Rabu, 24 September 2014

Segenggam Berlian

Napasnya terengah-engah, matanya berkeliaran mencari tempat sembunyi,
beberapa meter di belakangnya berlari-lari segerombolan warga sambil
meneriaki "maling!! maling!!" mencoba mengejar si pria dengan penutup
wajah berwarna hitam itu. Si pria mencari celah di antara rimbunannya
pohon dan gelapnya malam. Berharap para warga tak menemukan
keberadaannya. Ia diam di balik pohon besar, sambil berjongkok dan
memerhatikan warga yang celingukan mencarinya. Beruntung, warga
menyerah dan kembali menuju rumah Pak Dede, pemilik rumah yang harta
bendanya dibawa lari pria itu.

Namanya Udin, malam itu malam pertamanya menjajal profesi baru sebagai
maling. Ia tahu itu salah, penuh resiko, dan berdosa. Namun ia seolah
tak peduli, sebab perut keluarganya harus terisi.

Malam-malam berikutnya Udin kembali beraksi. Kini incarannya tak hanya
untuk sebungkus nasi. Ia terpedaya nafsu diri. Ia ingin kaya meski
dengan mencuri. Ia tak peduli, yang penting hidup bisa dinikmati.
Seolah hidup hanya tentang materi dan keimanan lengser dari hati.

Demi memenuhi hasrat sang istri, Udin kembali beraksi mencuri.
Segenggam berlian harus ia dapati. Kali ini, rumah Pak Daud
incarannya. Pak Daud terkenal kaya namun ia congak dan tega. Dengan
menyelinap, Udin berhasil masuk rumah Pak Daun, mencari-cari harta
yang ia cari. Segenggam berlian kini ia telah dapati, namun naas kali
ini ia tak seberuntung hari lalu. Alarm berbunyi, Pak Daud dan seluruh
keluarganya terbangun. Para penjaga keamanan berbondong-bondong
menghampiri, warga telah sampai di depan rumah Pak Daud untuk
menghakimi. Sial sungguh sial, Pak Daud sungguh tak memberi ampun pada
Udin dan membiarkan Udin dihabisi. Mati di tangan warga yang tengah
benci.

-Saidahumaira-

1 komentar:

  1. lagi tuker-tukeran artikel atau gimana?
    baru aja baca tulisannya mas Doddy di blognya mbak Saidahhumaira. Nah ini malah tulisannya mbak itu ada di sini o.O

    BalasHapus