Jumat, 04 Maret 2016

Story Blog Tour 2 : Final Escape

"Revan.."

"Untuk apa kau datang ke sini?" sahut Revan dingin, masih menghadap dinding sel. Desing mesin cetak dari ruang periksa samar-samar terdengar. Revan berada dalam sel tahanan bersama dua orang pria lain. Wajah mereka penuh beban, seolah ada dosa tak termaafkan yang telah mereka lakukan.

"Aku ingin membebaskanmu." ujar Diba lirih.

"Dengan cara apa? Untuk apa melepaskan monster buas sepertiku? Atas dasar cinta?"

Diba terhenyak. Bibirnya bergetar menahan tangis. Ia berusaha tegar. Diba terlalu bingung dengan kata hatinya sendiri. Melepaskan atau merengkuh kembali Revan.

"Aku mungkin bisa membantumu. Pamanku pengacara, kamu tahu kan? Setidaknya bisa mengurangi masa tahananmu"

Revan membalikkan badan menghampiri Diba dengan langkah gontai.

"Tidak usah terlalu baik padaku. Kalau perlu aku menghabiskan sisa hidup di balik jeruji ini."

"Kamu mencintaiku terlalu berlebihan, Van."

Diba berusaha menyentuh wajahnya yang lebam dihajar oleh opsir. Bibir Revan pecah, pelipis sobek dan mata membiru. Revan menghindar. Diba merasa canggung dan mengurungkan niatnya. Ada hening yang tak bisa dikuasai oleh mereka berdua. Diba dan Revan diam cukup lama.

Mereka dipisahkan oleh petugas. Waktu kunjungan telah habis. Diba melangkah keluar kantor polisi. Revan tersenyum dingin. Senyum yang tak pernah dilupakan oleh Diba. Itu sebuah pertanda buruk.

Hujan tumpah dari langit malam. Kadang-kadang memutih dipecah kilat. Laju taksi yang ditumpangi Diba berjalan pelan. Hatinya masih menggigil mengingat kondisi Revan. Dilema. Dalam benaknya, apakah aku masih mencintai seorang pembunuh? Pembunuh yang menunjukkan rasa cintanya terlalu berlebihan?

-----

Revan berjalan tertatih, kakinya dipukul dengan balok kayu oleh Diba, ia masih cukup tegar untuk mengejar Diba yang  jatuh tersungkur. Revan mengangkat balok tinggi-tinggi dan melepaskan pukulan.

Diba terbangun. Keringat dingin membasahi sekujur badannya. Mimpi buruk lagi. Ia menghempaskan diri lagi, matanya sukar terpejam. Pikirannya kembali kepada Revan.

Keesokan pagi, televisi ramai memberitakan.

'Seorang tersangka pembunuhan inisial RR melarikan diri dari ruang tahanan setelah membunuh para sipir yang bertugas'

Diba menahan nafas.

Hai, Tulisan ini adalah bagian dari Story Blog Tour 2 dari OWOP 1. Saya, Doddy Rakhmat , mengemban tugas menuntaskan episode ke 15 dalam rangkaian kisah ini.

Silakan dibaca juga episode pertama sampai kesebelas dan nantikan kelanjutannya di episode berikutnya. Cek tautan di bawah ini untuk membaca kisah lengkapnya.

Ep 1, Ketika Diba Kembali by Tutut Laraswati

Ep 2, Penarik Kerah Baju by Rifdatun Nafi'ah

Ep 3, Revan Rivantyo by Apriastiana Dian F
Ep 4, Aku Masih Mencintaimu by Helmi Yani

Ep 5, Merasakanmu Lewat Secangkir Cappucino by Apriliah Rahma

Ep 6, Penyakit Sialan by Dara Mustika Pratami S

Ep 7, Perbuatan Angin Malam by M. Fauzan Azhima

Ep 8, Slide Masa Lalu by Lilis Nurmalasari

Ep 9, Tiba-Tiba Diba by Satria Wannamba Putra

Ep 10, Memori yang Kembali by Nadhira Arini

Ep 11, Mesin Waktu Revan by Essenza Bachreisy

Ep 12, Cinta Tak Begini, by Afatsa

Ep 13, Revan Sang Pembegal AlFikri Fauzi

Ep 14  Nada Air Mata Adiba by Deni Firman S

Nantikan Episode 16 selanjutnya di Blog Debytheresia.blogspot.com

2 komentar:

  1. Ceritanya terlalu pendek euy. Terus saya tuh merasa janggal dengan waktu yang diberikan sipir untuk menjenguk. Rasanya yang digambarkan di atas hanya kisaran berapa menit. Saya menangkapnya terlalu kecepatan. Jadi terasa aneh.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah Baca episode episode sebelumnya juga?

      Kalau waktu menjenguk sih, bisa tergambar dari Revan dan Diba diam cukup lama.

      Hapus