Minggu, 22 Mei 2016

Hilang dan Berubah

Kehilangan membuatmu berubah seperti menyalakan alarm setiap pagi sebagai pengganti istri yang tak lagi di sisi; yang senantiasa membangunkan dan menyeduh kopi untuk disesapi.

Kehilangan membuatmu berubah seperti mematikan televisimu dan mulai menyelesaikan buku-buku yang lama belum kau baca karena kau ingin meyibukkan pikiranmu dengan imajinasimu sendiri bukan dari televisi.

Kehilangan membuatmu berubah seperti tidak melupakan kunci rumah saat bepergian karena kau takut kehilangan sesuatu lagi.

Kehilangan membuatmu berubah seperti memutar musik yang awalnya kau tak sukai, lalu kau ikut bersenandung dengan lafal separuh fals tapi kau tak pernah peduli

Kehilangan membuatmu berubah seperti mendung malu-malu tampil di langit; segan menjadi hujan.

Kehilangan membuatmu menemukan diri sendiri yang selama ini hilang dan kau akan berubah.

*Doddy Rakhmat
22.05.2016

Kamis, 19 Mei 2016

Melawan Hujan

Aku dan kamu masih percaya bahwa kebahagiaan itu bukan tumbuh setelah hal-hal menyedihkan terjadi. Seperti kehilangan. Kehilangan diri sendiri.

Aku pernah mengalaminya beberapa tahun silam. Ya, aku kehilangan diri sendiri karena kehilanganmu. Dan aku tidak menemukannya di manapun. Di puluhan film yang kutonton, puluhan buku yang kubaca maupun ratusan kalimat yang kutulis. Hujan yang katamu mengantar banyak kenangan berubah menjadi mimpi buruk setiap ia datang. Aku menggigil karena rindu yang kandas tak menemukan labuhan. Aku tenggelam dalam lautan manusia yang berpikiran sama tentang cinta. Mereka punya pemikiran,

"Kamu pasti akan mendapat penggantinya yang lebih baik lagi."

Menemukanmu lagi di raga yang lain bukan perkara mudah, aku enggan membandingkanmu dengan seseorang yang baru. Mungkin kami akan mendatangi tempat yang sama yang pernah kita kunjungi. Tapi itu akan terasa berbeda, aku mulai mengumpulkan kenangan-kenangan yang seharusnya kuhapus sejak lama. Lagu kesukaan kita mengalun dari pengeras suara, aku menggamit kedua tangannya. Aku berpikir, dia bukan kamu. Lagu-lagu itu mengantarkanku pada rambut dan matamu bukan kepada wajahnya. Kepada senyummu yang berbeda dengannya; senyum dua jari yang menawan.

Hujan pengantar mimpi buruk selalu hadir tepat waktu ketika malam akhir pekan. Aku masih berdiri di bawah kerumunan orang yang berpikiran sama, bahwa ketika kehilangan orang yang kita cinta, maka segera cari penggantinya. Hujan tak seindah masa silam, di mana kita saling berkejaran, membuat kenangan, melawan hujan.

Aku ingin kita melawan hujan walau kita tak lagi berdiri berdampingan, melupakan luka hingga reda.

(Doddy Rakhmat)
18.05.2016

Sabtu, 07 Mei 2016

Ruh Pengarang

Di sepertiga malam dingin, di tengah badai perasaan, aku mengambil beberapa helai kertas dan pena murah warna hitam. Sekuat mungkin aku berpura-pura untuk tidak lapar. Toh, bukankah orang yang sedang jatuh cinta. Tak berselera makan, senang meringkuk di bawah selimut, bersenandung lagu sendu rindu, dan meminum air putih banyak-banyak karena kerongkongan terasa kering setiap saat menggumam namanya.

Sudah sejam aku menunggu ruh pengarang merasuki tubuhku. Menuliskan puisi-puisi hebat, cerita-cerita yang akan terus diingat, utamanya untuk gadis yang sedang kukagumi. Mulan. Aku sudah mengosongkan pikiran, tapi Mulan masih tetap bersemayam di sana. Kertas putih masih kosong, tidak ada sesuatu yang hebat di sana.

Ruh pengarang belum muncul. Padahal aku sudah membuka jendela kamar lebar-lebar. Angin malam menyapa halus wajah. Aku minum air putih lagi.

Mungkin orang yang sedang jatuh cinta, adalah jasad yang selalu diincar oleh ruh pengarang. Mereka berubah menjadi puitis seolah tak kehabisan kata-kata. Dan ruh pengarang dapat tenang usai menyampaikan tulisan mereka yang belum selesai, diputus oleh takdir.

"Ayolah ruh pengarang, masuklah. Tidakkah kau tega membiarkanku jatuh cinta sendirian. Aku butuh bantuanmu."

Ayam tetangga tengah malam berkokok, banyak yang bilang itu pertanda ada jin di sekitarnya. Semoga itu ruh pengarang. Kepalaku tiba-tiba berat, aku mulai mengambil pena dan menulis di atas kertas. Menggila sampai menjelang subuh. Dan tubuh mendadak lemas.

Keesokan pagi, aku membaca dalam hati tulisan tadi malam.

Cinta tak membuatmu lebih atau kurang
Karena kau berada di antaranya

Cinta tidak butuh kata-kata indah
Puisi-puisi cengeng
Atau cerita roman picisan

Cinta, hanya kamu dan aku
Saling mengiyakan
Bukan meniadakan
Cinta perlu saling tahu

Cinta tak pernah datang terlambat
Bahkan sebelum sesal hadir
Karena cinta tak pernah membuatmu menyesal

-Mulan

Ruh pengarang benar-benar datang. Dan dia adalah Mulan.

(Doddy Rakhmat)
Jambi, 7 Mei 2016