Jumat, 12 September 2014

Dekapan Ibu

Serpihan masa lalu itu sama sekali tak ingin ia ingat. Terlalu banyak luka dan air mata yang menyesakkan dada. Langkahnya tak tentu arah, hatinya kerap gelisah. Ia mencari satu hal dalam hidupnya, apa maksud Tuhan atas semua yang terjadi padanya?

Namanya Hilda. Ia anak seorang konglomerat di kotanya. Hidupnya berkecukupan, semua pintanya terlaksana barang sekejap saja. Semua yang ia mau selalu ada, namun hanya satu yang tak ia punya...Ibu.

Entah cerita itu benar atau tidak, ibu Hilda adalah seorang PSK. Wanita malam yang pernah ditiduri ayahnya. Yang kemudian hamil dan meminta pertanggung jawabannya. Strategi licik para pemuas nafsu, demi segepok rupiah dan segenggam berlian. Atas alasan nama baik, Ringgo, ayah Hilda bersedia bertanggung jawab, maka terjadilah pernikahan yang melanggar syariat agama itu. Usai melahirkan, Ringgo bertitah cerai. Tak sudi ia memilki istri yang bekas pakai banyak lelaki. Wanita itu pun pergi namun anak perempuan mungil itu tetap tinggal, bersama Ringgo yang dituding sebagai ayahnya.

Masa kecilnya cukup bahagia. Bersama Ringgo yang ia kenal sebagai ayah. Saat Hilda menginjak remaja, ibu baru datang di kehidupannya. Cantik, kaya, dan terpelajar, kebanggaan Ringgo dan keluarga besar. Sejak itu rahasia terungkap, Hilda pergi mencari wanita yang melahirkannya ke dunia, siapapun dia.

Lelah, Hilda tetap mencari. Dimana ibu yang tak pernah ia ketahui tinggal saat ini. Seluruh penjuru kota disinggahi, tak satupun memberi jawaban pasti. Hilda menyerah, tak tahu ia harus kemana melangkah.

Dalam keputusasaan, Hilda bersimpuh di sebuah mushalla kecil di pinggiran kota. Air matanya mengalir lembut, doa-doanya terdengar syahdu. Terlihat ketulusan pada wajah cantiknya. Sungguh ia tak pernah peduli siapa ibunya, ia hanya ingin bertemu dan mendekapnya. Ia ingin berbakti meski tak lama. Meski Tuhan hanya beri kesempatan sekejap saja. Itu kebahagiaan terbesar baginya.


-Saidahumaira-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar