Malam jumat kliwon. Malam yang ditunggu muda-mudi kampung Tunik untuk berpesta Malam ini, pesta dirayakan di rumah Ayana, anak kepala kampung. Tepat pukul tujuh, beberapa tamu sudah berdatangan. Ayana pun melaksanakan ritual dansa dengan menutup mata dan memilih siapapun yang di hadapannya.
Dan tibalah saat itu, Ayana menutup matanya dan mulai berjalan tak tentu arah. Langkah Ayana terhenti, ia mencium bau melati. Ayana seperti mengenali siapa lelaki yang memakai minyak wangi aroma melati. Ayana segera membuka penutup matanya dan mendapati Fadli, mantan kekasihnya berdiri di hadapannya, lengkap dengan kemeja batik yang selalu dipakainya setiap hari.
Ayana langsung memeluknya dan mereka pun berdansa. Ayana terbawa suasana, mereka larut dalam cinta lama.
Ayana begitu merindu Fadli yang sudah lama tak pulang karena merantau. Ayana lupa pada pesta, perhatiannya hanya tertuju pada Fadli semata.
Beberapa hari setelah pesta itu. Ayana kembali bersama Fadli. Setiap hari mereka selalu bertemu. Ayana begitu bahagia. Mereka seperti tak ingin terpisahkan. Namun malam itu, Fadli mengatakan bahwa ia harus kembali pergi.
"Kamu mau kemana Fadli? Tak bisakah kau tinggal saja disini?"
"Tidak bisa Ayana. Aku harus benar-benar pergi dan aku tak akan kembali."
"Aku benci kamu!"
"Ku mohon Ayana. Jangan membenciku, aku hanya ingin bersamamu sebelum aku pergi."
"Aku ingin ikut denganmu."
"Jangan Ayana. Hidupmu masih panjang. Jangan kau sia-siakan untuk ikut denganku."
Ayana diam. Fadli mengecup kening Ayana dan memberikan Ayana sebuah baju batik berwarna merah, warna kesukaan Ayana.
"Simpanlah ini. Aku ingin kau mengingatku setiap kali menatap batik cantik ini. Dan aku ingin kamu mencintai batik ini seperti kamu mencintaiku."
Ayana menerima pemberian Fadli, matanya basah. Ia tidak ingin ditinggal Fadli.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah Ayana. Ayana menatap Fadli sesaat seraya berkata sebentar. Ayana membukakan pintu, ternyata kakak Fadli yang datang.
-Saidahumaira-