Selasa, 26 April 2016

(Tidak) Patah Hati

Lagu-lagu romantis yang dilantunkan oleh penyanyi wanita di cafe tak ubahnya ratapan pilu cinta yang karam. Hujan tersisa rintik kuterabas liar meninggalkan jauh-jauh Ekspresio Cafe. Menjejak genangan air tanpa hirau. Kilat masih menyambar. Orang-orang berlarian dari hujan. Aku terus berjalan memikirkan cara untuk membunuh hujan. Karena ia bagai lawan yang tangguh. Sampai di rumah, aku diajak oleh kenangan yang berputar dalam pikiran ke potongan-potongan masa silam bersama Kalea.

Sejak berpisah dengan Kalea, sebenarnya aku enggan bertandang ke Ekspresio Cafe lagi. Tempat kami membuat kenangan-kenangan indah. Aku melepaskannya agar ia menemui kepastian. Dan aku dapat memilih untuk melanjutkan pencarian tulang rusuk yang hilang. Tapi sebaris kalimat yang baru saja kubaca beberapa menit lalu membuatku berpikir dua kali. Masih adakah cinta yang tepat untuk ku?

"Bang, Uzi boleh masuk kamar bentar nggak?" pinta Uzi, adikku umur 12 tahun, dari luar kamar.

"Masuk aja"

Ia berjalan mengendap-endap takut menimbulkan suara-suara aneh. Atau ia tahu kebiasaanku yang selalu memarahinya masuk kamar.

"Abang, kenapa? Keujanan gitu, gak ganti baju, gak takut masuk angin?"

Aku hanya menggeleng. Memandangi foto hasil jepretan ala paparazzi gadis yang kukagumi beberapa hari belakangan. Bukan Kalea. Bagiku itu cukup menghangatkan.

Aku yakin semua orang memiliki cara untuk menikmati secangkir kopi pun menyesap kepahitan cinta yang suram. Aku belajar bagaimana sembuh dari patah hati ; luka masa lalu. Dan penyesalan bukanlah jalan keluar. Mencintai seperti merawat sebuah bunga dalam pot. Ketika ia mati, kita tidak bisa menghidupkannya kembali. Namun menanaminya kembali dengan bunga baru adalah cara terbaik untuk menyempurnakan pot kosong.

Ternyata aku salah memilih bunga lagi. Bunga itu telah bertuan dan aku masih mempertanyakan. Benarkah jika aku harus merebut gadis dari pria yang telah memilikinya? Haruskah memaksakan kehendak? Siapapun, aku ingin seorang gadis yang tidak membuatku patah hati lagi.

Dan menyesap banyak kopi tidak dapat menyembuhkanmu dari patah hati. Kau hanya perlu membiarkan hujan turun dari langit, meluruhkan segala luka hingga reda.

*Doddy R

Cerita sebelumnya bisa dibaca di http://tututlaraswati03.blogspot.co.id/2016/01/patah-hati-pada-kopi-dan-hujan.html?m=1

1 komentar:

  1. Tapi menyesap kopi bisa meredakan sedikit rasa sedih karena pahit kopi serta ampasnya yang sering bikin keki :D

    BalasHapus