Seperti halnya malam ini. Saat sedang mengerjakan tugas kuliahnya, Diana mendengar sebuah lantunan lagu sendu. Diana menengok ke jam dindingnya. Tepat pukul 12 malam, nyanyian itu mulai terdengar. Suara wanita yang menyanyikan lagu itu begitu menyedihkan. Lagu tentang sakit hati dan kekecewaan. Lagu tentang kehilangan. Lagu yang terdengar sayup namun jelas, yang tak jelas darimana asalnya. Diana mencoba menutup telinganya menggunakan headset, namun suara itu tetap terdengar tak terpengaruh. Diana sadar ia harus menyelesaikan masalah ini, bukan lari.
"Lo siapa sih? Mau lo apa?" Diana berbicara sendiri, menatap seisi kamarnya dengan takut.
Tak ada suara. Sejenak nyanyian itu hilang. Hening.
"Kenapa diam?" Diana bertanya menantang, namun ketakutan tetap tak hilang dari dirinya.
Tiba-tiba buku diary Diana terjatuh. Diana menatap takut, ingin mengambil tapi ragu. Akhirnya ia memberanikan diri. Ia ambil buku yang jatuh tepat di kaki, ia buka perlahan sembari tetap memandang sekeliling. Dan Diana terkejut ketika matanya membaca tulisan.
"Tolong kuburkan saya dengan layak!"
Diana tak mengerti. "Maksudnya? Gue gak kenal siapa lo!" Diana bertanya pada seisi kamarnya, pada mahluk astral yang tak dilihatnya.
Buku diary itu membuka lembarannya sendiri. Diana menatapnya ngeri. Tak lama ia kembali mendapati tulisan.
"Aku Adinda, sahabatmu."
Diana tercengang. Ia ingat sesuatu, tentang Adinda, tentang kematiannya. Setahun yang lalu, Adinda, sahabatnya dari kecil dikabarkan hilang dan belum ditemukan hingga saat ini. Dan Dinda dianggap telah mati meski jasadnya belum ditemui.
Melalui lantunan lagu sendu, Adinda menyampaikan sesuatu. Tentang suara hatinya yang pilu. Mati tanpa ada yang tahu.
-Saidahumaira-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar