Selasa, 21 Juli 2015

Langit Yang Mencari Sebuah Sabit

Bulan di senja kala ini terasa dekat. Entahlah, mungkin bulan yang sudah lama tak mendapatiku menatap langit. Mungkin aku terlalu sibuk dengan urusan-urusan bumi. Hingga malam kadang kuhabiskan dibawah atap kayu-kayu tipis berbentuk persegi. Atau melekatkan pandangan ke sebuah layar berkedap-kedip.

Langit betul-betul peduli. Tak bosannya menyapu pandangan kepada makhluk-makhluk dengan urusan bumi. Kadang ia ada di sudut jendela di sebuah kantor ramai pekerja. Di belakang rumah yang sepi. Atau diacuhkan di atas sana.

Langit telah mengajarkan sesuatu yang penting bagi kita melalui bulan. Bertahun-tahun berlalu, dari kita menangis pertama kali di dunia hingga kadang kita membuat tangis dalam diam bagi mereka. Pernahkah kita benar-benar meresapi dan melihat sesuatu yang membuatmu menemukan alasan untuk hidup? Membahagiakan mereka. Mencari sebuah sabit yang disebut senyum dari parasnya. Melengkung dari ujung bibir ke sisi yang lain, ialah lukisan terindah diciptakan Tuhan. Bahagia orang tua berwujud sabit kecil di wajah yang menua.

Berjanjilah, berdoalah, dan berharaplah kita diberikan lebih banyak waktu untuk mengukir sabit kecil tersebut, seperti langit yang mencari sebuah sabit untuk menghias dirinya. Bulan.

~doddy rakhmat
21.07.2015

2 komentar: