Selasa, 24 Februari 2015

Malam Tanpa Bulan

MALAM.  Bukan tentang gelap, pekat atau kesunyian.  Tapi tentang sebuah penantian.  Penantian menyambut pagi.

Riz tertawa melihat langit, bulan menghilang entah kemana. Ia melirik jam di tangan kirinya, masih pukul 9. Ia menunggui bulan saat itu.  Sepekan belakangan, Riz menghabiskan malam di atap rumahnya. Memandangi langit hitam jelas tak berpenghalang.  Beruntung pikirnya tinggal di pesisir kota.  Tak ada gedung-gedung pencakar langit yang merobek indahnya hamparan angkasa malam.  Namun bulan tak juga muncul barang separuh.

Tak ada yang lebih menyegarkan saat menghirup dingin udara malam bagi Riz. 

"Bulan, bisakah datang sejenak? Aku tidak lelah menunggu tapi aku sudah terlalu rindu" kemudian Riz mulai bersenandung mengusir sepi.

Satu malam terlewati, belum ditemuinya juga sang Bulan.  Mungkin besok akan berjumpa, pikirnya.

Keesokan malam,Riz bersama kawan sepermainannya.

"Kenapa engkau menunggui bulan Riz? " tanya kawannya itu setelah melihat Riz asik termenung memandangi langit.  Seakan-akan terhipnotis. Menoleh sejenak ke pertanyaan yang dilontarkan kawannya tersebut.

Hening, kemudian Riz menatap kembali lamat-lamat langit malam itu,

"Aku menunggu bulan karena aku rindu.  Rindu akan hakikat ku sebagai manusia, yang mengagumi sekitar tapi terkadang lupa cara bersyukur .  Aku mencari Bulan, agar tahu aku masih di bumi. Bukan di planet lain"

Sedikit tercengang kawan Riz,  dengan pemikiran yang melampaui usianya menunjukkan bahwa Riz adalah seorang dewasa yang terperangkap di dalam tubuh anak kecil.

Pun seperti malam itu bulan tetap tak ia jumpai.  Berganti salju yang mulai turun. Berpadu menjadi sebuah lukisan indah di angkasa berbintang.  Dingin mulai menyelinap, Riz pulang ke rumah dengan sebuah jawaban. Meluncur membelah lapisan salju di jalan. Meninggalkan kawannya yang masih tercengang.

Riz belajar bagaimana tentang menerima, tidak semua apa yang kita tunggu selama ini akan datang.  Boleh jadi diganti dengan yang terbaik bagi kita, sejatinya masih menjadi Rahasia Indah dari-Nya. Takdir.

Terima kasih bulan dan salju telah mengajarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar