Selasa, 31 Maret 2015

Presiden Aisenodni

Baru seminggu saya dilantik menjadi orang nomor satu negeri ini.  Ratusan juta memandang, walau aku tak yakin semuanya melihat saya bersumpah menjadi pemimpin negara Aisenodni.  Mengenakan peci beludru lengkap dengan jas hitam plus dasi merah mengkilap. Gagah sekali.

Setelah pelantikan itu saya kembali mengenakan topeng, sudah lama saya tidak memakainya.  Dimana kesedihan, lelah dan letih yang saya rasakan dalam hati juga perlu waktunya sendiri. Saya tutupi dengan topeng kebahagiaan, agar rakyatku selalu bahagia.  Walau menurutnya regulasi yang dijalankan terkadang ditentang.  Tak apa, semua orang punya hak berpendapat.  Namun berpendapatlah yang cerdas, bukan mengandalkan ego dan modus ikut-ikutan.

Mungkin kalian pernah mendengar sebuah lagu dengan potongan lirik seperti ini,
"5 menit kita memilih, 5 tahun kan kita jalani" . Menurut saya, kata 'kita' disana itu lebih menitikberatkan pada saya yang dipilih dan menjalani amanah. Nah, bagaimana kalau kalian saya beri kesempatan 5 menit saja setiap harinya untuk berada posisi saya. Maka bagai badai, semua aspirasi rakyat akan menggaung isi kepala tanpa dipersilahkan.  Pernah tahukan kalian lagi di pasar?  Riuhnya kurang lebih seperti itu tapi bedanya ada di dalam kepala dan batinmu.  Bahkan berbicara dengan diripun rasanya sulit. Malam, adalah waktu yang tepat untuk merenung, setidaknya riuh itu lebih jauh berkurang.  Karena sudah banyak yang tertidur seperti kebanyakan anggota 'perwakilan rakyat' saat rapat. 

Saya ini sebetulnya juga manusia biasa.  Bukan superman atau tokoh jagoan kalian yang keren dan hebat.  Ada sekitar kurang lebih 200 juta orang di negara Aisenodni, satu hari ada 86.400 detik, seandainya saja setiap rakyat mengeluarkan pendapatnya.  Jika diasumsikan satu orang satu detik maka perlu waktu sekitar 6 tahun untuk saya dengar semua aspirasinya, eh malah keburu sudah selesai masa tugas. Belum lagi harus diwujudkan satu per satu apa yang diaspirasikan, tanpa rakyat presiden itu tidak ada apa-apanya.  Tapi bagaimana rakyat tanpa presiden? 

Kemanapun saya pergi bukan hanya ajudan saya yang mengikuti tapi sepasang makhluk Tuhan bernama Malaikat Raqib dan Atid juga mengawasi.  Mereka tidak pernah luput mencatat setiap amal perbuatan.  Saya heran, apakah 'anggota' saya yang main uang panas itu sudah melupakan kedua malaikat tadi?  Atau lebih parah mereka sudah lupa dengan Tuhan?  Saya tidak perlu ditakuti, wong saya ini manusia juga.  Masih suka makan nasi sama tempe.  Pesan saya buat anggota, "Ingatlah Tuhan. Kematian itu hanya berjarak tipis dengan kehidupan. Buat apa berpesta pora di dunia kalau ujungnya masuk bui abadi bernama neraka"

Ini Hari ketujuh saya menjadi Presiden Aisenodni, lantas bagaimana hari berikutnya? Apakah kalian ingin mencoba?

Ayolah, kalian pandai berandai-andai.  Andai aku jadi presiden dan segala macamnya.  Ini kehidupan realita, bukan negeri dongeng penuh reka. Buktikan!

~Doddy R
31.03.2015

Kucing Bertutur : Jadilah Kucing!

Wahai manusia.  Perkenalkan nama ku Meong atau sering di sapa Miau oleh majikanku.  Aku bukan seeonggok kucing biasa.  Hobiku tidak semainstream kucing lainnya.  Hobiku bermain analogi. Maka ijinkanlah kali ini aku bertutur.  Oh iya, aku juga sudah belajar bahasa manusia jadi jangan heran kalau nanti bisa menanggapi kalian.

Siapa sih yang tidak cemburu.  Kerja leyeh-leyeh seharian, godain majikan tetep dikasih makan.  Kalau laper tinggal mengeong.

Ras kami memang doyan ikan asin, tapi untuk aku berbeda.  Untuk mendapatkan kebutuhan gizi dan cita rasa asin plus gurih biasanya aku diberikan keju mozzarella.  Padahal majikan ku setahun sekali belum tentu makan pizza. Miris. 

Itulah manusia adalah makhluk pengorbanan.  Ia akan mengorbankan apapun demi yang ia cintai. Tak terhitung berapa malam minggu yang kulalui bersama majikan yang kesepian.  Berkali-kali ditolak gebetan sudah membuka pemahamannya tentang pengorbanan.  Dan akhirnya kini ia memilih sering menghabiskan waktu denganku. Pilihan yang tidak salah. Mungkin.

Enaknya jadi kucing ini apa-apa tinggal mengeong, kecuali untuk buang air.  Biasanya aku sembunyi-sembunyi ke toilet majikanku sambil baca buku filsuf "Mengapa Kucing Binatang?"

Oh iya, aku ini kebetulan perempuan.  Majikan ku lelaki normal walau kadang suka ngupil pake jempol kaki.  Normal kan? Majikanku agak kurang ajar juga sih, sebagai perempuan masa aku gak dikasih baju.  Sering aku masuk angin, sehingga harus kerokan sama dinding.  Hufft.

Kalau kamu ingin hidup nyaman seperti aku, Jadilah Kucing!
Tapi jangan jadi kucing garong atau kucing jablay.

Sudah dulu ya, tunggu episode selanjutnya.  Mau mendalami bacaan buku Mengapa Kucing Binatang. 

Salam,

M

Minggu, 29 Maret 2015

[Renungan] Di Antara Kelopak Kacang

Malam ini aku belajar dari sebuah perjalanan.  Perjalanan yang membawa kepada sebuah perenungan.  Seorang ibu dengan telatennya menjual kacang rebus di tepi jalan.  Bermandikan cahaya lampu minyak, gurat letih tertutupi oleh senyum yang dilontarkan pada setiap pembeli.  Beliau mengamalkan prinsip pembeli adalah raja.  Ya, seorang raja harus dilayani dengan baik.

Aku yakin beliau adalah ibu yang tangguh.  Yang berjuang demi keberhasilan anak-anaknya.  Ada kegigihan dalam setiap butir kacang yang ia jual.  Ada harapan yang tumbuh bersama kepulan uap membumbung. 

Pikiranku melayang kepada masa lalu, bukan tentang kacang dan kepulan uap.  Tapi tentang harapan.  Harapan tumbuh bersama doa-doa yang tersemat dalam diam.  Aku menyadari masa kecil adalah masa lalu yang tak dapat kuubah lagi, kini yang harus diubah adalah masa depan. Aku merasakan bagaimana pahit getirnya kehidupan keluarga kami, gejolak bertubi-tubi datang.  Tapi aku salut, perahu kami tidak karam walau diterjang badai. 

Aku senang mengenang, kebiasaan orang tua dan anggota keluarga lainnya membuat aku senyum-senyum sendiri.  Terkadang tanpa kusuruh air mata itu menetes menuruti gravitasi, gravitasi bernama hati. 

Hari sudah larut, aku meninggalkan tepi jalan.  Meninggalkan ibu penjual kacang rebus dengan harapan yang mengepul.  Terima kasih sudah mengajari dalam diam.

Ingatlah satu hal, orang tua tetaplah orang tua. Sampai kapan pun, tidak akan ada namanya mantan orang tua.  Orang tua selalu berupaya agar anakn menjadi 'orang'. Bukan orang lain, tapi orang yang berguna.  Dan orang tua selalu mempersiapkan agar anaknya menjadi orang tua kelak.

Jika didekat kalian sekarang ada Ibu dan Bapak, maka peluklah.  Seakan pelukan itu adalah pelukan terakhir.  Rasakan kedamaian dan kerinduannya.  Seandainya mereka jauh, katakanlah melalui telepon atau panggilan video bahkan kalian akan menjadi 'orang' yang selalu membahagiakan mereka.  Bila mereka sudah tidak ada lagi, maka doakan selalu.  Karena doa anak yang saleh akan diterima menjadi pahala walaupun sudah putus usia.

Sudahkah kalian menjadi pribadi yang shaleh dan shalehah?

Doddy R
29.03.2015

Kamis, 26 Maret 2015

Bilik Setengah Jadi

Bilik setengah jadi.

Setengah sadarku hilang
Dari jiwa meradang

Setengah nafasku lenyap
Disesap hati sembab

Setengah rasaku jatuh
Dalam raga yang merengkuh

Dalam bilik setengah jadi, bernama Hati
Kutambatkan aksara yang meliar diri
Menunggu dirimu menjadi jinak merpati

~Doddy R
26.03.2015

Senin, 23 Maret 2015

Tears of Angel

Kala itu malam, aku bersedekap bersama kesendirian ku seraya menengadahkan munajat. Langit malam itu sendu, pekatnya bias tak jelas. Antara abu atau hitam.  Mungkin mendung, pikirku.

Di hadapanku tersusun puluhan gelas kaca, tahukah untuk apa?  Semua itu berawal dari sebuah buku yang aku baca dalam mimpiku.  Hebat ya dalam mimpi bisa merapal aksara.  Aku pun heran.

Buku itu berjudul Air Mata Malaikat, entah siapa pengarangnya aku pun tak tahu.  Bahkan melihat sampulnya saja aku tak sempat. 

Mataku menangkap sebuah kalimat dalam halaman terakhir buku itu, isinya seperti ini.  "Jika engkau mempercayai adanya aku, akan kubuktikan dengan tetes air mata dari langit"

Kalimat singkat itu membuatku terbangun.  Apakah benar adanya? Hingga aku memutuskan menunggu tetes air mata itu di suatu tempat. Di hamparan rumput yang sudah tak tampak hijaunya lagi karena malam.

Dingin sekalipun ku lawan demi membuktikan apa yang kubaca dalam mimpi itu , hampir menjelang tengah malam sebelum memutuskan untuk pulang.  Hati kecilku bergumam, "Aku percaya akan adamu, tunjukkanlah air mata yang kau janjikan itu"

Saat aku membuka mata, betapa indahnya gelas-gelas kaca yang kutaruh berisikan cahaya. Air mata sang malaikat itu hadir tepat janji. Dari langit masih turun terus menerus membuat malam itu tak pernah kulupakan seumur hidup. 

Aroma rumput yang basah mengembun kuhirup dalam-dalam.  Cahaya itu tak redup hingga menjelang subuh.
Kemudian semuanya gelap, ada seberkas suara yang kudengar "Bangunlah, tegakkanlah sholat"

Sebuah mimpi indah di antara rumput dan cahaya
Subhanallah.

~Doddy R

Minggu, 22 Maret 2015

Dua Cinta Negeri Sakura

Dua Cinta Negeri Sakura

 

Penulis               : Irene Dyah

Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama

Tanggal Terbit   :  2 Maret 2015

Halaman            :  181 + vi (BW)

 

Novel Metropop karya Irene Dyah ini merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya yaitu Tiga Cara Mencinta. Dari judul bukunya saja pikiran kita langsung dibawa hanyut ke negeri sakura, Jepang.  

Dua Cinta Negeri Sakura ini menceritakan kehidupan tiga orang sahabat Aliyah, Miyu dan Ajeng -Para Wanita Masa Kini- akhirnya berkumpul di negara Jepang. Ajeng yang dulunya di Jakarta akhirnya mutasi kerja di salah satu kawasan Jepang. Miyu sedang ‘pulang kampung' ke negeri kelahirannya. Sedangkan Aliyah menikmati hari demi harinya sebagai seorang istri dan ibu.

Buku ini menceritakan bagaimana usaha Aliyah menjadi muslimah yang baik. Dengan bahasa yang sederhana, Irene Dyah menyuguhkan unsur moralitas dan agama dalam buku ini, tidak menggurui. Aliyah mengambil keputusan penting dalam hidupnya yakni berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga purna waktu. Mengabdikan  waktu sepenuhnya kepada keluarga. Takuma dan buah hatinya, Chika.

Miyu, gadis jepang yang kesantunannya melebihi seorang putri Solo dikejutkan dengan kehadiran Scott. Pemuda yang selalu hadir dalam pertunjukkannya, dan lebih parahnya lagi pemuda itu juga hadir dalam bunga-bunga hati Miyu. Keberadaan Miyu di antara rumah tangga Scott dan Misaki menjadi sebuah konflik penting dalam buku ini. Akankah tragedi Aliyah dulu menimpa dirinya? Walau Miyu sudah berulangkali menjauhi pemuda yang disukainya itu namun perilaku Scott membuatnya harus mengambil keputusan terpahit. Lalu, ada apakah dengan Thariq, kakak dari Alisya sang guru spiritual Aliyah di Jepang? Dia kah sosok pria yang dicari Miyu selama ini?

Kejutan terakhir datang dari Ajeng yang tepat diletakkan pada bagian akhir buku ini. Apakah rahasia Ajeng yang belum pernah ia beritahukan kepada para sahabatnya itu? Apakah seorang Miyu Hasegawa mendapatkan calon pendamping hidup yang tepat? Masihkah Ajeng memandang pria sebagai objek pelampiasan kekecewaannya terhadap sang ayah? Selengkapnya kita temukan dalam Dua Negeri Cinta Sakura.

(DR)

Tiga Cara Mencinta

Tiga Cara Mencinta

Penulis               : Irene Dyah
ISBN                   : 6020306062
Tanggal Terbit  : 23 Juni 2014
Bahasa.              : Indonesia
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Halaman             :  186 + x (BW)
 

Novel metropop karya Irene Dyah ini bercerita tentang bagaimana kehidupan tiga perempuan masa kini yang memiliki pemahaman berbeda-beda  tentang cinta melebur menjadi satu persahabatan lintas budaya. Aliyah, Miyu dan Ajeng ketiga tokoh utama yang mewarnai kisah dari awal sampai akhir halaman buku ini.

Ajeng digambarkan ceria, ceplas-ceplos dan mudah menaik perhatian kaum lelaki digambarkan sebagai sosialita kelas atas yang bekerja di perusahaan marketing bussiness. Dibalik pembawaan dirinya yang tampak menggoda kaum lelaki, tersimpan sebuah pandangan dalam menilai seorang laki-laki. Ia tidak mudah jatuh hati, trauma dengan kejadian ayah yang meninggalkan ibunya membuat Ajeng menilai laki-laki itu ‘jahat' hingga ia tak ingin mudah jatuh hati.

Miyu, gadis jepang yang tinggal di Indonesia tepatnya daerah Solo adalah sosok santun dan teduh. Ia tinggal di Indonesia untuk mempelajari tarian daerah. Walau sebagai seorang penari  profesional, Miyu tak begitu ahli menyimpan perasaannya pada pemuda yang selalu hadir saat pertunjukkannya, Scott. Ritme jantungnya menjadi tak beraturan ketika tatapan Scott menuju matanya.

Aliyah, seorang wanita karir beranak satu merasa dirinya terjebak dalam kehidupan rumah tangganya yang dingin. Takuma, suaminya adalah pria jepang mualaf yang terlalu ‘giat' bekerja hingga lupa keluarga. Sehingga Aliyah mencari bentuk cinta sejati yang diinginkannya.

Bersetting di 3 negara berbeda yakni Jepang-Thaliand-Indonesia membuat cerita ini mengajak kita berkeliling benua Asia dengan berbagai keragaman kultur. Sebuah festival Loy Krathongtahunan mempertemukan mereka bertiga di Thailand. Dan pada saat itulah mereka mengikrarkan diri untuk menjadi sahabat.

Buku ini mengedepankan konflik percintaan yang lebih dewasa. Tentang rumah tangga, lebih tepatnya menonjolkan bahtera rumah tangga Aliyah. Aliyah merasa tak mendapatkan cinta yang ia inginkan dari sosok suaminya, Takuma. Sehingga terbelenggu dalam sebuah perselingkuhan bersama rekan kerjanya, Je seorang pemuda berkebangsaan Jerman.

Penasaran bagaimana Aliyah menghadapi semua gelombang bahtera rumah tangganya? Apakah Aliyah berhasil mendapatkan perhatian sang suami kembali atau malah berakhir selamanya? Selengkapnya akan kalian temukan di buku Tiga Cara Mencinta.

Rabu, 18 Maret 2015

Kopi dari Langit

Bibir mengecap kelu
Merindu butiran serbuk hitam

Tangan ku merentang bermunajat
Semacam memanggil hujan tapi bukan
Menengadah dengan setangkup cangkir putih
Berharap kopi jatuh dari langit

Hingga aku jatuh tenggelam di dalamnya
Terhanyut dalm buai kafein dan sugesti
Aku terjaga
Mencinta
Kemudian sirna

Mengampas di kaki-kaki bumi
Di tangan ku ada secangkir kopi dingin
Langit sedang berbaik hati
Terima kasih

Kusesap perlahan nikmat
Membasahi langit-langit mulut
Dan kata hati ku tersadar

Nikmat apa lagi yang kudustakan selama ini?

~Doddy R
Menjelang senja
Di sebuah kamar mess

Kamis, 12 Maret 2015

Kamu, Sang Kryptonite

Aku memang bukan superman
Kuat dan terbang kemanapun dia suka
Jiwa ku rapuh, sesekali raga ikut lara

Aku memang bukan superman
Menyelamatkan orang-orang begitu mudah
Menyelamatkan perasaan sendiri pun tertatih kalah

Aku memang bukan superman
Menatap bongkahan baja terburai pecah
Sedang menatap matamu aku lemah

Aku memang bukan superman
Menyimpan rahasia besar dibalik baju
Sedang diriku, tak mampu menyimpan rasa jujur tentang kamu

Kamu, Sang Kryptonite kebalikan
Yang melumpuhkan perasaan saat berjauhan
Kelak menguatkan jiwa dalam sebuah ikatan

~Doddy R

Jambi, 12 Maret 2015

Genderuwo Untold

Malam semakin pekat, satu demi satu para pelayat meninggalkan rumah di ujung desa itu.  Hanya tinggal istri dan jasad yang membujur kaku di depannya. 

Uwo, adalah seorang pemabuk berat, sebelum malam itu  ia sedang berpesta pora menenggak miras oplosan.  Dan akhirnya mati dalam keadaan overdosis. Pesan terakhir yang ia sampaikan dalam kondisi setengah sadar saat itu adalah "Aku akan mencari seorang gadis"

Sang istri yang ditinggal itu begitu terpukul. Bukan karena kematian suaminya, tapi karena pesan terakhir suaminya itu. Enak aja mau nyari perempuan lain, katanya.

Karena merasa sangat terpukul, dia tak sadar ada truk yang melintas ketika dia keluar dari kompleks makam. Brakk, perempuan itu tewas seketika. Ketika bangun, orang-orang memanggilnya kunti.

Uwo yang mati penasaran, berusaha mewujudkan pesan terakhirnya.  Ia gentayangan ke desa-desa, mengganggui dan menculik anak gadis satu persatu.  Orang-orang memanggilnya Genderuwo. 

Setiap Genderuwo beraksi, sang Istri selalu mengikuti.  Terkadang ketawa cekikian di atas pohon pabila suaminya gagal mendapatkan gadis.

Terkadang si Kunti menangis sekencang-kencangnya kalau sang suami berhasil membawa gadis kemudian melenggang sombong di depan kunti.

Tangisan kunti membuat orang-orang bergidik mendengarnya, semacam ada kepiluan yang mendalam.

Sementara itu, genderuwo berjalan ke rumah sakit. Di tengah jalan dia bertemu pocong bernama Charles. Misi mereka sama. Mencari seorang gadis.

"Lo siapa?" tanya uwo.

"Gue Charles."

"Wah, bule kok jadi pocong? Biasanya kan jadi vampir?"

"Gue meninggal di Indonesia soalnya. Kalo gue mati di barat sana, gue pasti direkrut jadi vampir."

"Maaf ya. Memang begini Indonesia. Tapi cintailah ia."

Berjalanlah mereka menuju rumah sakit. Konon di sana banyak gadis.

Sementara kunti mengikuti mereka secara sembunyi sembunyi. Sesekali kali dia terisak. "Kenapa si uwo jadi punya partner gini?" Katanya. Kunti kembali mengendap ngendap. Tiba-tiba kakinya tertusuk jarum suntik. AWW!! Kunti semakin terisak. "Masa kunti kudu pake high heels." keluhnya.

Kunti melepas high heels nya, kemudian terbang bertelanjang kaki.  Satu-satunya cara melawan Uwo dan Ocong adalah mencari partner.

Di rumah sakit, tak sengaja Kunti menabrak sesuatu yang menghalangi terbangnya.  Didapatinya sesosok perempuan berpakaian putih, sambil membawa gayung dan shampo. 

"Aduh maaf" ujar Kunti

"Makanya kalau terbang hati-hati dong, liat liat.  Jangan cuma ketawa ketiwi, ini bukan rumah sakit jiwa" kesal Perempuan itu

"Btw, nama kamu diapa? " tanya Kunti

"Nama ku Suster Keramas"

Oooo.. Kunti meng-ooo panjang, pantesan kemana-mana bawa gayung dama shampo pikirnya.

"Kamu mau join sama aku nggak? "
"Join?  Mau bikin grup dangdut? "

Kunti menggeleng, bukan.

"Aku butuh bantuan buat menakut-nakuti anak gadis.  Biar mereka ga diculik sama Suami aku"

Susi, sebutan suster keramas mengangguk dengan penuh kelicikan.

"Baiklah, kebetulan aku sudah lama tak keramas.  Kita bisa cari kamar mandi di bangsal dan menakut-nakuti"

Mereka berdua ketawa-ketiwi jahat.

Orang-orang yang melintas langsung ngacir.
---
Uwo dan Charles berjalan menuju lorong rumah sakit. Tiba-tiba dia mendengar suara seretan di lantai. Srettt, srettt. Uwo dan Charles mencari-cari sumber suara itu. Walaaaa, seorang gadis: kayaknya.

Uwo dan Charles mendekati suster ngesot yang bersrett di lantai itu.

"Kau masih gadis atau sudah jandaaaaa?" tanya genderuwo.

"Kasih tau gak yaaa?" jawabnya.

"Baiklah. Lebih baik kita kenalan dulu. Aku uwo. Ini charles." Kata Uwo sambil salaman.

Charles diam saja sambil melempar senyum pada suster ngesot. Uwo yang disampingnya protes.
"Salaman dulu sama suster ngesot Cong."

"Tsahhh. Ini ikatan baju gue kencengggg bangetttt. Ntar musti ke salon dulu buat ngebenerinnya."

"Oh iya ya. Kamu kan pocong."

Uwo kegirangan karena berhasil menemukan seorang gadis.

Sementara Kunti dari kejauhan mulai meratap, suaranya menggelegar,  hingga membuat dokter operasi tanpa anestesi.

Depresi melihat Susi yang malah kepincut Charles, akhirnya Kunti berikrar akan mencari bayi gadis yang baru lahir.  Jangan sampai menjadi korban penculikan Uwo, suaminya.

Kunti terbang meninggalkan rumah sakit dan mulai menjalankan misinya.  Sampai sekarang.

Begitu pun Uwo, terus mencari tanpa ada rasa puas gadis-gadis.  Sementara itu, Charles dan Susi berkencan walau putus nyambung putus nyambung.  Karena Charles tak bisa membelai Susi, Susi pun tak bisa berdiri.  Tragis.  Mereka berdua terlihat seperti pasangan awkward, Charles kalau sedih bakal guling-guling di lantai, sedang Susi bakal keramas di bawah shower sambil minjem shampo yang punya kamar mandi.

Selesai.

Demikian kisah Genderuwo Untold, semoga bisa mencerahkan hari-hari mu.

Salam Absurd,

Doddy

&

Tutut

Selasa, 10 Maret 2015

SIMFONI DENGKUR

Di suatu pagi buta Shinta terbangun dari lelapnya, Rahwana yang sedang tidur di sampingnya itu mendengkur sekeras gemuruh halilintar, terdengar sampai seantero kahyangan.  Berulang kali Shinta membangunkan Rahwana, meredakan dengkurnya tersebut.

Simfoni dengkur. Dengan bangganya ia menamai suara dengkurnya itu.  Bagi ia, dengkur tak pernah salah.  Dengkur hanya mencoba menunjukkan rasa lelah si empunya, tak lebih tak kurang.  Tentunya tidak disengaja, emangnya ada dengkur semaleman pura-pura? Yang ada malah epiglotis kegatelan.

Sudah berhari hari sinta kurang tidur. Lingkar matanya menghitam. Kulitnya pucat. Dia lantas mencari cara untuk menghentikan somfoni dengkur itu.

Pergilah sinta ke bumi, menemui seorang petapa bernama Laksamana. Ditanyakan padanya, apa yang harus dilakukannya agar rahwana tidak mendengkur ketika tidur.

Laksamana bijak mengatakan, "Carilah ekstrak kulit manggis"

"Emang ada ya ekstrak kulit manggis? " tanya Shinta

"Ow..  Ow..  Kabar gembira buat kita semua.  Sekarang kulit manggis sekarang ada ekstraknya"

"Kalau sudah sapat, lantas bagaimana cara memakainya? " tanya Shinta lagi

"Cukup teteskan ke dalam lubang hidung si pendengkur, dijamin bakal berhenti"

Setelah mendapat petunjuk dari laksamana, pergilah sinta mencari ekstrak kulit manggis.

Dicarinya ke sana kemari. Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera. Berhari-hari dia mencari, hingga akhirnya sinta berhasil menemukan ekstrak kulit manggis pada seorang kera putih.

"Ini adalah ekstrak kulit manggis. Cocok untuk kulit anda yang cantik. Karena manggis mrngandung banyak antioksidan."
Hanuman memberikan sebotol kapsul ekstrak kulit manggis.

"Yang cair gak ada Mas?"

"Gak ada Mbak. Kalau yang cair itu obat tetes mata."

Sinta mengangguk. Setelah membayar, sinta lantas kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah, Shinta menyusun strategi bagaimana harus mengekstrak ekstrak kulit manggis berbentuk kapsul itu.  Ia pergi ke dapur, dengan bantuan cobek dan ulekan dihancurkan kapsul itu, kemudian dimasukkan dalam botol bekas obat tetes mata yang biasanya dipakai kalau ingin berpura-pura menangis, kadang buat audisi casting film film di kahyangan.  Shinta pernah ikut casting film Remember Where. Dimana ia harus berakting kebingungan dan sedih karena ia tersesat tak tahu ada dimana.

Selama mengulek kapsul kulit manggis itu, sinta justru akting. Rahwana yang sedang sarapan lantas mendekatinya.

"Apa yang membuatmu menangis, istriku?"

Mendengar pertanyaan itu, sinta tersenyum. Kesempatan, batinnya. Rahwana memang susah untuk mengonsumsi obat obatan. Pahit katanya. Yaiyalahh.

"Mas, aku sudah berhari hari kurang tidur. Aku lelah dengan suara dengkuranmu. Tolonglah. Wajahku sudah seperti zombie."

Sinta menangis. Rahwana menjadi terharu. Dia lantas mengpukpuk pundak sinta.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Aku sedang meracik obat yang bisa membuat mas wana tidak mendengkur lagi."

"Obat apa itu sinta?"

"Ekstrak kulit manggis."

"Apah? Kulit manggis?"

Rahwana shock. Obat itu mengandung antioksidan yang sangat tinggi. Dia ingat, ketika bujang masih dimilikinya, rama pernah menjebaknya untuk minum kapsul kulit manggis. Namun, karena konsentrasi yang sangat cukup tinggi, wajahnya menjadi cantik. Ya, raksasa yang cantik.

"Aku gak mau minum obat itu."

"Ini obat manjur kang mas."

"Aku gak mau minum obat itu."

Rahwana kabur dengan celana yang basah. Pipis di celana, bro.

Seantero kahyangan heboh, berdebam-debum dibuat Rahwana yang sedang berlari ketakutan.

Sinta berhasil mengusir Rahwana, paling tidak malam ini ia dapat tidur nyenyak sambil mendengarkan musik group korea kesukaannya, Super Ompoler.  Mamasuka.

Sementara Rahwana turun ke bumi mencari, celana baru. Rahwana singgah ke distro favoritnya Blek Aidi.

"Mas beli celana."

Pemilik distro itu seketika menutup hidung. Bau pesing.

"Ukurannya apa ya?"

"XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXL."

Si pemilik distro kewalahan menghitung jumlah huruf X dengan kalkulator dagangnya.

"Gak ada Mas. Di sinu ukuran celana terbesar cuma XL."

"Duh. Distro macam apa ini?"

"Mau nyari ke ujung dunia manapun, gak bakal ada ukuran kayak gitu."

Rahwana keluar dari distro dengan kesal. Mau gak mau dia harus pulang ke rumah untuk mengambil celananya.

Shinta yang sedang tertidur pulas, mendadak terbangun.  Rahwana menguntit masuk kamar mencari celana jeans ukuran jumbo luar binasa miliknya. 

Shinta berpura-pura tidur, setelah Rahwana ganti celana.  Ia jatuh tertidur.  Rahwana memang gampabg tidur, ia pernah tidur sambil terbang.  Sehingga ia ditilang oleh polisi udara.

Di tangan shinta menggenggam erat, ekstrak kulit manggis. Ia mendekati Rahwana dan meneteskan obat itu melalui hidungnya.

Satu tetes, dua tetes.  Dengkuran itu hilang.  Ternyata obat itu manjur, Shinta kembali tidur dengan nyenyak.  Keesokan paginya, Shinta terkejut luar biasa. Mendapati Rahwana sedang bersolek di meja rias.  Mengoleskan gincu ukuran jumbo.

Betul yang dibilang Rahwana, ia menjadi raksasa cantik. Shinta langsung pingsan, simfoni dengkur itu sirna berganti suara centil.

"Iiiih…. kok kamyu pingsan sih cyiiin,  apa salah akika.. " Rahwana histeris

Tamat.

Doddy R
10.03.2015
Absurd Fiction ini ditulis kolaborasi dengan Mba Tutut.

Minggu, 08 Maret 2015

Dunia Hitam Putih

Di suatu malam, aku duduk bersedekap di ujung kamar. Tiba-tiba Mas Alah datang, membuat mata ku semakin sembab, hidung tersumbat dan lidah mengelu.  Mas Alah datang di saat tidak tepat, baru saja aku menjumpai Ka Barburuk tadi sore. Mas Alah semakin rumit menceritakan plintat plintut rasanya padaku.

Duniaku menjadi hitam putih, suara-suara ramai hiruk pikuk ibudesa menjadi alunan sendu.  Suara jangkrik tidak terdengar, seakan bisu.  Ka Barburuk itu adalah pria pujaanku yang menikah dengan sahabatku sendiri Mba Jingan.  

Ah, biarlah aku menunggu Ka Bargembira saja siapa tahu menjadi pelipur lara dan pemberi warna di hitam putih dunia ku sekarang

Doddy R
4. 3. 2015
Di sebuah kamar

Sabtu, 07 Maret 2015

Menculik Rahwana

Suatu senja di negeri wayang.

Rahwana menatap lamat-lamat langit tak berawan, kuning memghampar.  Matanya sembab, semalaman ia menangisi pertengkarannya dengan Sinta. 
"Ah aku ini memang makhluk lemah, badanku saja besar tapi dengan sinta selalu kalah bertengkar.  Kalah karena mengalah" batin Rahwana

Sementara itu di kahyangan, Rama sedang mondar-mandir di singgasananya.  Hanuman sebagai penasehat kerajaan menghampiri Rama.

"Paduka Rama apa gerangan yang buat dirimu gelisah?" tanya nya.

Rama masih bergumam sendiri, kemudian turun dan menghampiri Hanuman, "Kita ke bumi sekarang, bawa aku ke tempat burjo paling dahsyat yang ada di bumi"

"Baiklah paduka"

Sesampainya di Burjo, Rama mulai bercerita tentang Sinta, sang kekasih yang sepertinya tak lagi setia.  Hanuman menyimak sambil menyeruput wedang jahe. 

"Kenapa Paduka beranggapan seperti itu? "

Rama menjawab, "Akhir-akhir ini BBM ku ke dia sering pending, kadang lebih parah cuma di Read.  Tolong kamu cari tahu Man, kenapa seperti itu? "

Hanuman yang cerdas seketika menjawab, "Bisa saja dia sekarang asik main Line atau WhatsApp paduka.  Paduka saja yang kurang uptodate"

"Bajigur man, aku iki raja paling nguptodate seantero kahyangan lho" sahut Rama kesal

Hanuman terkekeh. 

Rahwana yang sedang jogging di bumi pagi itu, membuat warung burjo bergetar. 

"Eh Man ada Rahwana tuh kita bully yuk" ajak Rama sambil memutar arah pandangan Hanuman.  Hanuman mengangguk dengan tatapan licik. Persis pemain sinetron yang di shoot zoom in.

Mereka lantas menemui Rahwana. Dia terlihat begitu murung.

"Hei gendut. Pagi pagi udah bikin bumi goyang." kata hanuman.

Rahwana hanya diam. Dia cukup hafal watak kera putih itu. Pernah suatu ketika dia dikirimi aquarium cebong, benda yang paling ditakutinya.

"Whoy, kalo ditanya jawab dong."

Rahwana mengkeret. Hatinya kocar kacir. Bahaya jika hanuman memberinya cebong. Bisa mencret seminggu penuh nanti.

"Kasih cebong lagi nih. Kasih cebong lagi nih."

Hanuman mengancam. Rahwana semakin tersudut. Dia tak ingin lari. Sudah cukup dia lari dari istrinya.

Lantas dia mengelus dadanya. Matanya mulai berkaca kaca. Dia lantas bernyanyi, "sakitnya tuh di sini pas kena hatiku. Kalian sungguh terlalu."

"Udah deh, mau nangis gitu lagi.  Cengeng banget lho.  Baru kali ini ada Raksasa kayak gitu" ujar Rama

Ada cahaya biru yang sangat terang di antara mereka, Sinta datang. 
"Sudah..  Sudah..  Rama Hanuman, kalian tak boleh menganggu Wana"

Rama kaget dengan kehadirannya kekasihnya itu,
"Apa-apaan ini Sinta, kamu malah membela si Kriting item ini"

Sinta merentangkan tangannya, "Kenapa?  Tidak boleh, lagi pula di kahyangan kamu asik tebar pesona sana sini"

Hanuman menengahi, " Sudah selesaikan semuanya secara wayang. Jangan berdebat kayak manusia bumi"

Rama mengangguk setuju, "Oke"
Seketika Rama menculik Rahwana.

"Hanuman!! Bantuin sini. Ini si wana berat banget. Aduh, kena encok deh gue."

"Yaelah Bos, pake jurus kanuragan aja."

Hanuman mengeluarkan jurus kanuragan. Ditangannya keluar cahaya. Cing cing. Dan seketika tubuh rahwana seringan balon.

"Diiket Bos. Nanti terbang."

Rama lantas mengikat tali di tubuhnya. Pun dengan hanuman. Dan mereka akhirnya terbang ke kayangan menggunakan balon terbang rahwana ke kayangan.

Sinta mengejar sambil membawa gunting, "Sini kalian" teriaknya

Namun karena sinta belum sarapan, ia terlalu lelah hingga singgah dulu di Cafe Langit.  Membiarkan Rahwana diculik Rama dan Hanuman.

"Pesen apa mbak?" tanya pelayan kafe.

"Semur jengkol ada? Sama nasi uduk."

Si pelayan kafe garuk garuk kepala. Bingung menerjemahkan pesanan tamunya.

"Wah, itu makanan udah expired mbak. Udah gak ada yang jual di sini."

"Ya udah, apa aja sini. Cepet ya mas."

Pelayan itu pergi. Sinta menjadi was was. Bagaimana keadaan rahwana itu? Dih, padahal mau nagih hutan.

Tak lama kemudian kemudian makanan datang. Shinta kaget melihat makanan di depannya.

"Opo iki jenenge mas? Kok masih mentah."

"Itu steak mbak."

"Apa? Mesin tik?"

"Steakkk mba. Steakkk! Aduh, cantik cantik kok katrok."

"Ya sudahlah."

Shinta makan dengan lahap. Dia masih memikirkan nasib rahwana. Jangan jangan dikasih cebong lagi, pikirnya.

Rahwana dan Rama tiba di kahyangan. Dibantu hanuman Rama mengikat Rahwana di sebuah pohon cabe.  Cabe di kahyangan besar-besar dan lebih heboh dari cabe-cabean.

"Semalam aku baca status BBM Sinta, isinya Aku tresno karo kowe Rahwa.  Pasti kalian ada udang di balik rempeyek.  Ngaku? " hardik Rama

Rahwana menunduk diam.

"Hey, kowe ditakoni kok meneng ae" sahut Hanuman

Rahwana mengangkat kepalanya, "Aku mencintainya Rama"

"Apaaaaaaaaah" Rama berteriak Bibirnya monyong bergetar-getar , Hanuman menarik janggut pirangnya, ia bosan dengan warna putih.  Sudut pandang zoom out zoon in ke araha mereka berduaaa..

"SINTAAAAAAAA" Rama berteriak terdengar sampai Kafe Langit

"Uhuk" Sinta tersedak daging steak mendengar namanya menggema

"Apa lagi sih ni Rama orang lagi makan juga" Sinta kesal kemudian terbang menuju kahyangan.  Pelayan cafe mengejar, memberi tagihan bill. 
"Opo…  daging sak upil-upil harga'e satus seket" Sinta melempar kartu kreditnya.

Sinta terbang ke kayangan. Di sana dia melihat rahwana diikat di pohon cabe. Mata sinta berbinar-binar melihat cabe yang besar besar. Di bumi, cabe sangat mahal. Ini akan jadi peluang usaha yang menguntungkan.

"Sinta, tolong aku."

Mata shinta tertuju pada rahwana. Dia merasa begitu kasihan.

"Sinta, kamu mencintai rahwana?"

"Gak kok."

"Trus ngapain kamu ngejar kita sampai di sini?"

"Mau nagih utang. Rahwana utang duit kemarin."

Rahwana menangis. Tana menjadi becek.

"Terus siapa yang kamu sukai?"

Sinta menunduk. Pipinya merona malu.

"Sebenarnya, sebenarnya, sebenarnya aku suka pada hanuman."

Hanuman kaget. Rama tersedak ludahnya sendiri. Rahwana latah.

Dan kali ini mata rama dan rahwana melihat tajam ke arah hanuman. Kini mereka tahu siapa yang harus dikejar.

-----
Selesai
Demikian absurd fiction hari ini. Nantikan kisah lainnya besok.

Salam

Doddy Endut (dalang)

&

Tutut (co dalang).

Minggu, 01 Maret 2015

Rindu Kopi Piko

Hai Piko
Selamat pagi
Aku merindu kopi yang tak manis tak pahit
Biar dirimu yang memberi rasa di dalamnya

Hai Piko
Selamat siang
Aku sedang menyesap kopi arang
Mengepul-ngepul seperti rasa sayang

Hai Piko
Selamat sore
Aku menyeruput kopi bersama senja
Tidak kah kau cemburu padanya?

Hai Piko
Selamat malam
Aku menenggak kopi tak bergula
Agar hatiku terjaga dan menjaga

Hai Piko
Selamat datang
Terima kasih telah menyeduh kopi untuk ku
Untuk selamanya

-Doddy R

Jambi, 1 Maret 2015
16:58
Di sebuah POM Bensin