Sabtu, 11 Oktober 2014

Pesan Cinta dari Surga

Kehilangan tak pernah menyenangkan untuk siapapun. Terlebih kehilangan dia, yang begitu dicintai. Adira tak henti-hentinya menangis di sudut ruangan. Ia tak percaya kebersamaannya dengan Allan berakhir menyedihkan.

Malam itu, tak biasanya Allan tak memberi kabar pada Adira. Seharian tak mendapat kabar dari Allan membuat harinya sedikit cemas. Ia khawatir, entah apa yang ia khawatirkan. Dadanya sesak, seperti ada sesuatu yang tak enak. Hatinya tak menentu. Firasat itu menggelisahkannya. Tepat pukul tujuh malam, Adira mendapat kabar dari seseorang yang tak dikenalnya. Kabar duka yang seketika merampas ketenangannya. Ia terus terisak sementara telepon genggamnya sudah jatuh berantakan. Setengah kesadaran menguatkannya untuk sampai di depan pintu UGD sebuah rumah sakit.

Seorang wanita paruh baya spontan memeluknya sangat erat. Mereka sama-sama rapuh tapi berusaha kuat. Namun Adira tak mampu menutupi rasa kalutnya. Ia tak percaya, seorang lelaki yang dicintainya sedang berjibaku dengan rasa sakit, terambang antara hidup dan mati. Tak lama dokter keluar dari ruangan itu, menanyakan keluarga korban. Wanita yang tadi memeluk Adira langsung menghampiri dokter dengan tergesa, menanyakan kabar putra bungsunya.
"Pasien kehilangan banyak darah. Kami telah berusaha, tapi Tuhan yang berkehendak."
Kalimat klasik yang sudah bisa dipastikan kemana muaranya tapi tetap saja Adira bertanya, memastikan kabar kekasihnya. "Maksud dokter?"
"Maafkan kami. Pasien tak dapat bertahan. Tuhan lebih menyayanginya. Kami turut berduka cita."
Tangis Adira semakin menjadi. Baru kemarin mereka merayakan hari jadi yang kelima, baru kemarin mereka saling berjanji untuk tetap bersama-sama. Tapi kini semua harapan mereka dirampas oleh kematian.

Rasa sakit kehilangan itu semakin menyesakan hatinya. Ketika Mama Allan bercerita pada Adira bahwa sepanjang hari sebelum Allan meninggal dunia, Allan sibuk menyiapkan sebuah hadiah kejutan untuk Adira. Bahwa Allan akan melamar Adira tepat di hari ulang tahunnya. Semua telah dipersiapkan Allan dengan rapih, tinggal menunggu hari. Namun kini semua tak berarti. Allan sudah tak lagi memijakan kaki di bumi. Sebuah sticky notes bertuliskan "Will you marry me, Adira Putri?" menjadi sebuah pesan cinta yang membahagiakannya, bahwa ia pernah begitu dicintai oleh seorang lelaki yang kini mungkin sudah di surga.

-Saidahumaira-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar