G Y

Malam itu hujan cukup deras. Oggy si kucing cantik namun tak terawat itu sedang berteduh di kolong mobil bersama ketiga anaknya. Ia hanya bisa menunggu hujan reda kemudian ia melanjutkan perjalanan yang entah kemana. Oggy dulu bertuan, Nona Dea adalah pemilik Oggy yang baru. Namun setelah Nona Dea dihadiahi sebuah anjing lucu, Oggy tersingkirkan. Oggy tak lagi dirawat seperti dulu, tak lagi diberi makan, diterlantarkan. Bahkan sekarang, Nona Dea membawa Oggy pergi jauh dan meninggalkannya di tempat asing.

Oggy sedih. Ia tak mengerti mengapa Nona Dea bisa setega itu kepadanya. Ketika sudah tak butuh, ia dicampakan dan dibuang bagai sampah. Padahal selama ini, Oggy lah yang menemani hari-hari Nona Dea yang kesepian karena ayah ibunya bekerja. Namun kini setelah Nona Dea beranjak remaja, ia lebih memilih merawat Figi, anjing lucu pemberian kekasihnya.

Oggy menatap kubangan air dengan miris. Ini pertama kalinya ia ada di jalan, di dunia bebas tanpa batas. Selama ini ia selalu dimanja dan dijaga, tak pernah sekalipun keluar rumah Nona Dea yang megah dan kini hidupnya berputar arah. Oggy kehilangan semuanya.
"Apakah semua manusia begitu?" tanya Oggy dalam hati.

Ketika hujan sudah benar-benar berhenti, Oggy mengajak ketiga anaknya pergi. Oggy tertegun melihat tiga anaknya menggigil kedinginan. Oggy mendekap anak-anaknya, menjilatinya, mencoba menghibur anaknya yang juga terluka.

"Ibu kita mau kemana?" tanya Icil si bungsu.
"Ibu pun tak tahu, Nak," Oggy menggeleng.
"Kenapa Nona Dea begitu jahat pada kita?" tanya Gemblong, si sulung.
"Ibu pun tak tahu," Oggy menggeleng lagi.
"Bu, apakah semua manusia sama? Ketika sudah tak butuh kami akan dibuangnya?" kini giliran Icah yang bertanya.
Oggy menghela nafas. Meski ia pun tak tahu jawabannya tapi ia buat jawaban terbaik untuk anaknya.
"Ibu rasa tidak, Nak. Di luar sana masih banyak manusia yang sayang kepada binatang. Masih banyak yang peduli. Ibu yakin, kita pasti bisa bertemu dengan orang baik itu. Percayalah."

Ketiga anak Oggy saling tatap, meski ragu, mereka lebih memilih memercayai ibunya. Mereka yakin akan segera punya tuan yang baru.

-Saidahumaira-
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Konspirasi Setoples Permen

Hancurkan! Rusak!

Teriakan teriakan penuh emosi membara dari dalam Toples permen. Semua yang tergabung dalam toples itu adalah permen permen buangan, yang gagal produksi. Beraneka ragam, mulai dari permen jahe sampai lolipop.

Mereka tidak terima dengan pendiskriminasian oleh manusia yang memisahkan mereka dari permen lainnya. Padahal kegagalan dalam produksi mereka tidaklah fatal, kalau permen paling rasanya kurang manis, atau lolipop tangkainya sedikit retak.

"Ah, tidak adil kita disini ibarat sampah. Padahal kita masih bisa dikonsumsi. Jutaan orang di muka bumi ini masih memerlukan makanan, tapi kita malah dibuang buang " teriak Permen Jahe

"Betul, lebih baik kita diberikan ke anak anak yang mengalami kekurangan makanan, daripada hanya berakhir menjadi abu" sahut Permen Mint.

"Itulah manusia, mereka sering memubazirkan makanan. Lupa kalau saudaranya dibelahan dunia lain, banyak mati kelaparan" tambah Permen Coklat.

"Pecahkan toples ini, setelah itu kita kabur, mendatangi anak anak yang membutuhkan kita" teriak Permen Lolipop

"Setuju!!" Sahut mereka Kompak.

Tapi mereka tetaplah permen, benda mati yang tak bisa bergerak, kecuali digerakkan oleh Manusia. Kita.

Feed the world!


-Doddy Rakhmat-

Minggu, 28 September 2014

Roti Manis

Diana menatap peralatan membuat roti dengan pilu. Setelah lima tahun, sudah saatnya ia berteman kembali dengan dunianya itu. Sebisa mungkin Diana menepis kenangan masa lalunya, namun lagi-lagi ia tak mampu membendung air matanya. Ia sungguh merindu dengan....ibunya.

Ibunya seorang pembuat roti terkenal di desa Kincir. Roti buatan ibunya adalah roti paling nikmat yang selalu saja habis terjual bahkan dalam waktu kurang dari dua jam. Diana, putri tunggal keluarganya, tak pernah absen membuat roti setiap hari. Dalam waktu sehari, mereka biasa membuat roti lima sampai enam kali. Dan sudah dipastikan, semuanya laris tak bersisa. Namun, kehidupan mereka sebagai pembuat roti yang akhirnya juga merenggut nyama ibunya.

Kejadian itu sudah lima tahun berlalu. Saat itu ibunya sedang membuat sebuah roti spesial untuk Diana, roti manis. Roti kesukaan Diana, yang akan ibunya persembahkan di hari ulang tahun Diana ke-17 saat itu. Kendati tetap menerima orderan dan harus membuat kue untuk dijual, sang ibu terlihat begitu sibuk hingga belum tidur saat hari menjelang pagi. Peralatan membuat kue yang berantakan tak digubrisnya. Dan sebuah margarin yang berceceran di lantai menjadi sebuah pertanda buruk bagi ibu Diana. Matanya tak awas, langkahnya yang tak hati-hati membuatnya terpeleset oleh margain cair itu. Hingga ibunya terjatuh dan terbentur lantai dengan cukup keras. Usianya yang menjelang senja, kesehatannya yang tak lagi sekuat muda, membuat ibunya tak mampu lagi bertahan. Ibunya berteriak menyebut nama Diana, Diana terbangun dari lelapnya mimpi dan mendapati ibu tercinta tergeletaj tak berdaya hingga menghembuskan nafas terakhir di pangkuannya. Diana sedih, menangis, meronta. Namun itu tak mampu mengembalikan hidup ibundanya.

Diana buru-buru menghapus air matanya. Meski setiap kali melihat peralatan membuat kue membuatnya ingat tentang kematian ibunya, namun Diana tetap harus kembali bersahabat dengan dunianya. Bersahabat dengan hidup tanpa ibunya.


-Saidahumaira-

Mimpi

Kehidupan masa lalu Tara tidak semulus yang dilihat orang sekarang, Tara melewati masa masa sulit ketika ia harus menjadi tulang punggung keluarga terlalu dini.

Ayahnya meninggal dunia saat ia berumur 3 tahun, sedangkan Ibunya hanya seorang penjual kue basah keliling. Ibunya mengambil kue kue itu di salah satu penjual besar, dan Ibu hanya menjualkannya saja secara berkeliling. Masuk dari gang ke gang.

Tara memiliki seorang adik angkat perempuan bernama Rita. Umurnya baru 5 tahun saat itu, sedangkan Tara sudah menginjak umur 13 tahun. Walau perekonomian mereka pas-pas an, Tara tetap bersekolah. Ia lebih banyak membantu Ibunya berjualan setelah sekolah daripada bermain bersama teman-temannya. Kadang Tara iri melihat teman temannya bisa jajan di kantin sekolah, tapi Tara mengerti keadaan keluarganya sekarang.

Yang dilakukan Tara adalah terus memberikan yang terbaik kepada Sang Ibu, membuatnya terus giat belajar, ikut ekstrakulikuler sains di sekolah, ia bercita-cita menjadi ilmuwan.

Beruntung dengan kepandaiannya, ia selalu mendapatkan beasiswa dari sekolah. Yang paling membanggakan adalah ketika Tara menghadiahkan Ibunya sebuah Mukena dan Sajadah berkat kemenangan ia dalam Olimpiade Sains Bidang Fisik.
Ia menganggap hadiah itu adalah sebagai piala pencapaian keberhasilan, bukan hanya prestasi yang biasa.
Piala yang menjadi sangat berharga dan bermakna.

Menurutnya itulah Piala yang tak kan pernah dilupakan seumur hidupnya. Piala yang menjadikannya seorang penemu terkenal abad ini.

Ya, DR Tara Sumardihardjo, Sang Penemu, Dream Electromagnetic Visual Display. Dev- Display. Sebuah perangkat untuk membaca gelombang elektro dan aktivitas otak selama tidur serta menampilkan bentuk mimpi secara nyata dan dapat dilihat jelas dalam sebuah monitor.

"Dengan melihat memvisualisasikan mimpi, maka semua orang akan mengetahui. Mimpi apa yang masih terpendam, mimpi mimpi membangun negeri ini" , pesan Tara Si Penjual Jajanan yang Tak Pernah Jajan.

-Doddy Rakhmat-

Sabtu, 27 September 2014

Sweet Espresso

Sedari tadi Rini terlihat membawa Buku Diarinya di tangan kanannya, bolak balik di dalam kamarnya yang serba tosca. Memandang keluar melalui jendela, dia merasa cemas. Ada yang mengganjal di hatinya, mungkin itu rindu.

Rindu bertemu dengan Yos, Teman kuliahnya dulu yang sekarang bekerja di ruangan yang sama tapi di gedung berbeda.

Yos, tipikal pemuda yang santai, teduh, tapi humoris. Ia lebih banyak menutup diri saat betul-betul fokus dalam pekerjaan, dan menyebarkan tawa saat jam istirahat kantor.

Yos memiliki kebiasaan minum Espresso. Espresso adalah jenis minuman kopi yang sangat amat pahit, disajikan dalam takaran kecil.

Sama seperti perasaan Rini, ia menyimpan perasaan kecil yang berbeda tentang Yos.

Ia mengagumi Yos, dan ketika Rini sudah tak sabar lagi menahan perasaannya. Maka ia jumpai Yos di sebuah coffeshop tempat favorit Yos.

Tanpa basa basi Rini mengungkapkan perasaannya, berharap mendapat jawaban yang menyenangkan. Rini malah ditinggal oleh Yos begitu saja, tanpa sempat menjawab. Hanya menyisakan satu sloki Espresso yang sudah diminum setengahnya.

Rini merasa dunia akan runtuh menimpa dirinya, perasaannya remuk seketika. Yang lebih menyakitkan adalah dia belum mendengar jawaban dari Yos.

Sudah seminggu sejak pertemuan itu, Rini mengucilkan diri. Ia sering menghabiskan waktu di sebuah cafe di dekat kantornya.
Suatu sore, Rini duduk di salah satu meja cafe itu, tiba tiba pelayan mendekat, dan memberikan satu cangkir Espresso dan kertas kecil.

Rini kebingungan karena dia tidak memesan minuman itu. Pelayan menyampaikan bahwa ada seseorang yang sengaja memesan untuknya. Rini membaca tulisan di kertas kecil itu,

"Maaf kalau membuatmu menunggu, dan maaf kalau sudah meninggalkanmu waktu itu. Aku meninggalkanmu bukan karena aku tidak ingin memberikan jawaban. Tapi aku terkejut, karena aku juga memiliki perasaan yang sama tentangmu. Aku gugup. Aku belum siap, sebagai penebus kesalahanku terimalah minuman ini.

"Please Be my Sweet Espresso"

-Yos
Powered by Telkomsel BlackBerry®

SAH!

Natasha gugup sekali. Sebentar lagi ia akan menyandang status baru, sebagai seorang istri. Beberapa bulan lalu ia menerima pernyataan cinta dari Faris, teman lamanya di kampus. Empat tahun berlalu mereka tak pernah sekalipun bersua. Jarak yang terbentang di antara mereka hanya memungkinkan keduanya berbagi sapa dan cerita melalui dunia maya. Awalnya Natasha tak pernah menduga bahwa teman hidup yang selama ini ia pinta dalam doa adalah teman lamanya. Padahal sebelum Faris, Natasha pernah beberapa kali dekat dengan lelaki. Tuhan yang punya rencana, hatinya berlabuh pada Faris. Faris pun menyatakan perasaannya dengan melamar Natasha.
Detik-detik menjelang ijab kabul, perasaan Natasha tak menentu. Bahagia sudah pasti, rasa haru, takut, sedih juga turut andil menyumbang emosi dalam hati. Faris telah duduk di depan penghulu, sedangkan Natasha menanti di ruangan yang berbeda. Natasha hanya mendengar suara-suara yang terjadi di ruang prosesi. Kini tiba saatnya Faris mengucapkan janji atas nama Allah untuk membina cinta yang hakiki dalam ikatan suci bernama pernikahan.
"Saya terima nikah dan kawinnya Natasha Putri binti Muhammad Rizal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 100kg dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi, Sah?"
"SAH!"
"Barakallah."
Semua yang hadir memanjatkan doa untuk Faris dan Natasha. Usai ijab kabul, Natasha pun dipersilahkan bertemu dengan Faris, teman lama yang kini telah sah menjadi suaminya, teman hidupnya. Natasha memandang wajah Faris, setitik air mata jatuh di pipinya. Ia teramat bahagia. Dan untuk bertama kalinya, Natasha mempersilahkan seorang lelaki mencium keningnya. Faris mencium kening Natasha dengan mesra, Natasha balas mencium tangan Faris dengan hormat. Mereka saling bertatapan dan melempar senyuman. Tak ada yang bisa menggambarkan perasaan Natasha saat ini selain senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.

Terima kasih ya Allah, bantu aku untuk mampu mengemban amanah dari-Mu menjadi seorang istri dari lelaki sholeh dan menjadi calon ibu bagi calon pejuang-pejuang agama-Mu. Aamiin

-Saidahumaira-
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 24 September 2014

Segenggam Berlian

Napasnya terengah-engah, matanya berkeliaran mencari tempat sembunyi,
beberapa meter di belakangnya berlari-lari segerombolan warga sambil
meneriaki "maling!! maling!!" mencoba mengejar si pria dengan penutup
wajah berwarna hitam itu. Si pria mencari celah di antara rimbunannya
pohon dan gelapnya malam. Berharap para warga tak menemukan
keberadaannya. Ia diam di balik pohon besar, sambil berjongkok dan
memerhatikan warga yang celingukan mencarinya. Beruntung, warga
menyerah dan kembali menuju rumah Pak Dede, pemilik rumah yang harta
bendanya dibawa lari pria itu.

Namanya Udin, malam itu malam pertamanya menjajal profesi baru sebagai
maling. Ia tahu itu salah, penuh resiko, dan berdosa. Namun ia seolah
tak peduli, sebab perut keluarganya harus terisi.

Malam-malam berikutnya Udin kembali beraksi. Kini incarannya tak hanya
untuk sebungkus nasi. Ia terpedaya nafsu diri. Ia ingin kaya meski
dengan mencuri. Ia tak peduli, yang penting hidup bisa dinikmati.
Seolah hidup hanya tentang materi dan keimanan lengser dari hati.

Demi memenuhi hasrat sang istri, Udin kembali beraksi mencuri.
Segenggam berlian harus ia dapati. Kali ini, rumah Pak Daud
incarannya. Pak Daud terkenal kaya namun ia congak dan tega. Dengan
menyelinap, Udin berhasil masuk rumah Pak Daun, mencari-cari harta
yang ia cari. Segenggam berlian kini ia telah dapati, namun naas kali
ini ia tak seberuntung hari lalu. Alarm berbunyi, Pak Daud dan seluruh
keluarganya terbangun. Para penjaga keamanan berbondong-bondong
menghampiri, warga telah sampai di depan rumah Pak Daud untuk
menghakimi. Sial sungguh sial, Pak Daud sungguh tak memberi ampun pada
Udin dan membiarkan Udin dihabisi. Mati di tangan warga yang tengah
benci.

-Saidahumaira-

Tanah Anarki

Ketegangan.

Asap hitam membumbung tinggi. Api menyala-nyala, sebuah sepeda motor
tergeletak hangus dilahap api

Si Kebal hukum lari tunggang langgang, menghindari amukan massa. Hukum
paling buas adalah Hukum Main Hakim Sendiri.

Di tanah anarki ini, mempertahankan priuk nasi sangatlah berarti.
Kesannya seperti bermain dengan kematian, padahal nyawa menjadi
taruhan.

Selarut ini aku belum tidur, jam setengah 5 pagi. Kami berjaga-jaga di
pos masuk. Si Kebal Hukum mencoba melanggar perjanjian, mencoba
mencuri berduri tapi emas.

Perbincangan malam di tanah anarki ini semakin mengasyikkan, jaga
malam. Adalah bukan hal yang tabu lagi. Walaupun kami bekerja untuk
diri itu, tapi demi menjaga priuk nasi di tanah anarki semua
dikorbankan, sekalipun waktu untuk bernyenyak-nyenyak di kasur.

Tanah anarki mengajarkan bahwa kehidupan ini tidak lurus-lurus saja.
Mungkin kita lurus, tapi pikiran si Kebal Hukum tidak pernah memilah
lurus maupun bengkok.

Ibarat memburu hewan langka, mereka tak boleh terbunuh, tapi
ditangkap. Habis itu dilepaskan, terus hasilnya? Ya tetap begitu saja,
susah bernegosiasi di tanah anarki. Dimana hukum menjadi dibutakan
dengan adat istiadat.
Anarki.

-Doddy Rakhmat-

Selasa, 23 September 2014

Mahkota Wanita

Pagi yang mencekam. Sebuah kota di negeri Fiksi mendapat sebuah
kutukan dari nenek sihir Satnia yang tak terima bahwa dirinya tak
diundang dalam pesta penobatan rambut terindah yang diadakan kerajaan
Harby. Nenek sihir Satnia tinggal di sebuah hutan di pinggir desa. Ia
adalah nenek yang jelek dan selalu memakai jubah pajang seluruh tubuh,
rambutnya pun tak pernah terlihat. Oleh karenanya Ratu Beauty tak
pernah mengundang nenek Satnia. Lagipula pesta penobatan ini hanya
untuk para gadis yang memiliki rambut paling indah. Karena gadis-gadis
kerajaan Harby sudah sangat terkenal dengan keindahan rambutnya sampai
ke kerajaan tetangga. Pemenang rambut terindah pun berhak kencan
sehari dengan Pangeran Gilbert, putra mahkota yang terkenal tampan dan
kharismatik.

Ratu Beauty mulai panik, ia takut kutukan nenek Satnia benar terjadi.
Kutukan bahwa setiap perempuan di kerajaan Harby akan mengalami
kebotakan ketika usianya menginjak 17 tahun. Ratu Beauty dan para
peramal istana mencoba menangkal kutukan nenek Satnia, tapi sayang
kutukan itu tak ada penawarnya. Maka jadilah kerajaan Harby menjadi
berbeda. Setiap perempuan di kerajaan Harby kini memakai jubah panjang
dan penutup kepala. Tak ada lagi yang memamerkan keindahan rambutnya
karena kutukan nenek Satnia benar terbukti. Mereka mengalami kebotakan
dan menjadi sangat tidak cantik jika dilihat. Ratu Beauty
memerintahkan para pasukan istana untuk mencari nenek Satnia hingga
ketemu. Karena sejak kutukan itu terjadi nenek Satnia tak pernah lagi
terlihat di kerajaan Harby.

Bertahun-tahun sudah kutukan itu terjadi. Para gadis kerajaan Harby
tak mau sekalipun bercermin bagaimana rupa mereka. Mereka benci dengan
kutukan itu. Mereka marah. Namun mereka hanya bisa pasrah.

Hingga suatu hari, datanglah Pangeran dari kerajaan Gurun bernama
Pangeran Ahmed. Beliau sedang mencari sebuah kerajaan yang katanya
terkenal dengan kecantikan gadis-gadisnya. Dan betapa terkejutnya
Pangeran Ahmed ketika sampai di kerajaan Harby.

Ia melihat bidadari di setiap pelosok desa. Gadis-gadis yang
mengenakan jubah panjang dan penutup kepala itu begitu menawan. Mereka
terlihat jauh lebih cantik dengan pakaian itu. Karena yang terpancar
bukanlah kecantikan fisik yang diumbar namun kecantikan hati yang
menawan. Karena kalimat-kalimat pujian dari Pangeran Ahmed yang tampan
kini para gadis kerajaan Harby tak lagi menjadikan fisik sebagai
mahkotanya sebagai seorang wanita, melainkan hati.

Siniegih

Pada suatu hari, di sebuah negeri antah berantah. Di daratan yang
jarang dibasahi oleh hujan. Ada sebuah kota bernama Siniegih, Kota
yang penduduknya hanya memakai handuk sebagai penutup diri. Yang laki
laki bertelanjang dada, sedangkan perempuan memakai mantel handuk.
Sebuah pemandangan aneh bukan? Untuk sebuah daratan yang mengalami
krisis air, mereka hanya memakai handuk.

Diantara kekonyolan itu semua, ada seorang pemuda bernama Le Gent ,
yang penampilannya berbeda dari rakyat lain. Ia menentang, menurutnya
itu adalah budaya primitif. Maka ia memakai pakaian layaknya baju dan
celana. Berita ini tersebar ke seluruh penjuru kota, menjadikan Le
buronan nomor satu.

Le bersembunyi di sebuah gua jauh dari kota, dari situ tiba tiba ia
mendapatkan ide untuk mengadakan Konsep tarian massal mengundang
hujan.

Akhirnya dengan berani dia muncul di tengah kota, semua orang langsung
mengerubunginya, Le menjelaskan bahwa ia mendapat wangsit dari Dewa
Hujan untuk mendatangkan hujan perlu melakukan ritual tarian massal.
Semua yang ingin menangkap Le malah manggut-manggut mendengar ide gila
Le.

Dan Le menambahkan kalau yang gerakan terakhir dari tari tersebut
adalah melepaskan handuk handuk mereka. Semua pun mengiyakan.

Pada saat hari bersangkutan, Le mengomandoi mereka untuk memulai
menari, dan pada saat terakhir Le malah meninggalkan penduduk Sineigih
yang menari kegilaan, dan saat ditunggu-tunggu datang juga, semuanya
melepaskan handuk.

Yang ada hanyalah gelak tawa, malu, sebagian tangis, karena mereka
dibohongi oleh Le. Hujan tak kunjung datang, tapi mereka malah
mendapat sebuah pelajaran. Bahwa handuk bukan hal yang cocok lagi
untuk dikenakan kemana saja.

Le menjadi agen perubahan. Entah dimana ia sekarang.


-Doddy Rakhmat-

Jumat, 19 September 2014

Senyum Mu , Hidup Ku

Matanya yang begitu teduh, menenangkan diriku yang sedang mengayuh. Terus mengayuh sepeda peninggalan ayah, menjauh dari kota.

Dibelakangku, ada orang yang kucintai. Ia memeluk erat, seakan tak mau melepaskan diriku.

Dialah ibu, ibu yang selalu tersenyum walau sakit di ulu hatinya sudah kronis. Miris rasanya menyaksikan orang yang melahirkan aku ke dunia seperti itu.

Sepeda terus kukayuh, sampai akhirnya aku sampai di pendopo desa. Dimana dokter sedang membuka praktek mingguan.

Untungnya dokter tersebut pengertian dengan keadaanku, ia tak memasang tarif tinggi. Mungkin sepeda usang dan baju lusuhku cukup memelas dimata ia.

Ibu terlihat menahan nyeri saat ditekan dokter di bagian ulu hatinya. Hanya satu doaku malam itu, Pindahkan lah sakit yang diderita ibu ku kepadaku, agar ia tidak merasakan siksa dari sakitnya.

Dan semua doa itu terijabah. Ibu ku sembuh, tapi giliranku menahan sakit. Tak apa, demi ibu tercinta. Dia tak perlu tahu.


"Surga di Telapak Kaki Ibu"




Doddy R
*******

Bismillah, Saya Mencintaimu

Pukul tiga pagi, sajadah panjang itu telah tergelar rapih di salah satu ruangan sebuah rumah. Terlihat seseorang sedang bersujud lama sebelum duduk tahiyat akhir dan diikuti salam. Matanya teduh, terlihat kesholehan dari wajah tampan itu. Usai shalat ia berdoa, menegadahkan kedua tangannya ke langit. Meski tanpa bicara, wajah terlihat bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesekali air mata mengalir lembut di pipinya. Berharap dosanya diampuni, hajatnya dipenuhi oleh Illahi Rabbi.

Namanya Ridwan. Ia seorang lelaki sederhana yang memiliki kemauan tinggi untuk sukses dan membuat keluarganya bahagia. Kerja keras yang ia lakukan dari pagi hingga malam ia sisihkan untuk niatnya meng-hajikan ibu bapak yang sudah cukup tua. Mimpi besar yang perlahan sedang ia wujudkan. Meski usianya baru menginjak 22, Ridwan sudah memiliki keinginan untuk menikah. Dengan satu alasan sederhana, ia ingin mencintai gadis pujaannya dengan halal.

Malam itu, ia sudah tak mampu lagi menahan perasaannya pada Aisha, seorang perempuan yang kini tengah dekat dengannya. Meski belum tahu pasti, Ridwan begitu yakin Aisha memiliki perasaan yang sama. Hal itu ia rasakan dari setiap tutur kata dan perhatian Aisha kepadanya. Ia pun tak ingin membuat Aisha meragu karena dibuat menunggu terlalu lama. Ia tahu jodoh ada di tangan Allah dan ia tak dapat memastikan apakah Aisha benar jodohnya atau bukan. Tapi bukankah manusia harus berusaha sebelum takdir yang bicara? Dengan segenap hati Ridwan pun mengungkapkan isi hatinya.

"Assalamualaikum, Aisha. Aku tak tahu harus memulai darimana, bibirku rasanya kaku ingin mengatakan ini padamu. Tapi aku harus mengatakannya, aku tak ingin membiarkanmu menunggu lama. Dengan bismillah, saya ingin katakan bahwa saya menyukaimu. Saya ingin lebih dekat mengenalmu dengan cara yang baik. InshaAllah jika Allah berkehendak dan kita telah sama-sama siap, saya ingin menjadikanmu pendamping hidup saya. Karena saya ingin mencintaimu dengan halal. Maukah kamu menerima saya sebagai yang dekat di hatimu? Ridwan."

Tutur kata santun yang diucapkan Ridwan membuat hati Aisha begitu luluh. "Waalaikumsalam Ridwan. Saya begitu tersentuh dengan pengakuanmu. Terima kasih karena tidak membuat saya lebih lama menunggu. Karena sejujurnya saya pun memiliki perasaan yang sama sepertimu. Dengan bismillah, Ya, saya mau. Semoga Allah membimbing langkah kita berdua hingga sampai pada tujuan mulia. Aisha."


-Saidahumaira-


Doddy R
*******

Rabu, 17 September 2014

Mutasi, Sebuah Perjalanan Kerja.

Apa yang anda rasakan pertama kali ketika anda dimutasi kerja ke unit atau divisi lain?
Terkejutkah? Bahagiakah? Sedih? Atau malah cemas.

Dalam 2 tahun ini saya mengalami mutasi kerja sebanyak 3 kali. Bukan saya tidak bisa dianggap bekerja, tapi ada faktor faktor yang mengharuskan saya mutasi atau pindah tempat kerja. Saya menikmati proses mutasi ini, saya menobatkan diri saya sendiri sebagai Job Traveler alias Pelancong Kerja. Terkesan narsis tapi itulah saya. 

Dendam Anak Tiri

Darah mengalir deras, tubuh itu terkulai lemas. Matanya menatap memelas. Gadis di hadapannya terlihat beringas. Lagi, ia menghujani tubuh pria yang tersungkur di hadapannya dengan belati, bertubi-tubi. Hingga lelaki itu tergeletak, tak berdaya lagi. Gadis itu gemetar, ketakutan, matanya basah, ia menangis. Amarah itu tertanam dalam dirinya berbuah kebencian hingga ia berani membunuh suami ibunya.

Gunting Kacung




Kota itu disebut Edan. Surganya para tindak kriminal. Mulai dari maling ayam sampai koruptor kelas kakap. Semua berkumpul di kota yang kecil itu.

Di tengah kota, ada seorang tukang pangkas rambut terkenal seantero Edan. Namanya, Kacung. Laki laki dari kota Bedebah. Kacung dikenal karena kecepatan, kelihaian dan keterampilan dia memainkan gunting yang menari-nari diatas kepala seseorang. Membentuk mahkota pria menjadi beragam rupa. Pelanggannya mulai dari tukang judi sampai pemabuk.

Lelaki Kesayangan

Pria itu membelai rambut putri kecil itu dengan sayang. Tatapan matanya senang, rona bahagia terlihat dari senyumnya yang mengembang. Semenit kemudian ia mendekap tubuh putri kecil itu. Mendekatkan ke dadanya, ke hatinya. Tak banyak kata-kata keluar dari mulutnya. Hanya senyum yang bicara bahwa ia terlampau bahagia. Putri kecil itu putri pertamanya. Buah cinta ia dan istrinya dan kini ia resmi dipanggil....Ayah.

Sisir 5 Jari

Di sebuah desa, tepatnya di sebuah rumah jawa kuno. Sepeda ontel warna abu-abu itu tersandar di dinding samping rumah. Pemuda paruh baya terlihat berdiri di depan cermin yang diletakkan di bagian teras rumah.

Senin, 15 September 2014

Bukan Maling Biasa

Pagi itu suasana sidang cukup ramai, sidang penentuan vonis hukuman si Bukan Maling Biasa.

Si maling duduk didepan penegak hukum dengan tenang. Sesekali menunduk, mungkin berpura-pura menyesal. Pakaiannya dan penampilannya begitu rapi tidak menunjukkan dia seorang maling. Ya memang dia bukan maling biasa.

Tetapi sama kejinya. Maling istimewa ini sama halnya dengan maling biasa, maling ayam, maling jemuran. Para penegak hukum membacakan vonis hukuman, Si Maling istimewa mulai komat kamit mulutnya, mungkin pura-pura berdoa. Sekejap ia mendadak alim, lupa kalau dirinya dulunya lalim.

Kuasa Tertinggi

Kubu merah itu bersorak gembira atas kemenangannya. Mata-mata itu terlihat berbinar, saling tatap penuh arti. Jabat tangan erat, pelukan hangat akrab dijumpai dalam kubu merah yang terpilih menduduki jabatan tertinggi. Berbeda suasana dari lawan politiknya. Kubu garuda terlihat sangat kecewa, senyum itu tak terlihat bahagia. Kekalahannya tak pelak membuat gurat-gurat duka pada kebersamaan mereka. Dengan berat hati mereka terpaksa mengakui dan memberi selamat pada kubu merah yang kini tersenyum sumringah.

Pesta demokrasi negeri ini tak pernah lepas dari kontroversi. Demi meraih jabatan tertinggi beberapa oknum tega mengelabuhi dan mencurangi. Kini seolah tak ada lagi kejujuran, semua tak lagi dari hati. Demokrasi kehilangan arti, karena uang lebih berarti.

Jumat, 12 September 2014

Yang Belum Terjawabkan

Suatu ketika, aku duduk di bangku taman ditengah kota yang lengang. Bersama buah hatiku, Shifa. Umurnya masih 9 tahun. Tapi pemikirannya sudah terlalu jauh kedepan dibandingkan teman sebayanya.

Dekapan Ibu

Serpihan masa lalu itu sama sekali tak ingin ia ingat. Terlalu banyak luka dan air mata yang menyesakkan dada. Langkahnya tak tentu arah, hatinya kerap gelisah. Ia mencari satu hal dalam hidupnya, apa maksud Tuhan atas semua yang terjadi padanya?

Rabu, 10 September 2014

Jangan Terburu-buru Jatuh Cinta

Cinta. Satu kata sederhana. Mudah sekali untuk dibaca. Namun terasa berbeda makna bagi setiap hati manusia. Cinta. Banyak orang jadi buta, terpedaya pada pesona pandangan pertama, kemudian membuat ia lupa segalanya

Delcon yang tertunda

Simbol silang itu memenuhi semua histori percakapan di aplikasi obrolan dari Canada ini. BBM.

Segala amarahku bertumpu pada hari itu, ya. Dia menghilang tanpa jejak. Meninggalkan kata kata dalam history yang tak ingin ku baca lama lama. Sudah lama aku mengenalnya di jagat dunia tanpa batas. Dunia maya. Terbuai dengan kenyamanan tanpa berujung kepastian. Seperti kebahagiaan sesaat.

Partner In Write





Partner in Write sebuah projek kolaborasi yang saya buat untuk membuat dan mempublikasikan genre penulisan Cerita Mini. Cerita mini adalah tulisan yang hanya terdiri dari 200-350 kata untuk membuat sebuah cerita yang temanya bebas. Bisa saja tentang persahabatan, keluarga, sosial, politik, sejarah, bahkan cinta. 

Partner in Write menjadi wadah pengembangannya. Saat ini saya bekerja sama dengan @Saidahumaira (Blog Cerita Humaira) untuk menghasilkan cerita mini yang diupdate secara harian di blog kami secara bergantian. 

 Dengan adanya bentuk tulisan Cerita Mini, kami berharap menjadi perhatian di ruang hati pembaca semua.

Simple and Great.
Tagline yang kami gunakan, yang berarti kesederhanaan akan menjadi sesuatu yang hebat.
 


#PIW

Senin, 08 September 2014

Perjanjian Yang Dilanggar!

Senin pagi ini.

Cuaca cerah berawan sama seperti hari kemarin. Aku masih berkutat dengan Novel karya suami istri Hanum-Rangga. Sampai bab terakhir aku membaca, tepat sebelum epilog aku menutup buku dan bergegas mandi untuk berangkat kerja.

Menulis




Mengetik atau menulis. Sudah lama hobi menulis ku ini ada,  menulis tentang kehidupan dalam puisi atau cerita. Memetaforakannya secara gamblang. Tapi saya tidak pernah menulis tentang menulis. Belakangan ini saya sangat bersemangat dalam menulis, sekedar puisi atau cerita pendek.  Semua itu saya masukkan dalam blog pribadi saya ini, sebagian lagi saya simpan untuk naskah Mentaya Buitenzorg. 

Negeri Primitif

Kekacauan dimana-mana
Itulah negeri primitif

Negeri primitif rakyatnya sudah tak peduli satu sama lain
Tidak mau saling berbagi
Lupa asas asas manusiawi
Dibutakan oleh ketamakan dan kesenangan pribadi

Minggu, 07 September 2014

Harmoni Pagi Ini

Minggu pagi.

Perjalanan pagi ini dingin walau sinar matahari sedari tadi muncul menyelimuti. Jalanan berdebu dan berbatu sesekali berlubang tanda lama tak terjamah. Kukemudikan motor tak kencang juga tak lamban. Berhati-hati menghindar jalan yang sudah berlubang rusak. Di depanku, ada seorang gadis berkerudung coklat dan berbaju hijau tosca terlihat amat gesit menyalip kendaraan.

Iring-iringan kendaraan menuju kota dari jalan desa ini sudah tak lazim bagiku. Ke kota adalah hiburan tersendiri setiap akhir pekan. Seperti saat ini, aku memilih duduk di salah satu kedai Bakery di tengah kota. Pengunjung masih lengang. Mungkin aku yang masih terlalu pagi menjadi pelanggan mereka. 

Memilih bangku di meja paling sudut, tempat favorit ku satu bulan belakangan ini. Sekedar menjelajah dunia maya, menulis untuk blog dan sesekali melihat video-video yang sedang tren di jagat dunia maya. Menikmati Dua tiga potong roti untuk mengganjal perut. Aku suka mendengar keramaian kota. Riuh yang didengungkan seperti membawa kisah ribuan umat manusia.

Morning :)


Selamat Pagi!

Sabtu, 06 September 2014

Kau dan Bedebah Itu

#CERMIN Judul "Kau dan Bedebah Itu"
oleh Doddy Rakhmat

Malam semakin larut, bedebah itu duduk bersimpuh di depan kuali yang mengepul. Mulutnya komat kamit merapal sesuatu, kata kata hitam. Kata kata hitam yang mematikan.

Sajak Kopi Setengah Gelas



Kopi Setengah Gelas

Orang tua itu terlihat teguh duduk di dipan
Mencoba melepas kenangan bersama anaknya
Anaknya yang menuntut ilmu ke negeri seberang

Rabu, 03 September 2014

Mal"Food"tion

Okeh sudah lama sekali rasanya saya tidak posting di web abstrak ini. Hadir untuk menyapa pembaca setia kali ini saya akan bercerita tentang Malfoodtion alias Kegagalan Paham dalam Makanan atau Minuman.