Selasa, 05 Januari 2016

Sebuah Pertemuan Untuk Selamanya

Hai.

Tiga huruf itu yang berani aku kirimkan setelah setahun menghilang dari peredaranmu. Dan aku menunggu apakah ada jawaban atas satu sapa yang telah lama tak terucap.

Satu hari, dua minggu, dan sebelum aku pasrah, kamu membalasnya. Dengan lima huruf.

Hai jg.

Dua kata yang membuat segala penantianku lebih dari cukup, menggugurkan sia-sia dalam menunggu. Lalu aku memberanikan diri untuk mengajakmu bertemu, dan kamu mengiyakan.

Akhirnya kita berdua bertemu, di tempat kita memutuskan berpisah, masih melekat dalam pikiran,  pipimu yang basah karena tangis.

"Apa kabarmu?"

"Baik." jawabmu tenang.

Kita berdua mengenakan pakaian warna sama dan juga memesan minuman yang sama, tanpa rencana sebelumnya. Aku tertawa konyol, begitupun kamu. Seakan masih ada ikatan di antara kita.

"Tempat ini tidak banyak berubah, tapi orang-orang yang mengunjunginya selalu silih berganti. Membawa cerita dan masalah yang berbeda, dan semua mereka curahkan di ruangan ini."

"Sama seperti kita, dulu. Padahal semua yang indah bermula dari sesuatu yang sederhana kan?" katamu diakhiri dengan tawa kecil.

Sederhana, tempat ini memang telah mempertemukan, memisahkan dan memberikan kesempatan kembali untuk bertemu. Aku tidak pernah lupa perjumpaan kita pertama kali, aku menawarkan diri untuk duduk di depanmu, karena kursi yang lain penuh. Mungkin itulah yang kusebut sebagai takdir. Dan kita berbicara banyak tentang kehidupan, lalu semua merasa nyaman dan akhirnya membangun sebuah hubungan. Ikatan.

Dari arah pintu datang seorang pria menggendong gadis kecil yang memiliki mata indah sepertimu, hidungnya pun begitu. Tingkahnya menggemaskan dan lucu. Kemudian ia pindah ke dalam pelukanmu. Aku tersadar dari lamunan.

"Kenalin ini suami aku, dan si mungil ini puteriku." ujarmu dengan wajah gembira.

Aku tidak seharusnya mengajakmu bertemu di tempat yang menyimpan begitu banyak luka. Hei lihatlah, sekarang kamu mempunyai seorang pendamping yang begitu setia disampingmu. Dan juga seorang gadis kecil yang terus membuatmu tersenyum.

Aku telah memberikan luka yang dapat kau lalui dengan sempurna. Sedangkan aku masih terperangkap kesalahan masa lalu. Salah satu alasan aku ingin bertemu denganmu adalah meminta maaf dan juga bertanya apakah aku bisa memperbaiki kesalahanku. Tapi semua memang sudah berlalu. Aku menyadari, Ini adalah sebuah pertemuan kita untuk selamanya.

"Aku minta maaf."

Kamu hanya mengangguk. Dan aku menerabas hujan yang sedang turun deras-derasnya.

~Doddy Rakhmat
05.01.2016

Cerita sebelumnya dapat dibaca di

Sepasang Kekasih Yang Sibuk Mengurai Luka http://tututlaraswati03.blogspot.com/2016/01/sepasang-kekasih-yang-sibuk-mengurai.html

6 komentar:

  1. Segala sesuatu dimulai dari hal sederhana. Ini setuju banget gue.

    BalasHapus
  2. Ini perempuannya kayak balas dendam gitu, ya? Wkwwkwk.
    Keren-keren!

    BalasHapus
  3. Keren banget nih menyentuh dan ini ada true di hidup gue :v ,,,... ditunggu kunbalnya mas salam kenal juga hihihi- Kopi-manis.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, tapi senuanya udah berlalu kan?

      Oke nanti kunbal :)

      Hapus