Jangan Terburu-buru Jatuh Cinta
Cinta. Satu kata sederhana. Mudah sekali untuk dibaca.
Namun terasa berbeda makna bagi setiap hati manusia. Cinta. Banyak orang
jadi buta, terpedaya pada pesona pandangan pertama, kemudian membuat
ia lupa segalanya
Begitulah cinta yang sedang dialami Alana. Gadis periang
berusia 18 tahun itu sedang merasakan indahnya jatuh cinta. Pertemuan
tak sengajanya dengan seorang lelaki bernama Dion membuat Alana tak
bisa berhenti memikirkannya. Setiap pagi, Aqila, kakak Alana selalu
mendapati adiknya itu sedang duduk bersila di balkon kamar, memandangi
langit dengan sumringah, sambil sesekali tertawa kecil pada ponselnya.
Ya begitulah kiranya perilaku wanita yang sedang dimabuk
asmara. Tiada hari tanpa melamuni bagaimana kelanjutan kisah asmaranya
dengan pujaan hati. Sampai hal kebetulan sekalipun selalu diakui sebagai
pertanda jodoh, perekat hubungan yang belum pasti.
"Ternyata Dion itu suka banget sama angka 8.
Sama kaya gue. Dan pertemuan pertama kita itu ternyata pas tanggal 8.
Aaaa, pasti kita jodoh," Alana bercerita antusias.
Aqila yang diajak bicara hanya tersenyum geli melihat
tingkah laku adik semata wayangnya itu. "Jangan buru-buru jatuh
cinta, Al. Kamu kan belum kenal betul siapa dia. Ketemu juga baru dua
kali," Aqila menasehati.
"Aaah kakak kaya gak pernah jatuh cinta aja.
Aku sama Dion tuh cocok banget, mulai dari film kesukaan, makanan kesukaan,
hobby. Dion juga baik banget kak sama aku. Kemarin pas kita jalan dia
tuh ngerangkul aku terus," cerita Alana diakhiri dengan senyum.
"Aaaa, Dion bener-bener prefect boy deh,"
lanjut Alana sembari memandang langit-langit.
Seminggu kemudian.
Alana pulang ke rumah dengan wajah sendu. Tak ada
senyuman sumringah yang selalu ia tampilkan akhir-akhir ini. Ia berjalan
gontai menuju kamar, Aqila melihat tingkah Alana yang tak biasa.
"Lo kenapa?"
Alana diam, tapi sudut matanya sudah basah dan air
mata kembali siap tumpah.
"Kak, ternyata aku cuma pelarian."
"Maksud kamu?"
"Dion pacarin aku gak tulus. Dia cuma jadiin
aku alat supaya mantannya balik ke dia. Aku sakit hati, kaaaak."
Alana menangis sejadi-jadinya. Hati yang ia berikan
untuk Dion sempurna patah. Cinta yang ia bangga-banggakan berakhir sudah.
Cinta itu merekah hanya pada satu hati yang hanya ia rasakan sendiri.
Dalam hati, Alana menyesal telah buru-buru jatuh cinta.
-Saidahumaira-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar