Jumat, 31 Juli 2015

Maaf, Sudah Tutup.

Beberapa jam lalu pusat perbelanjaan itu ramai, namun mereka punya batasan waktu. Hingar bingar berubah menjadi senyap layak kota mati. Eskalator sudah dipadamkan, lampu-lampu yang membias lantai licin mengkilap hanya tersisa gelap.

Aku belum beranjak dari salah satu kedai makanan cepat saji. Pelanggan adalah raja. Begitu istilahnya. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani mengusirku. Bergelas-gelas kopi memenuhi meja. Sadis? Tidak. Bagaimana seorang raja harus diusir dari singgasananya. Semua melirik ke arah jam yang tergantung di tengah ruangan. Menguap dan menguap. Tak tega melihat pemandangan itu, aku menggeser posisi duduk. Ada wajah-wajah gembira, tapi aku masih duduk belum beranjak pergi. Kemudian gembira itu sirna.

"Maaf sudah tutup." Kata seorang pelayan saat menghampiri pengunjung di pintu masuk.

Ibu paruh baya itu bertanya sambil melihat ke arahku. Dari tatapannya aku menerka, "Lah, kok dia masih dilayani?"

Setengah berbisik aku mendengar apa yang dikatakan pelayan itu, "Dia adalah seorang raja." Bisikan itu disambut anggukan antara paham atau tidak oleh sang ibu. Kemudian ia melangkah pergi.

Hari beranjak malam, semua pelayan sudah berganti pakaian bersiap pulang. Aku masih tertaut dengan kursi kedai. Aku dihampiri pria tambun. Managernya mungkin. Ia bertanya, "Maaf tuan, kami sudah mau tutup."

Aku diam namun berteriak dalam hati. Mereka tidak tahu rasanya terserang kram dan stroke ringan secara bersamaan.

~doddy rakhmat
31.07.2015

Sumber gambar : www.riversidesurgery.co.uk

2 komentar:

  1. Singkat tapi bagus, keren, bikin penasaran juga kayak "Kalo diusir gimana ngejelasinnya ya?"

    BalasHapus
  2. Terima kasih Marfa.. ;)
    Penasaran bagaimana mengusir secara halus.

    BalasHapus