Pria itu membelai rambut putri kecil itu dengan
sayang. Tatapan matanya senang, rona bahagia terlihat dari senyumnya yang mengembang.
Semenit kemudian ia mendekap tubuh putri kecil itu. Mendekatkan ke dadanya, ke hatinya.
Tak banyak kata-kata keluar dari mulutnya. Hanya senyum yang bicara bahwa ia terlampau
bahagia. Putri kecil itu putri pertamanya. Buah cinta ia dan istrinya dan kini ia
resmi dipanggil....Ayah.
Lelah raganya sehabis bekerja tak membuat ia
payah. Melihat wajah buah hatinya, segala linu di tubuh enyah sudah. Hanya rasa
bahagia dan ingin berlama-lama dengan putrinya yang menetap dalam jiwa. Yang akan
ia jaga hingga tubuhnya menua dan putri kecilnya beranjak dewasa.
Hari berganti, bulan berganti, tak terasa dua
puluh tahun telah terlalui. Putri kecil yang dulu tak pernah lepas dari gendongannya,
kini menjelma menjadi sosok bidadari yang menyejukan hati. Putri kecil kesayangannya
kini menjadi idaman para lelaki untuk diperistri. Dan siap ataupun tidak suatu hari
ia harus melepas putri kecilnya membangun keluarga baru, jauh darinya, dan tak lagi
miliknya.
Tak terasa hari itu tiba. Ia cemburu luar biasa
ketika putri kecil kesayangannya mulai membanggakan lelaki lain selain dirinya.
Namun dalam hati ia juga lega, dalam suka duka ia mampu mendidik putrinya menjadi
manusia taat agama. Meski tenaga tak lagi luar biasa, ia menjabat erat tangan lelaki
yang ia percaya mampu menjadi imam bagi putrinya. Mampu menbimbing putrinya hingga
ke surga. Dan ketika para saksi berucap 'SAH' dengan lantang, matanya basah. Kini
putri kecil tak lagi menjadi miliknya, tetapi milik suaminya dan mengabdi padanya.
Selamat menempuh hidup baru putriku. Ku doakan
kan selalu bahagia bersama suamimu. Sekeras apapun badai rumah dalam rumah tangga
yang kelak mungkin menghampirimu, jangan takut! Percayalah ada Allah menjagamu.
Ayah dan ibu selalu mendoakanmu.
Salam cinta dari lelaki kesayanganmu.
Ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar