Rabu, 17 September 2014

Dendam Anak Tiri

Darah mengalir deras, tubuh itu terkulai lemas. Matanya menatap memelas. Gadis di hadapannya terlihat beringas. Lagi, ia menghujani tubuh pria yang tersungkur di hadapannya dengan belati, bertubi-tubi. Hingga lelaki itu tergeletak, tak berdaya lagi. Gadis itu gemetar, ketakutan, matanya basah, ia menangis. Amarah itu tertanam dalam dirinya berbuah kebencian hingga ia berani membunuh suami ibunya.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Mayat lekaki biadab nan malang itu tak mungkin dibiarkannya begitu saja. Itu sama dengan aksi bunuh diri. Meski ia sadar ia tak bisa lari, cepat atau lambat dirinya akan menjadi incaran Polri.


Mungkin semua ini tak perlu terjadi jika saja ibunya tak menikah dengan pria itu. Hingga harus mati tertabrak kereta api lantaran sakit hati, putri semata wayangnya dihamili oleh suaminya sendiri. Amarah itu terus tersimpan menjadi kebencian yang berakar. Ia pernah berjanji akan menghabisi lelaki bejat itu dengan tangannya sendiri Ia sungguh tak peduli jika harus mendekam di jeruji besi. Yang terpenting membalaskan dendam ibunya yang telah mati juga demi dirinya yang telah kehilangan kehormatan. Rasa sakit di hatinya hatus tersalurkan dengan melihat kematian ayah tirinya dengan mata kepalanya sendiri.

Usai menguburkan mayat ayah tirinya dengan sembarang, gadis itu pergi meninggalkan tempat itu. Pergi jauh dari kota itu dan kemudian membuang semua bukti di tempat tersembunyi. Aksi nekatnya tak berhenti sampai disitu. Dengan berani ia menginjak kuat-kuat pedal gas mobilnya hingga ia mati jatuh dari jurang yang tinggi.

Sungguh ironi, cinta itu membutakan nurani. Sebab syahwatlah yang menguasai. Gadis malang itu kini mati. Semoga kisahnya bisa dipelajari. Hati-hati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar