Minggu, 31 Agustus 2014

Mungkin Tidak Malam Ini

Ditengah pekatnya malam
Dari kejauhan berdiri tegap
Seorang pemuda berjaket hitam
Memandangi langit seraya bersedekap

Merogoh kantongnya sudah kumal
Menyalakan sebuah pemantik
Hangatnya api terkalahkan oleh rasa kesal
Kesal yang mendalam karena istri yang licik


Dikucilkan oleh keluarga
Ia kini berdiri sendiri
Menghilangkan rasa cinta
Sambil berkeinginan untuk mati

Huda nama pria paruh baya itu
berstatus duda putra satu
Dipikirannya sekarang hanya lelah saja
Bagaimana ia hilang dari dunia

Lelah menghadapi istri yang tak tahu diri
Keluarga yang terus memaki
Sedangkan anak sudah lama belum makan nasi
Itupun karena ulah ia sendiri

Tak bekerja berhari-hari
Terlilit hutang disana sini
Ia hanya berpikir tidak ingin hidup lagi
Terlempar dari dunia kemudian mati
Ingin mati tapi malah takut mati

Mencoba bunuh diri takut dengan rasa sakit tak terperi
Satu satunya cara hanya mencoba menghilang dari muka bumi
Membuat semua orang tidak menganggapnya ada lagi

Semakin hari semakin menjadi
Istrinya berselingkuh lagi
Anaknya ditinggal di sebuah panti
Tiap hari meronta-ronta ingin kembali

Kembali ke rumah yang tidak pernah ada
Atau hanya merasa di dalam neraka
Perkelahian dalam rumah tangga
Mengorbankan masa kecil si putra

Tertatih Huda berjalan di pinggiran kota
Sambil mencari cara utk menghilang dari dunia
Hanya saja ia masih ketakutan
Takut untuk hidup juga takut dengan kematian

Sang istri tertawa pongah
Mendapat suami baru yang lebih mewah
Tinggal di rumah megah
Membuat si Huda merasa kalah

Janji sehidup semati hanyalah hal tabu
Bertahan hanya sewindu
Dilalui dengan kelabu
Selalu ada tipu menipu

Krisis moneter merebak
Keuangan rumah tangganya bergejolak
Hingga pada akhirnya semua barang ludes ke tengkulak
Menyisakan pakaian lusuh kotak kotak

Putra beranjak dewasa
Mulai melupakan neraka dunia
Terlebih lagi pada ibunda yang gila harta
Dan ayahnya yang ingin hilang dari dunia

Huda bersedekap kurus kering merana
Tergeletak dibawah jembatan pinggiran kota
Semua tidak memperhatikan dirinya
Mimpinya mulai menjadi nyata

Perlahan ia bangkit menuju jalan raya
Ia kini berani menantang dunia
Berharap truk gila lewat membabi buta
Agar cepat mengambil nyawa

Sungguh malang bukan kepalang
Tak ada satupun kendaraan yang datang
Semakin stres ia telanjang
Merasakan dingin kian meradang

Kemudian ia pergi ke sebuah jembatan
Hanya ada satu lampu penerangan
Membuat siluet yang mengiba
Berdiri tegaklah si huda

Arus sungai begitu lamban
Seolah olah berbisik-bisik pelan
Mencoba menghasut jiwa yang sedang kelam
Menyerahkan diri dimakan alam

Terjun bebas ke sungai
Huda malah berenang
Ia takut mati
Takut juga dengan hidup yang datang

Dikejar kejar Hutang
Sudah lama ia tak makan
Tak tahu lagi rasanya rendang
Terbaring pucat pasi di tepian

Si istri dikabarkan mati
Suaminya lari kawin lagi
Sungguh miris keluarga ini

Mendengar itu Si huda mantap hati
Menyusul sang istri
Tapi ia takut mati
Tapi juga enggan hidup

Mungkin tidak malam ini
Tuhan masih memberinya
kesempatan lagi
Untuk tetap berada di dunia ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar