Kamis, 09 Oktober 2014

Dimana Hatimu?

Cinta memang gila. Mampu membutakan mata hati dan logika. Mampu meliarkan pikiran dalam nada-nada amarah. Mampu membuat seseorang kehilangan akal sehatnya, mentaati bisikan kekecewaannya.

Namanya Cinta. Namun hidupnya tidak seperti namanya. Berkali-kali disakiti lelaki, membuat hatinya meringis sakit hati. Kini ia tak percaya lagi cinta. Untuknya cinta hanya rasa semu. Dan bahagia tak lebih dari sandiwara, semuanya bohong belaka.

Semuanya berawal dari sakit hati yang ia rasakan bertubi-tubi. Setiap ia memiliki kasih dan mencintai, selalu saja ia dikhianati lelaki. Hingga ia bertanya "dimana hati lelaki? kenapa bisa begitu seenaknya menyakiti? apa mereka tak punya hati? Lantas pikiran setan memburami hatinya. Ia berencana mencari jawaban atas pertanyaannya.

Malam itu, Cinta mendatangi rumah Boy, kekasihnya. Ia menangis tersedu-sedu memohon pada Boy agar kembali padanya. Begitu angkuhnya Boy, dengan tega ia berkata "Maaf Cinta, aku tidak mencintaimu. Aku hanya menjadikanmu alat agar mantan pacarku kembali padaku. Dan kini, aku dan dia sudah berpacaran lagi. Aku tak butuh kamu lagi cinta."

Barisan kalimat Boy sungguh sangat menyakiti hatinya. Cinta buta akal. Ia langsung mendorong tubuh tegap Boy hingga terjatuh. Kemudian ia mengambil pisau lipat dari saku celana belakangnya. "Setan kamu! Kamu pikir aku ini mainanmu? Kamu pikir aku ini sampah? Yang bisa kau buang seenaknya? Keparat kamu, Boy!"
Cinta mulai bermain-main dengan pisau itu. Disiletnya wajah Boy yang tampan. Boy meringis, ia berusaha menyelamatkan diri. Didorongnya tubuh mungil Cinta. Dan berusaha lari. Bodohnya Boy, ia lari ke dalam rumah dan terperangkap di dapur rumahnya.
"Kamu jangan gila, Cinta!"
"Aku gila karena kamu, Boy!"
"Cinta, aku mohon. Aku akan kembali jadi pacarmu lagi, Cinta."
"Terlambat, Boy. Hatiku sudah sakit. Dan aku ingin hatimu juga merasakan sakitnya!" Cinta berteriak histeris.

Boy tergeletak lemah. Seluruh tubuhnya berlumuran darah. Bertubo-tubi benda tajam itu menghujam tubuhnya. Boy menghembuskan nafas terakhirnya dengan mengenaskan. Tak sampai disitu, Cinta mengkoyak bagian perut Boy dan mengambil salah satu organ tubuh Boy. Cinta tertawa sendiri. "Ini hatimu Boy. Kamu lihat? Ini hatimu. Selama ini kamu yang sering menyakitiku. Kini giliranku." Dengan bengis Cinta mencabik-cabik hati Boy. Dan kemudian ia menusuk perutnya sendiri. Mati bersama hati yang membusuk.

-Saidahumaira-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar