Senin, 27 Oktober 2014

Pendekar Merah Putih

Menyingsingkan lengan
Berlari melawan angin
Melompat setinggi-tingginya
Itulah Sang Pendekar Merah Putih

Berjalan menyusuri lika liku alam
Dibasahi oleh embun sebelum matahari bersinar
Diterangi satu dua kunang kunang dan rembulan

Di ufuk timur mulai tampak sinar kehidupan
Sang pendekar mempercepat langkahnya
Bertelanjang kaki menjejak bumi

Bukit menjadi tempat melepas semua jenuh
Sebelum menyusuri lembah yang tak kalah indah

Perjalanan Sang Pendekar Merah Putih sebelum menyambut ilmu
Di sebuah bernama Sekolah

Berbaris rapi dikelilingi hutan hutan
Merah Putih tampak dari kejauhan
Pendekar tidak pernah datang terlambat
Kalau tidak musuh akan menang

Musuh itulah kebodohan

Kejarlah ilmu sampai ilmu itu sendiri tidak dapat dikejar
Wahai pendekar!

Minggu, 26 Oktober 2014

Aku Sempurna Jatuh Cinta

Denting hatiku mengalun... Senyap ku dengar, detakan itu bermain dalam irama cinta..

Lirik-lirik indah tercipta saat membayang dirimu disana..
Bersama barisan nada aku pahami rasa yang ada..

Mencoba biasa namun tak bisa. Rasaku mendendang tentangmu mesra..

Bersama barisan puisi aku mengeja..
Tentang apa yang terasa di antara kita. Dan ku temui titik simpulnya ...
Bahwa.... aku sempurna... jatuh cinta.

-Saidahumaira-

Saincinta

Aku mengenalkanmu hukum gravitasi, dimana jatuh cinta itu ada Aku mengenalkanmu matematika dimana jatuh cinta itu tidak perlu dihitung

Aku mengenalkanmu kimia dimana jatuh cinta itu tidak serumit mencari bilangan oksidasi

Aku mengenalkanmu biologi dimana jatuh cinta itu menghidupkan

Aku mengenalkanmu statistik Dimana jatuh cinta itu tidak perlu mean, median ataupun "modus"

Aku mengenalkanmu tentang energi dimana cinta itu adalah energi yang paling kuat, dapat diciptakan tapi tak dapat dimusnahkan.

Aku mengenalkanmu dengan perasaanku, yang tidak perlu semua sains diatas.

Mengenalmu, mencari rasa nyaman darimu.

-Doddy Rakhmat-

Kamis, 23 Oktober 2014

Salju Harapan

Negeri Rindang mendadak panas. Musim kemarau memang telah dimulai tiga bulan yang lalu. Dan selama tiga bulan itu terjadi banyak sekali kasus kebakaran hutan. Asap hitam pekat membumbung tinggi di udara. Kementerian lingkungan menetapkan status bahaya. Sampai hari ini tercatat sudah lebih dari lima puluh kebakaran hutan di seluruh wilayah Rindang.

Presiden Akar menggelar rapat dengan para menteri, mencari jalan keluar dalam masalah ini. Sepanjang sejarah negeri Rindang ini adalah musim kemarau dengan kebakaran hutan paling parah. Semua berpikir keras menyelamatkan negeri mereka.

Pangeran Stoma memberi usul pada ayahnya untuk membuat hujan buatan. Usulan itu diterima dengan baik. Kini seluruh rakyat negeri Rindang gotong royong membuat hujan buatan.

Hari pertama hujan buatan berjalan lancar, begitu seterusnya hingga hari ketiga. Namun, masalah besar kembali terjadi. Stok air bersih menipis. Warga mulai mengeluh banyak hal. Kebakaran hutan belum juga usai. Kini negeri Rindang berubah menjadi gersang.

Putri Putik teringat sesuatu. Ia melupakannya begitu saja sebab ia tak percaya pada sesuatu yang belum tentu terjadi, apalagi bila sesuatu itu buruk. Tepat sebelum musim kemarau dimulai, saat ia hendak kembali ke istana setelah belajar memanah. Seorang kakek tua mendatanginya. Ia berkata bahwa ayahnya, Presiden Akar memiliki sebuah rahasia besar. Rahasia yang jika tidak diselesaikan bisa menyebabkan kebakaran hutan sepanjang tahun. Maka di meja rapat hari ini, Putri Putik menanyakan apa gerangan rahasia itu? Wajah Presiden Akar menegang, ingatannya bermain. Seketika ia membisu dan menolak memberi tahu. Dengan bujuk rayu istrinya, ibu Dedaun, akhirnya rahasia besar itu terungkap.

Rombongan keluarga Presiden beriringan mendatangi rumah sebuah keluarga yang jauh dari peradaban kota. Rumah seorang mantan menteri lingkungan. Rumah itu reot. Mantan menteri lingkungan menolak kedatangan Presiden. Rasa sakit hati itu masih terasa.

Alangkah terkejutnya semua orang yang hadir. Tiba-tiba Presiden berlutut memohon. Ia meminta maaf atas kesalahannya di masa jabatan yang lalu. Akhirnya, atas nama seluruh masyarakat negeri Rindang, Pak Ranting memaafkan semua kesalahan Presiden. Mereka berpelukan erat, seketika salju turun. Lagi-lagi mereka terkejut. Sebab negara mereka bukan negara yang memiliki 4 musim. Mustahil rasanya. Salju itu mengindahkan sekitar. Ajaib, kebakaran seketika usai. Negeri Rindang kembali menyandang jati dirinya.

-Saidahumaira-

Selasa, 21 Oktober 2014

Negeri Rindu

Pada suatu hari, hiduplah putri cantik bernama Aira di sebuah Negeri Rindu.

Negeri ini tercipta karena kerinduan-kerinduan yang ada di seluruh belahan dunia.

Aira tinggal bersama adiknya Aini, mereka berdua menghabiskan waktu dengan menebarkan Cinta di muka bumi. Sehingga orang pun saling merindu. Rindu adalah kekuatan negeri mereka.

Dengan adanya Rindu mereka tetap bisa hidup, penduduk Negeri Rindu hampir ribuan. Mereka perlu rindu yang lebih banyak.

Tiba tiba suatu hari datanglah Angin besar memporak porandakan negeri Rindu, angin itu dikenal sebagai Kebohongan.

Angin itu berasal dari Negeri Benci. Maka Aira dan Aini memutuskan untuk pergi kesana.

Mereka ingin bertemu dengan penyihir bernama Murka. Ia lah sang pencipta Angin Kebohongan, ia tidak suka orang saling merindu.

Aira dan Aini tidak tinggal diam, mereka menyelinap ke dalam rumah penyihir itu dan memasukkan ramuan cinta ke dalam kuali penyihir. Tanpa disadari Penyihir yang tertawanya begitu licik itu seketika menjadi putri yang cantik jelita.

Ternyata rasa kebencian itu mengubah dia menjadi seorang penyihir. Padahal dia adalah putri yang baik hati. Namun karena dikhianati oleh Pangeran Leon akhirnya ia mengutuk dirinya sendiri menjadi penyihir.
Berkat Aira dan Aini, Murka kembali menjadi Aisye. Seorang Putri yang membawa Angin Cinta kepada Manusia.

"Cinta adalah tentang hati, hati yang tidak ingin dikecewakan"


-Doddy Rakhmat-

Senin, 20 Oktober 2014

Teori Pop Corn

Hai, perkenalkan nama aku Rakhmat. Aku si Bungsu yang kadang kadang pemalu.

Kali ini aku akan menjelaskan mengenai Teori PopCorn. Kalian tahu PopCorn alias Berondong Jagung kan?

Kudapan dari jagung yang biasa mendampingi kalian di bioskop. PopCorn itu awalnya hanya sebuah biji jagung manis tidak lebih. Sama seperti cinta yang akan selalu manis, tak mengenal rasa pahit.

Kalau itu pahit, bukan cinta namanya. Biji Jagung Manis itu dipanaskan sehingga pada akhirnya akan meletup-letup seperti Pop Corn. Penuh kejutan, dan tidak akan pernah tahu mana yang akan meletup lebih dulu.

Sama. Seperti itulah aku, meletup-letup selalu bersemangat kalau itu tentang kamu. Memberikan kejutan-kejutan yang selalu berakhir dengan manis. Entah itu perasaan atau senyum mu.

Pop Corn itu renyah, tidak garing, dan meriah tak pernah sendirian. Selalu membawa keceriaan dengan warna-warninya.


May I be your Pop Corn? :)

Sabtu, 18 Oktober 2014

Terdekat Di Hatiku

Aku ragu, aku cemas untuk percaya. Histori cintaku yang lalu pernah menyakitiku. Menampar setiaku dengan nyatanya pengkhianatan.

Melepas perjuangakanku dengan hubungan yang tak lagi satu.
Maaf jika mulanya ku tak yakin padamu.
Maaf bila ku ingin lihat seberapa berartiku tuk dirimu.

Seberapa besar keyakinanmu mencintaiku.
Dan kau begitu tangguh, buktikan tulusnya cintamu.
Menjadikanku begitu istimewa dengan caramu.
Menjadikanku begitu berharga dengan perhatianmu.

Ku mohon tetap begitu, menjadi yang terdekat di hatiku. Menjadi yang terindah, di akhir pencarianku.

-Saidahumaira-

Sajak Menjauh

Menjauhlah dari pikiran burukku
Menjauhlah dari segala kenangan pahit ku
Menjauhlah dari rasa benciku

Menjauhlah sehingga kau ingin mendekat
Menjauhlah hingga kau akhirnya merindu
Menjauhlah dari khayalan, Mendekatlah dengan kenyataan

Menjauhlah dari bayangan ku, agar kau memilih mendekat denganku
Nyata di hatimu

Menjauhlah dari pikiran buruk tentangku
Menjauhlah dari kesepian, mendekat denganku agar ramai

Aku jauh, tapi dekat.
Dekat di hatimu.

-Doddy Rakhmat-

Kamis, 16 Oktober 2014

Gadis Kotak Musik

Aku terdiam ...
Alunan kotak musik menenangkan kekalutanku
Nada-nada indahnya membuaiku.
Memberiku satu harapan bahwa aku tak berbeda.
Aku sama. Mungkin hanya sedikit istimewa..
Berusaha untuk tak peduli kata mereka.
Berusaha untuk tetap pada diriku begini adanya.
Tapi tak selalu aku bisa untuk merasa baik-baik saja.
Ejekan mereka melukaiku, membuat rasa batinku tak menentu.
Aku tak bisa tenang, mereka bilang aku gila.
Aku benci mereka. Aku hanya cinta kotak musikku saja.

-Saidahumaira-

Kotak Musik

Alunan musik klasik terdengar di sudut kamar, membuat Nina terbangun. Sambil memakai kacamatanya, Nina menuju sumber musik berasal. Di pojok kamar itu, terbuka sebuah kotak musik klasik yang ada miniatur pasangan dansa yang berputar. Ketika menyentuh kotak itu, tubuh Nina tersentak.
Ia terbangun dari tidurnya, semua itu hanya mimpi. Nina bergegas bersiap untuk berangkat kuliah.

Seharian itu, Nina memikirkan mimpinya yang dirasakan cukup nyata tadi malam.

Penasaran dengan hal itu, Nina menanyakan asal usul rumah kontrakannya itu kepada tetangganya.

Tetangga itu bercerita bahwa dahulu rumah itu dihuni oleh keluarga yang datang dari sumatera. Dan memiliki satu orang anak perempuan.

Anak perempuan itu menderita skizofrenia, alias gangguan jiwa sehingga sering menjerit-jerit tidak jelas setiap malam. Untuk meredam jeritan anaknya itu, akhirnya orang tua tersebut membelikan sebuah kotak musik klasik. Setiap menjerit, orang tuanya membuka kotak musik itu, dan alunannya menenangkan si anak sehingga tidak menjerit lagi.

Suatu ketika, kotak musik itu rusak. Sehingga anak perempuan tersebut semakin menjerit kegilaan, yang pada akhirnya mengacaukan semua yang ada di dalam rumah. Membanting apa saja, termasuk kotak musik itu. Entah mengapa setelah kejadian itu, si anak ditemukan meninggal di dalam kamarnya seraya memeluk kotak musik itu.

Tetangga Nina mengakhiri ceritanya, dan Nina menyimpulkan bahwa Kotak Musik di Pojok Kamar itulah dimana kotak itu dibanting.

Setelah kejadian itu, Nina masih sering mendengarkan alunan musik klasik itu walau dalam keadaan terjaga.

-Doddy Rakhmat-

Selasa, 14 Oktober 2014

RINDU

Jarak yang terbentang kadang menjadi penghalang bagi hubungan anak manusia. Rindu yang bergemuruh selalu ingin segera bertemu tapi jarak menjadi kendala perjumpaan keduanya. Namun tidak bagi Budi dan Ani. Selalu ada cara untuk mendekatkan keduanya. Selalu banyak hal yang bisa mereka lakukan berdua meski terpisah daratan.

Keduanya masing-masing memiliki sebuah buku bertajuk Rindu. Buku yang saling terkoneksi. Apapun yang Budi tulis di buku itu, Ani bisa membacanya. Begitu pula sebalilnya. Sehingga tak ada alasan bagi mereka untuk merasa jauh.

Buku itu menjadi penghubung kisah kasih mereka. Jika Ani sedang marah atau ngambek pada Budi, sampul buku itu berubah warna menjadi merah dengan motif api. Jika mereka sedang berbahagia, sampul buku menjadi berwarna merah muda dengan motif berbentuk hati. Bahkan ketika salah satu diantara mereka sedang sakit sehingga tak bisa menuliskan cerita, buku itu berubah menjadi muram dan memberi notifikasi pada salah satunya.

Suatu ketika seharian Budi tidak membalas cerita Ani, Ani begitu murung namun buku Rindu tak menunjukan sampul perasaan Ani. Buku itu tetap pasa sampul yang netral berwarna putih. Ani bingung, apakah buku ini sudah tak berfungsi karena tak mampu membaca suasana hatinya. Begitu hingga tiga hari, padahal banyak sekali yang ingin Ani ceritakan pada Budi dan ia pun ingin mendengar cerita Budi. Hingga di hari keempat, Ani mendapati sampul buku Rindu nya berubah menjadi merah muda. Ani memeriksa catatan harian terakhirnya, dan ia terkejut melihat sebuah cincin tergambar di buku itu. Belum habis keterkejutan Ani, tak lama kemudian ia mendapati sebuah tulisan "Will you marry me?" Dan tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang, disana telah berdiri Budi dengan membawa seikat bunga dan sebuah cincin. Kemudian Budi berlutut, meminta Ani menjadi pendamping hidupnya. Menjadi satu-satunya, menjadi yang terakhir untuk kisah cintanya.


-Saidahumaira-

Asap

Alkisah di sebuah daratan, hiduplah dua bersaudara. Asap dan Pasa. Keduanya adalah seorang pemburu cerdik. Mereka berkeliling hutan setiap hari, berangkat pagi. Pulang malam membawa hasil buruan, mulai dari rusa sampai beruang.

Kepala rusa biasanya diawetkan dan digantung menjadi hiasan rumah.

Suatu hari Asap dan Pasa, berburu hingga tengah malam. Mereka melihat seokar rusa jantan besar berlari kesana kemari susah untuk dibidik.

Hingga pada akhirnya, rusa itu menghilang begitu saja. Meninggalkan pasangan pemburu kelelahan.

Asap dan Pasa memutuskan untuk memburu rusa itu esok hari, dengan mengatur strategi yang mapan. Akhirnya mereka berangkat berburu lagi, kali ini mereka tidak mau membiarkan buruannya itu kabur.

Anehnya, Rusa itu tidak muncul muncul juga. Asap dan Pasa memutuskan untuk memberhentikan pemburuan mereka.

Dalam perjalanan pulang, mereka mendapati Rusa itu terjerat di dekat danau, Rusa itu mengaduh meminta tolong. Asap dan Pasa mendatangi Rusa itu, bukannya malah membunuh Rusa itu. Mereka malah membantu melepas jerat pada Rusa Jantan itu.

Sang Rusa Jantan itu tiba tiba berubah menjadi sosok laki laki berjenggot, yang dikenal sebagai Dewa Pemburu.

"Aku melihat kalian adalah pemburu sejati, pemburu yang pemberani, pemburu yang tangguh. Belum pernah kutemui pemburu sepeerti kalian. Yang malah membantu target buruan kalian padahal posisinya sudah sangat mudah" ucap Dewa Pemburu dengan nada bijaknya.

Asap menjawab, "Kami bukanlah pengecut yang menghabisi buruan kami yang sedang tak berdaya"

"Kami berburu bukan untuk kesenangan, karena membunuh bukanlah sebuah hiburan" tambah Pasa


Dewa pemburu itu tersenyum kecil kemudian menghadiahkan sepasang cincin untuk mereka berdua, dengan adanya cincin itu. Insting mereka dalam berburu menjadi lebih kuat.

-Doddy Rakhmat-

Minggu, 12 Oktober 2014

Rantau

Membelah samudera, merayap dibawah langit
Memisahkan diri di antara jarak yang terbentang
Itulah perantauan

Meninggalkan kenangan kenangan, membentuk yang baru dengan perjuangan

Didera hujan dan cobaan
Tak menyurutkan langkah untuk tetap berjuang
Demi kebahagiaan
Kebahagiaan yang hanya bisa dihargai oleh diri sendiri

Mengarungi hidup menjadi seorang petualang, petualang pahit manisnya takdir.

Jatuh berkubang lumpur tak masalah, bahkan bersimbah darah sekalipun
Asalkan itu demi kebenaran semua diperjuangkan

Melangkah jauh dari rumah adalah sebuah keberanian
Sebuah keputusan
Siap menghadapi apapun di medan kehidupan.

Dimana orang baik berpura-pura jahat, orang jahat berpura-pura baik.

Bukan harta yang kau khawatirkan saat berdiri sendiri di tengah kerumunan orang Tapi semua adalah tentang keyakinan
Keyakinan yang tidak boleh tergoyahkan

Karena kau selalu bersama Tuhan. Sang Maha Kuasa akan segala apapun di muka bumi.
Sekalipun yang kau hadapi itulah bajingan.

-Doddy Rakhmat-

Ibu

Pukul tiga pagi, ia sudah bersimpuh di atas sajadah panjang. Menautkan hati pada Illahi.
Dalam setiap desahan nafasnya terlafadz indah nama-nama manusia yang dicintai.
Seolah tak lelah dengan kesibukannya. Ia masih harus melayani keluarga penuh cinta kasih.
Menjadi yang terbaik bagi suami dan buah hati.
Derai air mata terurai kala yang dicintai terlukai.
Senyumnya mengembang bangga ketika buah hati menorehkan prestasi.
Ia Ibu, yang selalu ada setiap waktu.
Ia Ibu, yang senantiasa menyebut nama buah hati dalam setiap doa.
Ia Ibu, yang pertama mengurai air mata ketika belahan jiwanya terluka.
Ia Ibu, yang pertama membela ketika ananda ditimpa perkara.
Ia Ibu, yang selalu mencintai tanpa akhir tanpa dibatasi.

-Saidahumaira-

Sabtu, 11 Oktober 2014

Masih Menatap Bulan Yang Sama

Di suatu malam, Rama seorang pemuda yang bekerja sebagai akuntan duduk di sudut sebuah coffeshop.

Menatapi langit lamat lamat, cofeeshop ini dipilihnya karena kanan kirinya tidak ada gedung yang menjulang tinggi. Sehingga ia puas memandangi langit terutama di malam hari.

Rama mengaduk cappucino hangat di hadapannya, sambil menatap foto seorang gadis yang sedang tersenyum ke arahnya. Rama pun membalas senyuman itu, foto yang ia pajang sebagai wallpaper ponsel pintarnya.

Menatap jauh sampai ia bertemu dengan bulan. Bulan yang selalu sama bentuknya, tidak berkurang sedikit pun waktu ke waktu. Itulah yang Rama rasakan. Ia juga menyayangi Sinta tidak pernah berkurang sedikit pun.

Terpisah oleh jarak, tidak menyurutkan langkah Rama untuk menjalin hubungan dengan Sinta, sambil memutar cincin yang ada di jari manisnya. Rama menghela nafas, meresapi betapa indahnya saat bersama dulu dengan Sinta.

Kini mereka berada di daratan yang berbeda, Rama di Sumatera. Sinta di Jawa. Setiap hari tak bosan bosannya Rama mengabari Sinta, begitu juga sebaliknya. Ikatan yang telah mereka buat harus dijaga selalu. Selangkah lagi mereka menuju pernikahan. Rama kagum dengan Sinta yang begitu sabar menunggu hari paling indah sedunia itu berlangsung.

Sebuah pernikahan.

Kali ini Rama melihat bulan kembali, ia percaya saat mereka masih menatap bulan yang sama. Maka semuanya akan terasa dekat, keduanya menyadari akan adanya jarak tapi akan selalu ada cara untuk mendekatkan. Yaitu dengan cara menatap bulan yang selalu sama setiap waktunya. Saat itulah rindu tersampaikan, melalui bulan dan semesta alam.

Masihkah kita menatap bulan yang sama?

-Doddy Rakhmat-

Pesan Cinta dari Surga

Kehilangan tak pernah menyenangkan untuk siapapun. Terlebih kehilangan dia, yang begitu dicintai. Adira tak henti-hentinya menangis di sudut ruangan. Ia tak percaya kebersamaannya dengan Allan berakhir menyedihkan.

Malam itu, tak biasanya Allan tak memberi kabar pada Adira. Seharian tak mendapat kabar dari Allan membuat harinya sedikit cemas. Ia khawatir, entah apa yang ia khawatirkan. Dadanya sesak, seperti ada sesuatu yang tak enak. Hatinya tak menentu. Firasat itu menggelisahkannya. Tepat pukul tujuh malam, Adira mendapat kabar dari seseorang yang tak dikenalnya. Kabar duka yang seketika merampas ketenangannya. Ia terus terisak sementara telepon genggamnya sudah jatuh berantakan. Setengah kesadaran menguatkannya untuk sampai di depan pintu UGD sebuah rumah sakit.

Seorang wanita paruh baya spontan memeluknya sangat erat. Mereka sama-sama rapuh tapi berusaha kuat. Namun Adira tak mampu menutupi rasa kalutnya. Ia tak percaya, seorang lelaki yang dicintainya sedang berjibaku dengan rasa sakit, terambang antara hidup dan mati. Tak lama dokter keluar dari ruangan itu, menanyakan keluarga korban. Wanita yang tadi memeluk Adira langsung menghampiri dokter dengan tergesa, menanyakan kabar putra bungsunya.
"Pasien kehilangan banyak darah. Kami telah berusaha, tapi Tuhan yang berkehendak."
Kalimat klasik yang sudah bisa dipastikan kemana muaranya tapi tetap saja Adira bertanya, memastikan kabar kekasihnya. "Maksud dokter?"
"Maafkan kami. Pasien tak dapat bertahan. Tuhan lebih menyayanginya. Kami turut berduka cita."
Tangis Adira semakin menjadi. Baru kemarin mereka merayakan hari jadi yang kelima, baru kemarin mereka saling berjanji untuk tetap bersama-sama. Tapi kini semua harapan mereka dirampas oleh kematian.

Rasa sakit kehilangan itu semakin menyesakan hatinya. Ketika Mama Allan bercerita pada Adira bahwa sepanjang hari sebelum Allan meninggal dunia, Allan sibuk menyiapkan sebuah hadiah kejutan untuk Adira. Bahwa Allan akan melamar Adira tepat di hari ulang tahunnya. Semua telah dipersiapkan Allan dengan rapih, tinggal menunggu hari. Namun kini semua tak berarti. Allan sudah tak lagi memijakan kaki di bumi. Sebuah sticky notes bertuliskan "Will you marry me, Adira Putri?" menjadi sebuah pesan cinta yang membahagiakannya, bahwa ia pernah begitu dicintai oleh seorang lelaki yang kini mungkin sudah di surga.

-Saidahumaira-

Kamis, 09 Oktober 2014

Dimana Hatimu?

Cinta memang gila. Mampu membutakan mata hati dan logika. Mampu meliarkan pikiran dalam nada-nada amarah. Mampu membuat seseorang kehilangan akal sehatnya, mentaati bisikan kekecewaannya.

Namanya Cinta. Namun hidupnya tidak seperti namanya. Berkali-kali disakiti lelaki, membuat hatinya meringis sakit hati. Kini ia tak percaya lagi cinta. Untuknya cinta hanya rasa semu. Dan bahagia tak lebih dari sandiwara, semuanya bohong belaka.

Semuanya berawal dari sakit hati yang ia rasakan bertubi-tubi. Setiap ia memiliki kasih dan mencintai, selalu saja ia dikhianati lelaki. Hingga ia bertanya "dimana hati lelaki? kenapa bisa begitu seenaknya menyakiti? apa mereka tak punya hati? Lantas pikiran setan memburami hatinya. Ia berencana mencari jawaban atas pertanyaannya.

Malam itu, Cinta mendatangi rumah Boy, kekasihnya. Ia menangis tersedu-sedu memohon pada Boy agar kembali padanya. Begitu angkuhnya Boy, dengan tega ia berkata "Maaf Cinta, aku tidak mencintaimu. Aku hanya menjadikanmu alat agar mantan pacarku kembali padaku. Dan kini, aku dan dia sudah berpacaran lagi. Aku tak butuh kamu lagi cinta."

Barisan kalimat Boy sungguh sangat menyakiti hatinya. Cinta buta akal. Ia langsung mendorong tubuh tegap Boy hingga terjatuh. Kemudian ia mengambil pisau lipat dari saku celana belakangnya. "Setan kamu! Kamu pikir aku ini mainanmu? Kamu pikir aku ini sampah? Yang bisa kau buang seenaknya? Keparat kamu, Boy!"
Cinta mulai bermain-main dengan pisau itu. Disiletnya wajah Boy yang tampan. Boy meringis, ia berusaha menyelamatkan diri. Didorongnya tubuh mungil Cinta. Dan berusaha lari. Bodohnya Boy, ia lari ke dalam rumah dan terperangkap di dapur rumahnya.
"Kamu jangan gila, Cinta!"
"Aku gila karena kamu, Boy!"
"Cinta, aku mohon. Aku akan kembali jadi pacarmu lagi, Cinta."
"Terlambat, Boy. Hatiku sudah sakit. Dan aku ingin hatimu juga merasakan sakitnya!" Cinta berteriak histeris.

Boy tergeletak lemah. Seluruh tubuhnya berlumuran darah. Bertubo-tubi benda tajam itu menghujam tubuhnya. Boy menghembuskan nafas terakhirnya dengan mengenaskan. Tak sampai disitu, Cinta mengkoyak bagian perut Boy dan mengambil salah satu organ tubuh Boy. Cinta tertawa sendiri. "Ini hatimu Boy. Kamu lihat? Ini hatimu. Selama ini kamu yang sering menyakitiku. Kini giliranku." Dengan bengis Cinta mencabik-cabik hati Boy. Dan kemudian ia menusuk perutnya sendiri. Mati bersama hati yang membusuk.

-Saidahumaira-

Lagu Tengah Malam

Ini sudah kelima kalinya dalam tahun ini Diana pindah ke kosan baru. Ada sesuatu yang selalu mengusik harinya, mengusik malamnya. Awalnya ia pikir hal itu karena tempat kosnya yang sepi karena hampir semua penghuninya sedang melaksanakan tugas akhir. Namun di tempas kos kelima dalam tahun ini, hal yang mengusiknya tak juga pergi. Diana lelah terus berlari, menghindari. Namun tetap saja ia diusik kala malam hari.

Seperti halnya malam ini. Saat sedang mengerjakan tugas kuliahnya, Diana mendengar sebuah lantunan lagu sendu. Diana menengok ke jam dindingnya. Tepat pukul 12 malam, nyanyian itu mulai terdengar. Suara wanita yang menyanyikan lagu itu begitu menyedihkan. Lagu tentang sakit hati dan kekecewaan. Lagu tentang kehilangan. Lagu yang terdengar sayup namun jelas, yang tak jelas darimana asalnya. Diana mencoba menutup telinganya menggunakan headset, namun suara itu tetap terdengar tak terpengaruh. Diana sadar ia harus menyelesaikan masalah ini, bukan lari.

"Lo siapa sih? Mau lo apa?" Diana berbicara sendiri, menatap seisi kamarnya dengan takut.
Tak ada suara. Sejenak nyanyian itu hilang. Hening.
"Kenapa diam?" Diana bertanya menantang, namun ketakutan tetap tak hilang dari dirinya.
Tiba-tiba buku diary Diana terjatuh. Diana menatap takut, ingin mengambil tapi ragu. Akhirnya ia memberanikan diri. Ia ambil buku yang jatuh tepat di kaki, ia buka perlahan sembari tetap memandang sekeliling. Dan Diana terkejut ketika matanya membaca tulisan.

"Tolong kuburkan saya dengan layak!"

Diana tak mengerti. "Maksudnya? Gue gak kenal siapa lo!" Diana bertanya pada seisi kamarnya, pada mahluk astral yang tak dilihatnya.
Buku diary itu membuka lembarannya sendiri. Diana menatapnya ngeri. Tak lama ia kembali mendapati tulisan.

"Aku Adinda, sahabatmu."

Diana tercengang. Ia ingat sesuatu, tentang Adinda, tentang kematiannya. Setahun yang lalu, Adinda, sahabatnya dari kecil dikabarkan hilang dan belum ditemukan hingga saat ini. Dan Dinda dianggap telah mati meski jasadnya belum ditemui.

Melalui lantunan lagu sendu, Adinda menyampaikan sesuatu. Tentang suara hatinya yang pilu. Mati tanpa ada yang tahu.

-Saidahumaira-

Bayang

Seh, seorang pengembara. Ia sudah menjejakkan kakinya hampir di seluruh pelosok dunia. Dengan hanya modal jalan kaki.

Ia beristirahat di suatu daerah bernama Caka. Di suatu lembah di Afrika. Kali itu ia hendak membasuh muka di danau Caka. Betapa terkejutnya ia, ketika hendak membasuh muka, tidak mendapati bayangannya sendiri di permukaan air danau itu.

Seh, mengucek-ucek matanya. Seakan tidak percaya yang dialaminya. Kali ini ia pindah ke sisi lain danau, hal yang sama juga didapatinya.

Alangkah bingungnya Seh, kemana perginya Bayangan ia sendiri. Ia memecah air permukaan danau seakan mencari keberadaan bayangannya.

Bayangan yang hilang entah kemana itu, membuat Seh frustasi. Dan akhirnya ia memutuskan untuk tidur di pinggiran danau. Seh bermimpi ia melihat bayangannya mendekatinya, bayangan hitam ia sendiri. Perlahan bayangan itu menyamakan posisi Seh yang sedang berbaring. Tiba tiba Seh terbangun, segera mencuci muka dan alangkah terkejutnya dia, yang didapatinya bukan bayangan ia sendiri. Tapi bayangan ratusan orang yang memantul di permukaan air.

Seh langsung meninggalkan daerah itu, selidik punya selidik. Caka adalah tempat favorit warga sekitar untuk bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri ke danau. Konon, nyawa nyawa itulah yang muncul di permukaan air, dan menutupi bayangan orang yang becermin.

-Doddy Rakhmat-

Kunci

Salim memegang kunci yang berlumuran darah, ini adalah korban yang ke 100. Maka ia membuatnya secara spesial, merenggut nyawa seseorang dengan sebuah kunci motor.

Di balik gemuruh hujan dan petir bersahutan,tampak remang remang rumah Salim di ujung desa. Salim adalah sosok agamais di desa nya, ia dikenal pintar berdakwah. Tetapi tidak banyak yang tahu bahwa salim bermuka dua. Tampil di publik sebagai Ustadz, namun malam itu ia tampil sebagai manusia paling bejat.

Salim seorang Psikopat, ia senang membunuh orang. Melihat darah berceceran membuat ia semakin bersemangat menjalani hari, terlebih lagi Salim pernah membunuh orang dengan tangan kosong. Sebuah favorit Salim.

Untuk korban yg ke 100 , Salim memperlakukannya dengan spesial, dengan sebuah kunci. Ia berhasil melumpuhkan dan menghabisi nyawa korban ke 100 nya dalam kurun waktu 100 hari. Berarti Salim menghilangkan nyawa satu orang setiap harinya.

Dengan sebuah kunci motor, Salim melesatkannya ke tenggorokan korban, mengkoyaknya dan mencabutnya. Korban yang jatuh tersungkur dipukuli habis-habisan oleh Salim, dan sebagai penutup. Salim menancapkan kunci motor itu ke pelipis bagian dalam korban hingga menembus kepalanya. Korban nya tewas kehabisan darah.

Tiba tiba, terdengar teriakan teriakan warga desa dari luar rumah. Yang tanpa permisi lagi masuk ke dalam rumah Salim dan mengkeroyoknya habis-habisan sampai Salim meregang nyawa. Dengan kunci motor yang menancap di dadanya, di jantungnya.

Tragis memang Salim, Sang "Malaikat Maut" yang dilahirkan sebagai manusia biasa. Kini menjumpai ajalnya sendiri.

-Doddy Rakhmat-

Selasa, 07 Oktober 2014

Masa Depan

Masa depan itu semu. Masa depan itu adalah hari ini yang telah diprediksi kemarin. Meski begiti, masa depan tetap menjadi harapan. Bahwa setiap hal masih memiliki kesempatan.

Kiara menggerutu terhadap hidup yang menimpanya. Terlahir dari golongan keluarga miskin yang dikucilkan masyarakat desa Hilir. Kiara tak terima dengan semua takdir hidupnya. Ia ingin masa sulitnya segera berakhir. Ia begitu menanti masa depan. Yang ia percaya bahwa masa depan akan membawanya pada sebuah kebahagiaan.
Malam itu, Kiara sedang berjalan sendiri di sebuah hutan menuju rumah neneknya. Ketika berada dalam perjalanan, Kiara melihat sebuah cermin tergeletak di antara daun-daun yang berguguran. Segera ia pungut cermin itu dan berkaca. Ia melihat wajahnya dengan senyum. Paras cantiknya menjadi satu-satunya yang ia banggakan juga yang ia andalkan. Tiba-tiba cermin itu bercahaya, Kiara melihat sesuatu yang tak asing baginya. Ia melihat wajahnya sendiri, namun dengan pakaian dan keadaan yang lebih baik. Ia mengenakan pakaian mahal dan bagus, mengenakan perhiasan berlian di setiap lekuk tubuhnya, ia juga mampu makan-makanan enak dan mahal. Kiara tersenyum melihat bayangan itu, ia meyakini bahwa itu adalah masa depannya. Masa depan yang bahagia.

Setiap hari, Kiara semakin malas bekerja. Ia terlalu percaya pada cermin yang tak tahu siapa pemiliknya. Ia selalu mengumbar apa yang ia lihat dalam cermin itu kepada semua orang. Bahwa ia akan kaya raya. Bahwa ia akan hidup bahagia. Ia percaya pada masa depan yang dilihatnya dalam cermin itu.

Sepuluh tahun telah berlalu. Hidup Kiara tak berubah sama sekali. Ia justru semakin terpuruk. Ia tak terima akan nasib yang dialaminya. Ia menyalahkan cermin itu dan juga menyalahkan Tuhan karena tak kunjung memberi hidup bahagai seperti yang ia lihat dalam cermin itu. Kiara menjadi hilang akal sehat. Setiap hari pekerjaannya hanya melihat cermin. Dan bayangan dalam cermin itu tak berubah. Tetap memperlihatkan kehidupan Kiara yang bahagia. Ibu Kiara khwatir, ia membawa Kiara ke seorang ahli tafsir. Tak berapa lama ahli tafsir membaca aura Kiara. Ia menatap Kiara dan memberi petuah.
"Masa depan itu harapan. Tetapi bukan berarti kita bisa mendapatkan dengan keajaiban. Semuanya butuh perjuangan, usaha, dan pengorbanan. Percayalah pada proses, bukan angan."


-Saidahumaira-

Menyelam Di Udara

Kali ini aku memilih diam
Memandangi hamparan lautan udara dalam dalam
Meresapi segala keraguan disekitar
Menyingkirkan segala keluh kesah

Aku menyelam lebih dalam, mencari mutiara.
Yang begitu indah.

Kilaunya terlihat dari permukaan udara
Aku menyelam lebih dalam lagi
Berusaha menggapai mutiara itu

Mutiara, awalnya hanya benda tak bermakna melewati kerasnya kehidupan
Hingga menjadi benda indah yang paling dicari dimuka bumi

Lautan udara, aku menyelam di dalamnya. Mencari mutiara. Mutiara itu kamu.
Kamu itu berharga.


-Doddy Rakhmat-

Senin, 06 Oktober 2014

Sajak Tak Usah

Kau tidak usah mencintai, tapi cukup ada di dalam hati

Kau tidak usah mencintai, karena aku sudah mencintai lebih dahulu

Kau tidak usah mencintai, namun jadilah orang yang selalu ada di kala aku sedih

Kau tidak usah mencintai, Mencintai hanyalah fana. Semu.
Berniatlah untuk membangun ibadah sepanjang hidup hingga maut menanti.

Kau tidak usah mencintai, biarkan saja rasa itu menguap bersama embun pagi. Bukan hilang tak berarti, tapi bergabung dalam awan awan yang akan memberikan hujan.

Maka ketika hujan aku akan berdiri di bawahnya, merasakan cinta yang luar biasa.

-Doddy Rakhmat-

Sebab, Ku Percaya

Tanpa kau berkata, sebenarnya ku percaya. Bahwa hari-hari yang telah kita lalui bersama, bukan senda gurau belaka. Kita sedang sama-sama, saling memahami, melengkapi, dan menjadi teman berbagi yang tak terganti.

Aku ingin segera tiba saatnya. Kau meminta cintaku dengan perkasa, dengan kalimat indah atas nama-Nya. Meski sebenarnya tanpa kau meminta aku telah memberinya. Memberi hati yang hanya satu-satunya kepada lelaki satu-satunya.

Jagalah ia, cintailah ia atas nama-Nya. Sebab aku percaya, kamu takkan melukai aku yang telah percaya.

-Saidahumaira-

Kamis, 02 Oktober 2014

Lelaki Berbaju Batik

Malam jumat kliwon. Malam yang ditunggu muda-mudi kampung Tunik untuk berpesta Malam ini, pesta dirayakan di rumah Ayana, anak kepala kampung. Tepat pukul tujuh, beberapa tamu sudah berdatangan. Ayana pun melaksanakan ritual dansa dengan menutup mata dan memilih siapapun yang di hadapannya.

Dan tibalah saat itu, Ayana menutup matanya dan mulai berjalan tak tentu arah. Langkah Ayana terhenti, ia mencium bau melati. Ayana seperti mengenali siapa lelaki yang memakai minyak wangi aroma melati. Ayana segera membuka penutup matanya dan mendapati Fadli, mantan kekasihnya berdiri di hadapannya, lengkap dengan kemeja batik yang selalu dipakainya setiap hari.

Ayana langsung memeluknya dan mereka pun berdansa. Ayana terbawa suasana, mereka larut dalam cinta lama.

Ayana begitu merindu Fadli yang sudah lama tak pulang karena merantau. Ayana lupa pada pesta, perhatiannya hanya tertuju pada Fadli semata.

Beberapa hari setelah pesta itu. Ayana kembali bersama Fadli. Setiap hari mereka selalu bertemu. Ayana begitu bahagia. Mereka seperti tak ingin terpisahkan. Namun malam itu, Fadli mengatakan bahwa ia harus kembali pergi.

"Kamu mau kemana Fadli? Tak bisakah kau tinggal saja disini?"
"Tidak bisa Ayana. Aku harus benar-benar pergi dan aku tak akan kembali."
"Aku benci kamu!"
"Ku mohon Ayana. Jangan membenciku, aku hanya ingin bersamamu sebelum aku pergi."
"Aku ingin ikut denganmu."
"Jangan Ayana. Hidupmu masih panjang. Jangan kau sia-siakan untuk ikut denganku."

Ayana diam. Fadli mengecup kening Ayana dan memberikan Ayana sebuah baju batik berwarna merah, warna kesukaan Ayana.

"Simpanlah ini. Aku ingin kau mengingatku setiap kali menatap batik cantik ini. Dan aku ingin kamu mencintai batik ini seperti kamu mencintaiku."
Ayana menerima pemberian Fadli, matanya basah. Ia tidak ingin ditinggal Fadli.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah Ayana. Ayana menatap Fadli sesaat seraya berkata sebentar. Ayana membukakan pintu, ternyata kakak Fadli yang datang.


-Saidahumaira-

Batik Bertuah

Alkisah, di sebuah desa di daerah Jawa, hiduplah seorang pengrajin Batik bernama Mbok Yem. Konon kabarnya, Mbok Yem melukis batik dibantu kemampuan gaib karena kondisi ia yang buta.

Setiap batik yang dihasilkannya selalu meminta tumbal, bisa jadi anak anak atau gadis paruh baya. Batik lukis Mbok Yem terkenal di seluruh penjuru Kota. Yang memakainya adalah kaum kaum sosialita atas, karena dipercaya Batik Mbok Yem bisa menaikkan pamor dan aura pemakainya.

Mbok Yem melukis batiknya setiap malam, mulai jam 12 malam sampai subuh menjelang. Lilin batiknya bercampur dengan dupa,menyan dan juga uban rambutnya. Lampu temaram rumahnya menambah kesan mistik.

Setiap membatik, Mbok Yem menyinden tembang jawa kuno. Seperti mantra mantra, canting batiknya bergerak-gerak sendiri.

Satu kain batik diselesaikan, satu tangis kesedihan tercipta. Kematian tak wajar menimpa gadis jelita.

Orang orang sudah geram dengan perilaku Mbok Yem. Akhirnya, warga mendatangi rumah Mbok Yem. Tanpa babibu lagi orang beramai-ramai membakar rumah beserta Mbok Yem di dalamnya.

Warga puas. Pasca kejadian itu, diantara puing puing rumah yang telah menjadi abu. Masih sering terdengar suara Mbok Yem menyinden jawa. Suaranya yang sedikit meraung, seperti meminta tolong.
Miris.

Menghilang dalam kekejaman dunia, itupun karena ulah ia sendiri.

-Doddy Rakhmat-