Sabtu, 30 April 2016

Kamu Luka

Kita pernah duduk bersama, tapi kita tidak pernah saling memiliki. Karena ada tembok besar menghalangi. Kau namai dengan 'prinsip', dan aku menyebutnya dengan 'alasan'.

Kita pernah duduk dalam satu garis lurus, tapi hati kita saling bertolak belakang. Tak menemukan jalan keluar, yang aku sebut sebagai cinta. Dan entah kau menamainya apa.

Kita pernah duduk bersama menghadap matahari ditelan tepian laut. Senja memantul di matamu tanpa bayanganku.

Kita pernah duduk bersama dan kamu berdiri, berjalan meninggalkanku sendiri tanpa satu kata permisi.

Untuk itulah, aku menyebutmu luka. Dan kita adalah kenangan yang tak ingin kusimpan lama-lama.

(Doddy Rakhmat)

Selasa, 26 April 2016

(Tidak) Patah Hati

Lagu-lagu romantis yang dilantunkan oleh penyanyi wanita di cafe tak ubahnya ratapan pilu cinta yang karam. Hujan tersisa rintik kuterabas liar meninggalkan jauh-jauh Ekspresio Cafe. Menjejak genangan air tanpa hirau. Kilat masih menyambar. Orang-orang berlarian dari hujan. Aku terus berjalan memikirkan cara untuk membunuh hujan. Karena ia bagai lawan yang tangguh. Sampai di rumah, aku diajak oleh kenangan yang berputar dalam pikiran ke potongan-potongan masa silam bersama Kalea.

Sejak berpisah dengan Kalea, sebenarnya aku enggan bertandang ke Ekspresio Cafe lagi. Tempat kami membuat kenangan-kenangan indah. Aku melepaskannya agar ia menemui kepastian. Dan aku dapat memilih untuk melanjutkan pencarian tulang rusuk yang hilang. Tapi sebaris kalimat yang baru saja kubaca beberapa menit lalu membuatku berpikir dua kali. Masih adakah cinta yang tepat untuk ku?

"Bang, Uzi boleh masuk kamar bentar nggak?" pinta Uzi, adikku umur 12 tahun, dari luar kamar.

"Masuk aja"

Ia berjalan mengendap-endap takut menimbulkan suara-suara aneh. Atau ia tahu kebiasaanku yang selalu memarahinya masuk kamar.

"Abang, kenapa? Keujanan gitu, gak ganti baju, gak takut masuk angin?"

Aku hanya menggeleng. Memandangi foto hasil jepretan ala paparazzi gadis yang kukagumi beberapa hari belakangan. Bukan Kalea. Bagiku itu cukup menghangatkan.

Aku yakin semua orang memiliki cara untuk menikmati secangkir kopi pun menyesap kepahitan cinta yang suram. Aku belajar bagaimana sembuh dari patah hati ; luka masa lalu. Dan penyesalan bukanlah jalan keluar. Mencintai seperti merawat sebuah bunga dalam pot. Ketika ia mati, kita tidak bisa menghidupkannya kembali. Namun menanaminya kembali dengan bunga baru adalah cara terbaik untuk menyempurnakan pot kosong.

Ternyata aku salah memilih bunga lagi. Bunga itu telah bertuan dan aku masih mempertanyakan. Benarkah jika aku harus merebut gadis dari pria yang telah memilikinya? Haruskah memaksakan kehendak? Siapapun, aku ingin seorang gadis yang tidak membuatku patah hati lagi.

Dan menyesap banyak kopi tidak dapat menyembuhkanmu dari patah hati. Kau hanya perlu membiarkan hujan turun dari langit, meluruhkan segala luka hingga reda.

*Doddy R

Cerita sebelumnya bisa dibaca di http://tututlaraswati03.blogspot.co.id/2016/01/patah-hati-pada-kopi-dan-hujan.html?m=1

Gundik Politik

Gundik Politik

Politikus yang wajahnya terpampang di mana-mana, pasar, toko, jalan, bahkan di depan rumah yang ia tak kenal punya gundik yang amat ia cintai. Sampai-sampai istri tua setia seperempat abad ia tinggalkan.

Tak lama setelah ia duduk di atas singgasana rakyat, tersiar kabar gundik setianya itu mati diserang penyakit aneh.

Gundik yang mati itu ia ajak kemanapun ia pergi. Didandani seperti manusia hidup. Memakai perhiasan hasil cuci uang. Ia ikut serta dalam kampanye partai, memberi bantuan dana, wawancara pencitraan di televisi. Sampai-sampai orang di sekitar mereka harus meninggalkan hidung di rumah, agar aroma busuk gundiknya itu yang sama dengan ucapan sang politikus tak mengacaukan isi lambung.

------

Doddy R
24.04.2016

Kamis, 21 April 2016

Filosofi Patah Hati

Hujan gerimis turun dari langit dan dari matamu, kesedihan tak teramat mudah ditaklukan hanya dengan tangisan. Kadang kau hanya diam. Menatap bulir air jatuh menerpa daun bonsai teras rumah yang lama tak dipangkas.

Kopi yang kau seduh tetap pahit walaupun setengah toples gula sudah kau campur ke dalamnya. Dan tatapanmu masih nanar. Tegukan kesekian kau memilih meringkuk di bawah selimut. Buku-bukumu berserakan dan terbuka pada halaman-halaman yang bercerita tentang kepiluan. Ketika kita patah hati kadang kita bukan mencari cara untuk mengobati. Namun membiarkan perih itu sembuh dengan sendirinya dan mengajak semesta untuk ikut merayakan. Kau tak ingin merasakannya seorang diri.

Kita sama sama jatuh cinta dan patah hati. Aku mencintaimu tapi kau mencintainya. Kau tak pernah tahu hal itu. Mengagumi dari kejauhan, kau yang dirundung kegelisahan, aku tersenyum tipis. Masih adakah celah yang dapat kususupi ke dalam hatimu?

Kau mungkin juga tidak tahu, pria juga pernah patah hati. Hanya saja mereka berpura-pura untuk tabah. Mereka cepat tertawa bersama teman-temannya padahal semua yang dilakukan untuk menghibur dirinya sendiri. Aku tidak termasuk dalam golongan itu. Aku lebih memilih mengurung diri dalam kamar. Menuliskan puisi-puisi cengeng, mendengar lagu-lagu luar negeri yang menyayat hati lalu meminum secangkir cokelat hangat. Dan mulai melupakan.

Dari balik jendela, memandangmu, aku berdiri tegak. Tapi sesungguhnya aku sedang terduduk di dasar jurang.

"Karena patah hati membuatmu dua kali lebih hebat saat jatuh cinta (lagi) nanti"

*****

Flashfiction ini dibuat untuk challenge dari tututlaraswati03.blogspot.co.id

Filosofi Patah Hati

Hujan gerimis turun dari langit dan dari matamu, kesedihan tak teramat mudah ditaklukan hanya dengan tangisan. Kadang kau hanya diam. Menatap bulir air jatuh menerpa daun bonsai teras rumah yang lama tak dipangkas.

Kopi yang kau seduh tetap pahit walaupun setengah toples gula sudah kau campur ke dalamnya. Dan tatapanmu masih nanar. Tegukan kesekian kau memilih meringkuk di bawah selimut. Buku-bukumu berserakan dan terbuka pada halaman-halaman yang bercerita tentang kepiluan. Ketika kita patah hati kadang kita bukan mencari cara untuk mengobati. Namun membiarkan perih itu sembuh dengan sendirinya dan mengajak semesta untuk ikut merayakan. Kau tak ingin merasakannya seorang diri.

Kita sama sama jatuh cinta dan patah hati. Aku mencintaimu tapi kau mencintainya. Kau tak pernah tahu hal itu. Mengagumi dari kejauhan, kau yang dirundung kegelisahan, aku tersenyum tipis. Masih adakah celah yang dapat kususupi ke dalam hatimu?

Kau mungkin juga tidak tahu, pria juga pernah patah hati. Hanya saja mereka berpura-pura untuk tabah. Mereka cepat tertawa bersama teman-temannya padahal semua yang dilakukan untuk menghibur dirinya sendiri. Aku tidak termasuk dalam golongan itu. Aku lebih memilih mengurung diri dalam kamar. Menuliskan puisi-puisi cengeng, mendengar lagu-lagu luar negeri yang menyayat hati lalu meminum secangkir cokelat hangat. Dan mulai melupakan.

Dari balik jendela, memandangmu, aku berdiri tegak. Tapi sesungguhnya aku sedang terduduk di dasar jurang.

"Karena patah hati membuatmu dua kali lebih hebat saat jatuh cinta (lagi) nanti"

*****

Flashfiction ini dibuat untuk challenge dari tututlaraswati03.blogspot.co.id

Selasa, 19 April 2016

Rebelion Inside

MOVIE SCRIPT BLOG TOUR OWOP!

Kami sebenarnya bukan orang pro yang sudah bisa bikin skenario film, tapi, kemauan belajar kami tinggi. Jadi, kalau ada salah-salah dalam penulisan skrip film ini, mohon dimaklumi...

Dan, ikuti tiap episode-nya, yaa!

Episode 1: Terkuncinya Para Pengunci -  Annisa Fitrianda Putri
Episode 2: Permainan (Akan) Dimulai -  Dini Riyani
Episode 3: Detik-Detik Kematian Radian -  Said Al Khudry
Episode 4: Para Artemis dan Orion Mereka -  Nadita Zairina
Episode 5: Friend or Foe -  Nana
Episode 6: Menebak Teka-Teki Langit - Evnaya Sofia
Episode 7: Di balik Rasi Bintang Orion -  Rizka Agustina
Episode 8: Tragedi Mawar Putih -  Rizky Khotimah
Episode 9: Genosida! -  Mister Izzy
Episode 10: Radian dan Dru -  Cicilia Putri Ardila
Episode 11: Kenangan Dan Tantangan -  Deasy Wisudawati
Episode 12: Dru, dan Hilangya 'Mawar Putih' - Zahida An-Nayra
Episode 13: Sang Mata-mata - Ruru
Episode 14: Mawar bersilang dan Terlepasnya Top - Kenti Lestari
Episode 15: Kekuatan Tersembunyi Rei - Dehuji
Episode 16 - Pelarian dan Pertemuan oleh Apriastiana Dian

Kali ini saya, Doddy Rakhmat, akan menuliskan episode ke-17.

Cerita sebelumnya:
Para Artemis ditahan oleh Aldi di sebuah ruang rahasia saat tiba di Markas Mr. Locked, Drupadi dan Rei menghilang. Dan Radian berhadapan dengan seseorang yang lama tak ia jumpai.

---------

[INT] Ruang Rahasia Mr.Locked

VO dr.Bram : Aku minta maaf Radian. Tak seharusnya Ayah menyeretmu terlalu jauh ke permainan gila ini.

Radian : A-ayah.. (Menatap ayahnya penuh tanya) Untuk apa kau lakukan semua ini?

dr. Bram : Para Penggagas yang berkhianat harus musnah.

[CUT To]

[INT] RUANG PENYIMPANAN SENJATA Mr.Locked

Rei : Hei, surprise (ekspresi datar) kau jangan senang dulu. Aku menolongmu bukan hanya kasihan padamu. Aku hanya penasaran sebenarnya apa yang kalian dari kami. Pengunci? Tragedi Mawar Putih itu kah yang kalian sembunyikan dariku selama ini?

Dru : Aku tak bisa menjelaskannya di sini. Kita harus segera menyelamatkan yang lain.

Rei : (menggertak) TIDAK! Kau harus menjelaskannya sekarang. Setidaknya aku tahu harus membalas dendam kepada siapa.

Dru : (menarik napas dalam-dalam) Kau adalah calon Pengagas, Rei. Dan kekuatan menakutkan itu ada pada dirimu.

[CUT TO]

[INT] RUANG PENUH TABUNG

Aldi : (tepuk tangan) Well.. Well.. Good job Wij. Aku tak menyangka dirimu juga bisa diandalkan. (Berjalan menghampiri Wij, menepuk bahunya)

Wij : (Menepis lalu mengepalkan tinju) Sekali lagi kau pegang, ini tak segan kulayangkan ke wajahmu yang sok tampan.

Aldi : (tertawa licik) Kau tak berubah memang ya? Aku selalu kagum dengan gaya angkuhmu.

Wij : (menatap remeh tabung-tabung yang berisi para pengunci)

Aldi : Aku dan Wij akan membuktikan kebenaran yang ditutupi selama ini. Tentu para Artemis sudah tahu apa yang terjadi pada Tragedi Mawar Putih, bukan? dan para Orion? (Meludah) Kalian menyembunyikan rahasia itu amat rapi.

Ar : Cepat katakan apa yang kau maksud bedebah! (mengerang kesakitan, fungsi tabung tidak berubah sedikitpun. Semakin memberontak, tetap melemahkan dan mengeluarkan sengatan listrik)

Aldi : (tertawa) Kami para pemberontak yang kalian kira telah hilang  Dendam harus tiba pada waktu yang tepat. Dan saat itu pengampunan tidak berlaku lagi. Para pengunci dan penggagas harus musnah. Kalian terlalu banyak menimbulkan kekacauan di kota ini.

Wid : Sialan kau, Aldi (mengerang kesakitan)

Wij : (berjalan ke arah meja panel lalu menekan tombol merah di atasnya)

[SFX] Suara peringatan dari atas ruangan.

Speaker : Warning please evacuate yourself. Warning please evacuate yourself. This place will destroy in 5 minutes.

[CUT TO]

[INT] RUANG PENYIMPANAN SENJATA

Dru dan Rei : (mendengar saksama peringatan dari pengeras suara)

Dru : (mendengar suara samar-samar)

Suara perempuan misterius : Sebentar lagi kami akan datang.

Rei : (merasakan sakit luar biasa pada dadanya. Ia terduduk di depan Drupadi)

VO.Dru : Aku mengenal suaranya. Suara Rosi.

Suara laki-laki misterius : Kalian akan baik-baik saja.

VO. Dru : Aku tidak mungkin salah dengar. Suara berat itu pasti Ronaldi.

[CUT TO]

[INT] RUANG RAHASIA MR.LOCKED

Radian : (mendengar dan melihat ke arah speaker dalam ruangan)

dr.Bram : (memasang topeng) Aldi brengsek!

[EXT] Gedung bergaya modern berwarna kelam disorot dari atas semakin menjauh sampai ke lapisan awan pertama.

Kamis, 07 April 2016

Permintaan Terakhir

Orang-orang mengenalku dengan nama Yuti Sara. Dan aku lebih senang bila dipanggil Yuyu. Terlahir dan dibesarkan di desa pinggiran kota, tak membuat seleraku dalam berdandan kalah saing dengan gadis-gadis kota. Aku juga mengenal Hermes, Gucci dan Luis Vuitton. Dan aku bermimpi saat aku menikah nanti, aku dihadiahi tas-tas mewah dari luar negeri itu.

Di teras rumah, aku duduk dibelakang Emak. Mencari kutu dan uban dari kepalanya. Kegiatan rutin setiap sore. Kemudian pemuda-pemuda tanggung mulai menggodaku, melempar siul dan semacamnya, aku pura-pura malu tapi suka.

"Ti, emak mau ngomong sesuatu deh."

"Panggil Yuyu dong mak…,"

"Iya yuyu..yuyu.."

"Semenjak Abah gak ada. Makan buat sehari-hari kita udah susah. Sampai-sampai Yuyu gak lanjut sekolah tinggi."

"Hooh, terus mak." Aku masih sibuk meneliti kepala Emak.

"Gimana kalau Yuyu nikah aja? Biar Emak bisa numpang sama Yuyu."

Aku tersentak kaget. Tak sengaja aku mencabut rambut hitam Emak, meleset satu helai dari ubannya. Emak mengaduh.

"Sama siapa Mak?"

"Nanti mak cari. Yang rada tajir."

Aku pasrah. Mungkin ini jalan untuk mewujudkan mimpiku itu. Tas mewah luar negeri.

Beberapa minggu kemudian, aku sudah di kota. Bersama suamiku seorang pengusaha. Ia selalu pergi pagi buta dan pulang setelah matahari ditelan bumi. Emak menemukan suamiku saat ia main-main ke desa kami. Ada urusan bisnis katanya.

Emak tinggal bersama kami. Ia amat senang. Bisa nonton sinetron setiap hari. Suatu hari aku meminta suamiku itu untuk membeli tas mewah luar negeri yang kudamba. Namun ia belum pulang-pulang semenjak permintaan terakhir dariku itu. Aku mulai cemas dan menyimpan curiga, jangan-jangan dia kawin lari bersama perempuan lain.

Setelah sekian lama, aku melihatnya tidak secara langsung. Di sebuah tayangan acara kriminal dk televisi. Aku dapat mengenali perawakannya yang mengendap-endap tertangkap kamera pengawasan salah satu toko tas mewah di mall. Dan aku teringat permintaan terakhirku seminggu lalu, ia memang benar-benar tak melupakannya.

*Doddy R

#LipatCeritaOWOP #Maling

Minggu, 03 April 2016

RADIO KECIL : Puisi - Puisi Beda Frekuensi

PRE ORDER EKSKLUSIF
3 April 2016 - 3 Mei 2016

ebook Radio Kecil : Puisi- Puisi Beda Frekuensi karya Doddy Rakhmat bertutur tentang 50 puisi perihal manusia memandang semesta.

'Mari kita rayakan tentang sebuah pergi
Menggugurkan rindu yang tersimpan dalam hati
Tak perlu lama waktu berputar jika hanya saling menyakiti'

'Aku adalah gempa yang kau ciptakan manakala hati berdebar, menapaki jalan membawa segenggam rindu di tangan.'

******
Pemesanan silahkan hubungi kontak berikut 085319670016 (SMS/WA)

Format pemesanan : RK_Nama_Alamat email lengkap.

Harga hanya Rp 15.000. Pembayaran bisa melalui pulsa atau transfer rekening Bank Mandiri a.n Doddy Rakhmat 900-000-513-092-8

Kami akan mengirimkan ebook beserta kata kunci untuk membuka filenya ke alamat email pemesan setelah mendapat konfirmasi transfer bank atau pengiriman pulsa ke no.kontak tersedia.