Jumat, 08 Agustus 2014

Saya Jawa. Tapi...

Saya Jawa. Tapi…
Kemarin saya bersama pimpinan mengadakan halal bi halal, silaturahmi ke beberapa tokoh desa di tempat kami bekerja. Bukan saya mendiskreditkan suatu suku, tapi ini berbicara fakta yang terjadi terhadap diri saya sendiri.

Bermula dari percakapan sederhana menggunakan bahasa daerah yaitu Bahasa jawa. Karena notabene suku yang mendominasi di daerah kami bekerja adalah orang jawa walaupun ini di sumatera. Tak lama kemudian, saya diajak berbincang dengan salah satu tuan rumah yang sudah sepuh (tua), dan dia menggunakan bahasa jawa halus. Pada saat itu saya gelagapan bukan main, merasa seperti turis yang jalan jalan keluar negeri tapi mau tanya sama orang lokal tapi bingung. Mendadak lidah kelu.

Saya dilahirkan di tanah borneo, kalimantan tengah. Ayah saya Jawa Timur asli, dan Ibu keturunan banjar sampit. Bahasa yang saya pergunakan semasa kecil hingga sekolah dulu adalah Bahasa Banjar. Untuk bahasa jawa, terkadang saya mengerti karena ayah dan ibu sering berkomunikasi dengan bahasa jawa. Ya, walaupun jawa “kasar”, sedikit demi sedikit saya mengerti.

Setelah kuliah di Bogor dan banyak melalang buana di dunia kerja di pulau sumatera, saya fasih menggunakan bahasa indonesia. Kenapa saya bilang fasih? Karena di Sampit dulu saya kurang lancar berbahasa Indonesia. Saya menganggap bahasa Indonesia itu terlalu formal, kesannya kaku dan ke”jakarta-jakarta”an. Itulah anggapan saya dulu.

Namun sekarang karena tuntutan pergaulan dan pekerjaan, saya sudah lancar berbahasa indonesia. Tapi, terkadang masih banyak orang yang berkenalan dengan saya mengganggap saya orang medan (Sumatera Utara) .
Kalau untuk satu ini, mungkin saya bisa akui. Karena banyak rekanan saya bekerja yang berasal dari daerah tersebut. Jadinya, saya terbawa logat mereka.

Kembali ke topik.

Saya Jawa. Tapi, saya tidak fasih berbahasa jawa. Sungguh disayangkan, untuk kedepan saya akan mempelajari bahasa daerah nasional ini. Ya, nasional. Dimanapun kalian berada pasti banyak orang jawa bukan?

Banyak yang mengalami hal serupa seperti saya? Atau ada cerita yang lebih menarik?
Mari berbagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar