Kamis, 27 Oktober 2016

Melepasmu Seperti Udara

Hujan kadang datang tiba-tiba, seperti kesedihan yang tak bisa kau bendung di suatu sore. Kau hanya bisa menerimanya. Seperti mengenang masa-masa indah yang tak kau bisa gapai lagi.

Apakah melupakan masa lalu itu semudah kita bernafas? Saya rasa tidak, tidak ada yang pernah mudah melupakan masa lalu. Pahit ataupun manis. Dan masing-masing punya cara untuk melakukannya tapi memasrahkan kepada waktu agar kenangan pahit terhapus tentu akan menyakitkan seperti menikam hatimu berkali-kali setiap kau melakukannya.

Sore ini, suara tivi menyala menayangkan berita-berita yang kadang tak ingin saya dengar. Hari hampir gelap, suara ciap burung pulang berkumpul ke sarang. Apakah kembali ke masa lalu itu sama dengan pulang? Atau lebih baik saya pergi, menguapkan masa lalu dengan menerima kenyataan. Bahwa dia mungkin bukan siapa-siapa lagi, lantas untuk apa saya harus berharap?

Tidak semua memiliki kesempatan kedua, tapi kita berhak mendapat kesempatan baru untuk memulai.  Kita akan tetap butuh seseorang, karena yakinlah kita tidak bisa memeluk diri sendiri manakala ada gemuruh di dalam dada dan kita tak pernah tahu hendak pergi ke mana untuk menenangkannya.

Dan yang kulakukan sekarang adalah melepaskanmu seperti udara, bebas, tidak terikat, dan kita berdua akan tetap hidup walau langkah kita berlainan arah.

*Doddy Rakhmat
26.10.2016

Jumat, 07 Oktober 2016

Story Blog Tour : Teror Tengah Malam

Naara memegang kepalanya. Ia berusaha duduk tapi tidak mampu. Kepalanya terasa sakit seperti habis dipukul.

"Sudahlah, Nak. Kamu istirahat saja dulu. Jangan memaksakan diri."

"Apakah teman-temanku berada di sini juga?"

"Iya. Mereka dirawat di sini. Tapi..."

"Tapi kenapa bu?"

"..Agni menghilang."

"H-hilang? Bukankah ibu bilang mereka baik-baik saja."

Ibu menghela nafas dalam-dalam. Matanya menerawang kosong, membayangkan sesuatu yang mungkin mengerikan. Mimik wajahnya berubah takut. Dalam kejadian semalam, ia tidak mungkin salah lihat saat empat bilah keris menembus raga Pak Rama.

"Setelah kalian berempat tak sadarkan diri,  Ibu melihat Agni dibawa oleh seseorang keluar dari pentas. Sedangkan kalian ditolong oleh panitia dan langsung di bawa ke rumah sakit." Ibu menjelaskan

"Siapa yang membawa Agni, Bu?"

Ibu hanya menggeleng. Naara menangis lirih tak bersuara. Ia masih ingat bagaimana dirinya menolak tarian itu tapi Agni berhasil meyakinkannya lagi. Sungguh ia tak menyangka bahwa tarian itu benar-benar membuat petaka. Naara mengira apa yang diucapkan Agni dan Tio hanya bualan. Mereka berlatih di tempat gelap dan tidak ada orang yang boleh melihat mereka.  Tio, sang pelatih selalu berpesan kepada Naara dan teman-teman,  Mereka akan membawa sebuah tarian sakral tidak boleh ada yang menonton mereka sebelum waktunya.

Naara teringat kepada Pak Rama, Dekan Fakultas Seni dan Budaya tempat Naara mengenyam bangku kuliah.

"Pak Rama apa benar dia sudah tiada, Bu?"

Ibunya mengangguk,  "Ibu terkejut kenapa tiba-tiba Pak Rama sudah bersimbah darah." Ibu Naara duduk persis di sebelah Pak Rama. Tentu saja Ibu masih shock dengan kejadian janggal tersebut, batin Naara.

Ting. Ting. Ting

Bunyi nada dering pemberitahuan pesan singkat masuk di ponsel Naara. Ia meminta tolong Ibunya untuk mengambilkan ponsel di atas meja. Layar ponsel cukup menyilaukan. Ia membuka sebuah pesan singkat.

"Apapun yang kita lihat tadi malam, jangan ceritakan kepada siapa-siapa. Agni dan Tio tidak main-main. Dan aku cukup bodoh percaya kepada mereka."

-Auri

Pesan dari Auri itu semakin menambah kekhawatiran akan terjadi hal-hal buruk yang akan menimpa orang di sekelilingnya. Tidak hanya kemarin, tapi bisa jadi hari ini atau esok lusa. Dan menghilangnya Agni tentu menjadi teka-teki. Siapa dia sebenarnya? Walau mereka telah berteman cukup lama, tapi Agni termasuk orang yang tertutup.

"Istirahatlah, Nak. Kamu kelihatan masih pucat. Ibu tidak mau kamu lama-lama di sini." ujar Ibu sembari mengusap kepala Naara. Anak sematawayangnya.

Naara mengangguk, membalikkan badannya ke sisi lain, membelakangi ibunya.

*****

Malam itu, lebih tepatnya menjelang tengah malam, Naara masih berusaha memejamkan mata. Pikirannya tidak tenang. Ia tinggal seorang diri dalam kamar inap. Ibunya sedang pergi ke kamar mandi.

Tiba-tiba pintu kamar diketuk pelan, berkali-kali, semakin keras. Naara bersembunyi di balik selimutnya.

"I-ibu?" tanya Naara

BRAK.

Pintu terbuka paksa tanpa ada seseorang di belakangnya. Angin malam menerabas masuk, bau minyak menguar seisi ruangan.

Alunan musik gamelan terdengar lirih, seolah membisiki Naara. Naara menutup telinganya dengan bantal. Ia tidak mungkin lupa dengan setiap ketukan yang mengusik hari-harinya menjelang pentas semalam.

Tiba-tiba selimut Naara tersibak, Naara terkejut. Empat penari bayangan yang dilihatnya semalam berdiri mengelilinginya. Dan...mereka ternyata tidak memiliki wajah. Naara bergidik ngeri.

"Jangan..jangan, ja-ngan bu-nuh saya." ujar Naara memelas. Tenggorokannya terasa kering dan susah untuk bicara.

Para penari itu berkata lirih, silih berganti,  "Apa yang gelap kembali kepada gelap, tidak ada terang yang bisa menarikmu keluar."

----

Bersambung.

Ini adalah Story Blog Tour Misteri dari komunitas OWOP

Episode sebelumnya oleh Dini - Sang Penari Tarian

Episode selanjutnya akan diteruskan oleh Nana di chocobanana.blogspot.co.id

Selasa, 04 Oktober 2016

Kalau Masih Sayang, Kenapa Tidak Berjuang?

Kalau masih sayang, kenapa tidak berjuang?

Masih ingat dengan lagu yang kita nyanyikan bersama? Walau sedikit sumbang, tapi kita berdua senang. Kita tak peduli dengan waktu mana kala kita telah terhubung.

Waktu yang dihantarkan oleh udara begitu cepat. Hari-hari berlalu dan aku masih percaya bahwa hari tidak pernah pergi. Mereka tetap di sana, seperti kenangan yang tak pernah mati. Salah satunya adalah kamu.

Aku rasa rindu tidak benar-benar diciptakan oleh jarak. Sebagian lainnya dari waktu dan keinginan. Hari-hari kini terasa kosong. Seperti buku-buku yang telah habis kubaca tapi aku belum dapat menemukan buku selanjutnya. Aku terlanjur tenggelam dalam kenangan. Dan kau pasti tahu aku bukanlah seorang perenang.

Haruskah aku memarahi diriku sendiri yang telah membuatmu kecewa dan patah harapan? Aku rasa perlu. Jarak yang begitu kejam tidak pernah mampu menunjukkan apakah hatimu benar-benar tangguh? Atau rapuh dipenuhi tangisan yang kau tahan? Aku hanya bisa menerka. Kau bilang tak apa-apa dan aku mengutuk jarak yang membelenggu. Kau bilang semua akan baik-baik saja, namun aku tak tahu apakah demikian adanya?

Pohon-pohon di jalanan yang kulalui kini tetap berdiri tegak di sana, aku merasa diberi pelajaran oleh mereka yang begitu tabah. Menunggu waktu. Mencintai udara.

Aku ingin mencintaimu seperti mencintai udara. Karena aku membutuhkanmu. Bukan hanya sekadar status semata.

Doddy R
02.10.2016

5 Lagu Yang Bisa Bikin Baper Tentang Dia

Pernah nggak ngerasain kalau lagi dengerin lagu itu selalu pas dengan suasana hati? Seolah-olah si penyanyi tahu isi hati kita. Pasti pembaca sering ya mengalami kejadian itu. Apalagi kalau urusannya tentang kenangan si dia. Mau di manapun. Kita tiba-tiba mendadak senyum-senyum sendiri, pipi terasa hangat, dan rasanya kita ingin kembali bertemu dengannya. Berikut adalah lima lagu yang konon bisa bikin kamu sukses baper teringat si dia. Dan perlu diingat lagu ini khusus diciptakan buat kamu yang susah move on dari masa lalu.

Check it out!

1. Coffternoon - Tuhan Maha Romantis


Aransemen musik yang ciamik, diselingi oleh permainan biola yang membius tersuguhkan dari lagu ini. Liriknya yang puitis dan dalem. Dijamin bisa bikin kamu tenggelam dalam kenangan masa lalu.

'Bukan-bukan..bukan..
Bukan tiada inginku
Mencari pelabuhan lain selain dirimu
Hanya hatiku masih tercuri
Tak dikembalikan
Tak dikembalikan'


2. HiVi - Sama Sama Tahu


'Kita sama-sama tahu
Bahwa kita sama-sama ragu
Tapi ada-ada saja yang membuatku yakin lagi padamu'


Sepotong lirik ini cukup mewakili bahwa kamu ingin kembali bersama si dia di masa lalu. Dan kalian masih ragu apakah perpisahan itu semestinya terjadi? Coba dengerin deh. Nyess kan.

3. Raisa - Kali Kedua


Siapa sih yang gak kenal sama Raisa.  Cantik menawan. Walaupun katanya udah putus sama Keenan. *Jomblo bahagia tepuk tangan*  Lagu yang diciptakan oleh penulis dan penyanyi kenamaan, Dewi Lestari ini cukup ampuh bikin kita merinding kalau bener-bener menghayati lagunya. Bercerita tentang seseorang yang tidak ingin kehilangan pasangannya untuk kedua kalinya. Aduh, nyeri hati jadinya.

4. Payung Teduh - Berdua Saja

Ritme lagu yang cukup pelan namun menghanyutkan. Ditambah lirik lagu sederhana tapi dalem. Bikin kamu ingin muter berulang-ulang lagunya. Biasanya ini cocok buat yang lagi masa pedekate. Yang malu-malu tapi mau.

5. Yura Yunita - Cinta dan Rahasia


Suara lembut kayak kelepon Yura ini bakal menghipnotis kamu, biar kamu yakin milih si dia. Ini pas banget dibuat didengerin sama dinyanyiin sama cewek-cewek yang dimabuk asmara walau terkesan berkompetisi. Tapi harus batas wajar ya!  #boom

Itulah lima lagu yang bisa bikin playlist dan hati kamu bahagia berbunga-bunga plus mendadak rindu sama si dia. Iya, dia.
----

Semua berharap bisa menjadi masa depan, tetapi tidak ada yang terlalu ingin menjadi masa lalu seseorang.

(Doddy R)

Sabtu, 01 Oktober 2016

Apakah Menjadi Gendut Itu Salah?

Orang kurus pengin gendut
Orang gendut pengin kurus
Tapi apakah menjadi gendut itu salah?

Masalah ini tidak hanya dihadapi oleh pria saja, wanita pun demikian. Setiap berkaca selalu muncul kekhawatiran,  "Wah abis makan combro, naik berapa kilo nih? Ngemil cokelat tadi bikin tembem gak ya?  Aduh!  Lipatan di leher udah nambah" dan masih banyak lagi.

Diibaratkan pada film Captain America : Civil War.  Orang-orang akan terpecah menjadi dua kubu dalam mendefinisikan makna gendut. 

Kubu positif menganggap gendut sebagai perlambang kemakmuran dan kesejahteraan.  Sedangkan di kubu negatif menganggap gendut sebagai lambang tidak sehat dan tidak menarik.  Sesederhana itu.

Gendut secara umum dan awam adalah pertambahan berat badan yang melampaui standar.  Kalau saya bilang,  gendut adalah pertambahan berat badan yang melampaui ekspektasi.  Setiap orang punya standar tersendiri dalam mendefinisikan gendut. Ada yang merasa baru naik beberapa kilo di atas berat badan ideal sudah panik.  Ada yang naiknya setengah dari berat badan sebelumnya,  malah santai-santai aja (termasuk saya,  hehehe)  jatuhnya sih jadi gak tahu diri.  Whatever aya naon lah.  Sing penting sehat.

Menjadi gendut pasti banyak suka dan dukanya. Izinkan saya menjabarkannya satu per satu,  walaupun mungkin lebih banyak dukanya.

1. Dikenal sebagai tukang makan

Biasanya di acara-acara gathering teman sekerja pasti saya disuruh nambah kalau udah lihat piring saya hampir tandas.  Dan dengan senang hati, saya menuju meja prasmanan dan mulai ronde kedua. Abaikan gengsi daripada lapar.

2. Ngegemesin

Banyak yang pengin nyubitin pipi kalau bayi gendut,  nah kalau saya banyak yang pengin nyubitin pipi juga, tapi pake tang.

3. Dianggap sukses

Hampir setiap kawan-kawan lama yang saya temuin pas lihat badan saya segede anak ultramen ini bilang,  "Wih, udah sukses nih!" atau "Banyak duit nih,  traktir dong!" saya bersyukur mereka mendoakan demikian.  Walaupun saya belum sukses benar, apalagi urusan percintaan.  Hiks.  #StopTjurhat

4. Dianggap paling kuat

Yap, ukuran badan yang besar. Membuat orang-orang beranggapan bahwa kami yang gendut ini kuat.  Padahal kenyataannya tidak demikian.  Patah hati juga nangis kok. *Gendut juga manusia*

Nah kali ini beberapa duka menjadi gendut. Walaupun gak sedih-sedih amat sih.
*Tears drop*

1. Susah cari ukuran baju.

Siksaan terbesar saat saya ingin belanja baju di departemen store adalah ukuran baju super duper besar susah ditemukan. Ada sih.  Tapi yang bermerk (Harga pasti mahal) .  Dan saya rasanya ga terima aja dengan baju atau celana yang diobral murah tapi ga ada ukuran big size.  Diskriminasi itu kejam,  Jendral.

2. Makan tempat

Saat saya naik mobil, saya selalu usahakan minta bangku depan.  Kenapa? Kalau di bangku belakang,  dipastikan saya akan menguasai areal dudukable penumpang lain.  Mereka mulai gelisah.  Memasang wajah tidak enak. Dan saya pun merasa bersalah.  I'm feeling guilty.  Kalian semua suci aku penuh dosa *nyanyi ala AwKarin*

3. Bikin minder

Ini mungkin masalah saya aja atau mungkin ada yang merasakan hal yang sama ya?  Anybody? .  Saya merasa minder kalau dekatin cewek.  Takut tidak masuk kriteria mereka dari segi fisik. Walaupun saya yakin, tidak mungkin mereka menilai dari fisik aja.  Tapi hati juga.  Haseek!

4. Susah cari angle selfie

Ini menjadi problematika kekinian bagi orang gendut untuk berswafoto. Utamanya saya yang gak mau kelihatan lipatan leher terpampang nyata, membahana.  Harus cari sudut dari atas atau mendongakkan kepala sedikit. Pokoknya ribet. Lebih banyak yang dihapus daripada yang disimpan.

5. Rentan terserang penyakit

Penyakit jantung dan diabetes cukup menjadi momok menakutkan bagi orang gendut. Karena mereka paling berpotensi terserang penyakit tersebut. Saya selalu menyempatkan diri memeriksa tes darah agar bisa mengontrol pola makan. Saya ikut asuransi kesehatan juga sebagai antisipasi.

Saya tiba-tiba teringat dengan pesan orang tua saya yang terakhir melalui telpon.  "Jangan minum obat pengurus badan ya."

Menurunkan berat badan memang bukan hal instan. Walaupun mie instan lebih menawan,  apasih.  Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.  Berolahraga rutin dan jaga pola makan niscaya badanmu ideal. Jangan percaya obat-obatan yang ditawarin sama olshop olshop IG.

Kesimpulannya?

Menjadi gendut itu tidak salah, tapi penuh pembenaran.  Hahaha.

*Dan inget, menjadi kurus juga belum tentu benar.

Doddy R
01.10.2016

Kepergian Yang Memulangkanmu

Kepergian yang Memulangkanmu
(Prosa Penutup Bulan)

Kegelisahan yang selalu kualami manakala aku tidak menemukan kata-kata untuk ditulis. Seperti aku yang kehilangan cara untuk merindukanmu, kehilangan cara menghargai segala usahamu untuk mencintai.

Hatimu bagai daun kering yang mudah rapuh. Ditiup angin, terbang menjelajah sampai kamu lelah. Dan aku yang begitu kejam dalam diam, tidak mengejar, membiarkanmu pergi. Seperti sungai yang tenang, membuatmu tenggelam dan hilang tak pernah ditemukan.

Kamu bagai karang kokoh di pinggir pantai, diam bergeming dihantam ombak yang berubah-ubah ukurannya. Dihantam oleh ketidakpastian. Tapi kamu di sana,  aku tidak. Aku memilih menjadi ombak. Yang datang kemudian pergi.

Kincir angin kertas berputar di saat kita ajak berlari di padang rumput luas di bebukitan kini telah kehilangan ruasnya. Ia tak lagi sempurna. Tergeletak berdebu di rumput kering. Angin bahkan enggan menyapanya. Kamu pergi, aku pergi. Lalu siapa yang tetap tinggal?

Apakah sebuah kepergian dapat memulangkan kita kembali? Kembali kepada diri kita sendiri. Aku rasa iya. Kamu dan aku akan kembali menjadi diri sendiri.  Karena berpura-pura menjadi orang lain tak sebanding dengan berpura-pura jatuh hati. 
Doddy R
30.09.2016