Ada masa saat aku hanya berdiri di depan cermin, bayanganku bahkan tidak mengenali tuannya sendiri. Karena sudah terlalu banyak topeng yang kukenakan. Kudapati topeng-topeng dari itu masa silam. Silam belum terlalu jauh. Masih baru dari luka yang masih basah juga dari bahagia yang tumbuh merekah.
Topeng-topeng itu kuselipkan dan kubawa kemanapun aku pergi. Kuajak ia untuk bertemu banyak orang, yang di suka maupun tidak.
Kemudian ada masa saat aku pulang dari padatnya isi kepala karena sering diteriaki atas kebodohan sendiri. Lalu aku menarik kursi kayu dan duduk di depan cermin setinggi badan itu. Bayanganku menangis, aku tersenyum. Ia sempat heran tapi lekas tersadar. Aku belum melepas topeng muslihat rasaku malam itu.
Waktu memilih menjalankan takdirnya ke depan, melaju maju tak dapat dihentikan. Tidak ada kata mundur atau kembali.
Aku terlampau lelah membawa topeng-topeng yang semakin beragam. Maka sudah kuputuskan, di suatu malam aku melemparnya tinggi-tinggi dan kubiarkan topeng muslihat rasa jatuh pecah berkeping.
Lalu aku harus menjadi siapa?
(Doddy Rakhmat, Februari 2022)
Gambar dari Pinterest.