Jumat, 08 Agustus 2014

Terlambat 10 Menit

Kemarin pagi saya sengaja memperlambat keberangkatan kerja saya selama 10 menit. Saya mencoba mengacaukan sistem keteraturan hidup yang sudah saya bentuk. Hal ini saya lakukan untuk membuktikan kaitan sifat malas dengan kehidupan. Tuhan sudah memberikan kita hidup yang baik, hidup yang bila dijalani teratur akan membawa kenyamanan pada diri kita sendiri. Namun masih banyak diantara kita, yang menoleransi sifat keterlambatan ini.

Pernah mendengar istilah indonesia “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” ?

Menurut saya, ini istilah yang salah. Kenapa demikian? Saya anggap di kalimat tersebut masih ada toleransi atas keterlambatan. Ya, tidak salah juga memang akhirnya di Indonesia kita kenal banyak istilah “ngaret” atau “molor” . Sebaiknya kita sudah mulai ubah paradigma, bahwasanya “Lebih baik cepat dan tepat daripada terlambat”.

Sistem terlambat 10 menit saya tidak banyak memengaruhi di alur pekerjaan saya. Tapi, di banyak pihak baik dari segi medis maupun penegakan hukum. Keterlambatan banyak mengakibatkan hal hal yang fatal. Contoh, dokter terlambat 10 menit melakukan Pertolongan pertama pada kasus kecelakaan, di dalam waktu 10 menit semua kemungkinan bisa terjadi ya mulai dari cedera ringan, cacat. Kelumpuhan bahkan kematian.
Atau terlambat 10 menit kerja saja, bisa bisa kita sudah kehilangan pekerjaan?

Sekarang tinggal kita menyikapi sistem kehidupan yang sudah ada ini, Tuhan tidak pernah memberikan kemalasan bagi seseorang. Tuhan hanya memberikan masalah dan cobaan untuk menguji sejauh mana ketaatan kita dalam beribadah dan hidup di dunia ini.

Terlambat, bukan saja sikap negatif, kadangkala bisa saja positif misal terlambat datang bulan. Kabar gembira untuk bagi yang sudah menikah, dan kabar buruk bagi yang belum melakukan ijab kabul.

Jadi, segerakanlah sesuatu. Terlambat itu tidak enak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar