Rabu, 24 September 2014

Tanah Anarki

Ketegangan.

Asap hitam membumbung tinggi. Api menyala-nyala, sebuah sepeda motor
tergeletak hangus dilahap api

Si Kebal hukum lari tunggang langgang, menghindari amukan massa. Hukum
paling buas adalah Hukum Main Hakim Sendiri.

Di tanah anarki ini, mempertahankan priuk nasi sangatlah berarti.
Kesannya seperti bermain dengan kematian, padahal nyawa menjadi
taruhan.

Selarut ini aku belum tidur, jam setengah 5 pagi. Kami berjaga-jaga di
pos masuk. Si Kebal Hukum mencoba melanggar perjanjian, mencoba
mencuri berduri tapi emas.

Perbincangan malam di tanah anarki ini semakin mengasyikkan, jaga
malam. Adalah bukan hal yang tabu lagi. Walaupun kami bekerja untuk
diri itu, tapi demi menjaga priuk nasi di tanah anarki semua
dikorbankan, sekalipun waktu untuk bernyenyak-nyenyak di kasur.

Tanah anarki mengajarkan bahwa kehidupan ini tidak lurus-lurus saja.
Mungkin kita lurus, tapi pikiran si Kebal Hukum tidak pernah memilah
lurus maupun bengkok.

Ibarat memburu hewan langka, mereka tak boleh terbunuh, tapi
ditangkap. Habis itu dilepaskan, terus hasilnya? Ya tetap begitu saja,
susah bernegosiasi di tanah anarki. Dimana hukum menjadi dibutakan
dengan adat istiadat.
Anarki.

-Doddy Rakhmat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar