Jumat, 28 April 2023

Televisi



Malam hari tanpa sinar bulan. Kelam. Aku kembali berangkat menuju kantor mengambil chargerku yang tertinggal. Televisi kubiarkan menyala saat pergi. 30 menit kemudian aku kembali dan saat berdiri di depan pintu rumah. Sayup sayup terdengar suara tidak jelas dan bising dari dalam rumah. Seperti bunyi kursi yang digeser dan juga langkah kaki. Aku memberanikan diri untuk masuk. Pintu perlahan kubuka, posisi kursi masih seperti semula. Kondisi televisi masih menyala namun menayangkan cuplikan video seperti kaset rusak yang tidak jelas. Terlihat sebuah ruangan yang tidak aku kenali.

Dari sudut layar, sosok dengan kain putih lusuh tercabik-cabik, wajah hancur berdarah dengan mata hitam pekat bergerak terseok-seok mendekati kamera dan dari layar televisi ia berteriak ke arahku

AWAS DI BELAKANGMU!!!

Aku tersentak dan refleks menoleh ke belakang.

Berdiri sosok dengan wajah yang sama persis ada di layar televisi tadi. Sekejap ia mendekat ke arahku. Di balik hancurnya wajah itu, perlahan aku mengenalinya.

Seorang teman beralih musuh.

Terakhir aku melihatnya 15 tahun lalu saat kukubur jasadnya di tengah kebun sawit dengan pisau penuh darah tertancap sebagai nisannya.

Kamis, 19 Januari 2023

19 Januari adalah Hari Kehilangan Di Semestaku



Tepat 6 tahun yang lalu aku kehilangan seorang kakak perempuan. Anak tengah. Pekerja keras. Melakukan apapun demi keluarganya.

Bagaimanapun duka selalu punya ruang di hati, di kehidupan yang kita jalani. Duka yang bernama kehilangan akan kekal. Tidak lekang masa. Tidak sementara.

Percakapan dan suara yang biasa kau dengar hanya akan terkunci di memori. Perhatian yang kau tak temukan kembali dan cerita tak bisa terulang lagi. Kenangan itu hanya akan melekat dalam ingat. Kau akan rindu memeluknya, kau akan rindu membuatnya tertawa, kau akan rindu kehadirannya. Kau tak bisa memilih untuk mengakhiri perasaan itu. 

Kepada setiap kehilangan yang terjadi di muka bumi, semoga hatimu tidak rumpang. 

Minggu, 27 November 2022

Ibu-kota


Aku tak tahu apa apa

Tentang kota ini
Selain klakson menyalak,
Harapan yang dijual,
Mimpi tumbuh subur,
Keringat yang tak berhenti menetes

Aku tak tahu banyak
Namun semua bergerak
Membawa rancangan
Dalam kepala dan badan
Untuk bertahan

Aku tak tahu
Ruas jalan yang rumit
Atau pikiranku saja yang pelik
Di hiruk pikuk sibuk

Aku tak
Tinggal di dalamnya
Hanya perlintasan sementara

Aku
Belum mengenalnya betul
Tapi mereka menyebutnya
Ibu
Kota

(DR)

Selasa, 01 Februari 2022

Topeng Muslihat Rasa

Ada masa saat aku hanya berdiri di depan cermin, bayanganku bahkan tidak mengenali tuannya sendiri. Karena sudah terlalu banyak topeng yang kukenakan.  Kudapati topeng-topeng dari itu masa silam. Silam belum terlalu jauh. Masih baru dari luka yang masih basah juga dari bahagia yang tumbuh merekah.

Topeng-topeng itu kuselipkan dan kubawa kemanapun aku pergi. Kuajak ia untuk bertemu banyak orang, yang di suka maupun tidak. 

Kemudian ada masa saat aku pulang dari padatnya isi kepala karena sering diteriaki atas kebodohan sendiri. Lalu aku menarik kursi kayu dan duduk di depan cermin setinggi badan itu. Bayanganku menangis, aku tersenyum. Ia sempat heran tapi lekas tersadar. Aku belum melepas topeng muslihat rasaku malam itu. 

Waktu memilih menjalankan takdirnya ke depan, melaju maju tak dapat dihentikan. Tidak ada kata mundur atau kembali. 

Aku terlampau lelah membawa topeng-topeng yang semakin beragam. Maka sudah kuputuskan, di suatu malam aku melemparnya tinggi-tinggi dan kubiarkan topeng muslihat rasa jatuh pecah berkeping. 
Lalu aku harus menjadi siapa?

(Doddy Rakhmat, Februari 2022)


Gambar dari Pinterest.