Oggy sedih. Ia tak mengerti mengapa Nona Dea bisa setega itu kepadanya. Ketika sudah tak butuh, ia dicampakan dan dibuang bagai sampah. Padahal selama ini, Oggy lah yang menemani hari-hari Nona Dea yang kesepian karena ayah ibunya bekerja. Namun kini setelah Nona Dea beranjak remaja, ia lebih memilih merawat Figi, anjing lucu pemberian kekasihnya.
Oggy menatap kubangan air dengan miris. Ini pertama kalinya ia ada di jalan, di dunia bebas tanpa batas. Selama ini ia selalu dimanja dan dijaga, tak pernah sekalipun keluar rumah Nona Dea yang megah dan kini hidupnya berputar arah. Oggy kehilangan semuanya.
"Apakah semua manusia begitu?" tanya Oggy dalam hati.
Ketika hujan sudah benar-benar berhenti, Oggy mengajak ketiga anaknya pergi. Oggy tertegun melihat tiga anaknya menggigil kedinginan. Oggy mendekap anak-anaknya, menjilatinya, mencoba menghibur anaknya yang juga terluka.
"Ibu kita mau kemana?" tanya Icil si bungsu.
"Ibu pun tak tahu, Nak," Oggy menggeleng.
"Kenapa Nona Dea begitu jahat pada kita?" tanya Gemblong, si sulung.
"Ibu pun tak tahu," Oggy menggeleng lagi.
"Bu, apakah semua manusia sama? Ketika sudah tak butuh kami akan dibuangnya?" kini giliran Icah yang bertanya.
Oggy menghela nafas. Meski ia pun tak tahu jawabannya tapi ia buat jawaban terbaik untuk anaknya.
"Ibu rasa tidak, Nak. Di luar sana masih banyak manusia yang sayang kepada binatang. Masih banyak yang peduli. Ibu yakin, kita pasti bisa bertemu dengan orang baik itu. Percayalah."
Ketiga anak Oggy saling tatap, meski ragu, mereka lebih memilih memercayai ibunya. Mereka yakin akan segera punya tuan yang baru.
-Saidahumaira-
Powered by Telkomsel BlackBerry®