Selasa, 23 September 2014

Mahkota Wanita

Pagi yang mencekam. Sebuah kota di negeri Fiksi mendapat sebuah
kutukan dari nenek sihir Satnia yang tak terima bahwa dirinya tak
diundang dalam pesta penobatan rambut terindah yang diadakan kerajaan
Harby. Nenek sihir Satnia tinggal di sebuah hutan di pinggir desa. Ia
adalah nenek yang jelek dan selalu memakai jubah pajang seluruh tubuh,
rambutnya pun tak pernah terlihat. Oleh karenanya Ratu Beauty tak
pernah mengundang nenek Satnia. Lagipula pesta penobatan ini hanya
untuk para gadis yang memiliki rambut paling indah. Karena gadis-gadis
kerajaan Harby sudah sangat terkenal dengan keindahan rambutnya sampai
ke kerajaan tetangga. Pemenang rambut terindah pun berhak kencan
sehari dengan Pangeran Gilbert, putra mahkota yang terkenal tampan dan
kharismatik.

Ratu Beauty mulai panik, ia takut kutukan nenek Satnia benar terjadi.
Kutukan bahwa setiap perempuan di kerajaan Harby akan mengalami
kebotakan ketika usianya menginjak 17 tahun. Ratu Beauty dan para
peramal istana mencoba menangkal kutukan nenek Satnia, tapi sayang
kutukan itu tak ada penawarnya. Maka jadilah kerajaan Harby menjadi
berbeda. Setiap perempuan di kerajaan Harby kini memakai jubah panjang
dan penutup kepala. Tak ada lagi yang memamerkan keindahan rambutnya
karena kutukan nenek Satnia benar terbukti. Mereka mengalami kebotakan
dan menjadi sangat tidak cantik jika dilihat. Ratu Beauty
memerintahkan para pasukan istana untuk mencari nenek Satnia hingga
ketemu. Karena sejak kutukan itu terjadi nenek Satnia tak pernah lagi
terlihat di kerajaan Harby.

Bertahun-tahun sudah kutukan itu terjadi. Para gadis kerajaan Harby
tak mau sekalipun bercermin bagaimana rupa mereka. Mereka benci dengan
kutukan itu. Mereka marah. Namun mereka hanya bisa pasrah.

Hingga suatu hari, datanglah Pangeran dari kerajaan Gurun bernama
Pangeran Ahmed. Beliau sedang mencari sebuah kerajaan yang katanya
terkenal dengan kecantikan gadis-gadisnya. Dan betapa terkejutnya
Pangeran Ahmed ketika sampai di kerajaan Harby.

Ia melihat bidadari di setiap pelosok desa. Gadis-gadis yang
mengenakan jubah panjang dan penutup kepala itu begitu menawan. Mereka
terlihat jauh lebih cantik dengan pakaian itu. Karena yang terpancar
bukanlah kecantikan fisik yang diumbar namun kecantikan hati yang
menawan. Karena kalimat-kalimat pujian dari Pangeran Ahmed yang tampan
kini para gadis kerajaan Harby tak lagi menjadikan fisik sebagai
mahkotanya sebagai seorang wanita, melainkan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar