Rabu, 17 September 2014

Sisir 5 Jari

Di sebuah desa, tepatnya di sebuah rumah jawa kuno. Sepeda ontel warna abu-abu itu tersandar di dinding samping rumah. Pemuda paruh baya terlihat berdiri di depan cermin yang diletakkan di bagian teras rumah.

Merapikan rambutnya dengan 5 jari, tanpa menggunakan sisir. Ia lah Remin. Pemuda paruh baya yang tinggal bersama ibunya. Remin mengantarkan surat kabar ke warga yang dikirim dari kota setiap 2 kali dalam seminggu, Selasa dan Jum'at. Kebiasaan menyisir dengan 5 jari nya ini mengingatkan ia pada sang ayah. Ayahnya yang sudah merantau jauh dan belum pulang sejak lama, belum ada satu surat yang ia terima dari Ayahnya itu.

Dengan kemeja polos dan celana panjang abu abu favoritnya, ia berangkat meninggalkan rumah menyusuri jalan desa dan membagikan surat kabar yang sudah tidak hangat lagi sebetulnya. Karena terlambat. Sisir 5 jari adalah hal kecil untuk mengobati kerinduan kepada Ayahnya,yang mengajarkan sebuah kesederhanaan dalam berpenampilan.

Bisa saja ia membeli sisir. Tapi yang tak bisa ia beli adalah kenangan sisir 5 jari itu. 

-Doddy Rakhmat-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar