Rabu, 09 September 2015

Ajari Aku Jatuh Cinta (Lagi)

Cinta adalah sebentuk multitafsir. Setiap orang menerjemahkannya dengan definisi berbeda-beda. Ada yang bilang cinta itu tentang memiliki. Pengorbanan. Ada juga yang menyebutnya luka. Mungkin cinta dipengaruhi oleh masa lalu. Apa yang pernah ia alami dan rasakan.
Pukul jam 11 malam, aku disambut oleh rumah yang gelap. Hanya ada makanan tadi siang yang tak sempat kusantap di atas meja. Aku merebahkan diri di atas kasur. Satu hari lagi terlewati. Satu hari sendiri. Lagi.
Kadang saat sendiri orang-orang sepertiku memahami bagaimana cara mencintai diri sebelum mencintai orang lain. Sejujurnya aku ingin jatuh cinta. Lagi. Tapi aku betul-betul belum siap untuk terluka kembali.
Baru kuselesaikan salah satu buku yang kubeli saat di kota tadi. Entahlah cara membunuh waktu yang paling kusukai adalah dengan membaca. Sejak setahun silam aku mulai mengumpulkan buku-buku yang hanya satu kali aku baca. Setelahnya mereka tersusun di lemari kaca. Sebuah catatan kecil aku temukan di salah satu buku pemberian seorang wanita yang ku tak tahu parasnya. Saat itu aku duduk di bangku taman. Wanita itu tiba-tiba melemparkan ke pangkuanku sebuah bungkusan rapi. Ia bergegas pergi dengan sepeda.
Aku membukanya sampai di rumah. Menyadari buku ith seolah ditulis olehnya. Dan entah mengapa aku merasa jatuh cinta. Kepada orang yang tak kukenal. Tapi aku mengenal baik dirinya dari buku yang diberikan.
Karena itulah setiap sore sebelum pulang ke rumah, aku menyempatkan singgah ke taman. Menunggu. Berharap ia akan kembali. Nihil. Namun hari ini, aku tak sempat menungguinya. Karena ada pekerjaan tambahan di kantor. Ya hanya menunggu. Bagiku cinta adalah menunggu. Sesederhana itu.
Aku memeriksa setiap toko buku. Berharap menemukan informasi tentang si penulis buku yang kubawa selalu kemana-mana itu. Tapi tidak ada satu pun yang mengetahui. Betapa asing dan misteriusnya wanita itu membuat aku semakin ingin tahu.
Lalu aku temukan titimangsa di salah satu tulisannya. Tertulis alamat dan tanggal ia menyelesaikan bukunya itu. Baru kali ini ada penulis menuliskan alamatnya dalam buku. Heran juga setelah sekian lama aku baru menyadari. Dan saat aku baca.  Astaga ternyata, alamat itu tepat di seberang jalan rumahku. Aku mengenalnya. Ya aku mengenalnya.
Lalu aku membuka tirai jendela melihat ke seberang jalan. Ia ada disana. Sedang duduk di teras rumah. Dan melemparkan senyum ke arahku.
Baginya cinta adalah menunggu. Dan bagiku cinta adalah mencari. Terima kasih telah mengajariku jatuh cinta (lagi).
~doddy rakhmat
09.09.2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar