Sabtu, 09 Januari 2016

Story Blog Tour : Ketika Rindu Memanggil

Aku harus pulang. Walau sepertinya aku merasa kalah sebelum bertarung. Aku tetap rindu pada Jasmine. Dia telah mencuri pikiran dan perasaanku bertahun-tahun. Ini saatnya aku mengambilnya kembali.

Tidak ada yang bisa melawan rindu, selain temu.

*****
Kepulanganku ke tanah air bukan berarti tanpa alasan, Ganen dua minggu lagi akan menikah. Walau dia lebih muda dariku, aku mengakui 'kejantanannya' untuk meminang perempuan.

Aku menyelipkan boarding pass di antara lembaran buku. Roda-roda koper beradu dengan lantai, sahut menyahut dengan suara dari bagian informasi, dan ketukan-ketukan sepatu yang tidak sabar menjadi lagu rutin sebuah bandara.

"Elo mau minum apa?" Ganen menyikut bahuku.

"Maybe, coffee."

"Yakin lo mau minum kopi kak, lo kudu minum yang manis-manis pas momen agak pahit gini. Suntuk ngeliatin muka murung lo dari tadi."

Aku tidak menjawab, mengangguk lantas tertawa kecil. Mata dan pikiranku sedang menekuri buku puisi penyair favoritku. Aku meminta Ganen membelinya di Indonesia sebelum menjemputku kemari.

Keriuhan bandara sama sekali tidak terdengar, sayup-sayup tenggelam di antara suara -suara yang muncul dalam diri, memicu kembali jawaban dari ayah Jasmine. Ia mengulang-ulangnya bagai kaset kusut. Aku tak bisa menahannya. Suara-suara hati kecil, suara-suara yang paling pertama didengarkan manusia. Tidak semudah menutup telinga, lalu kemudian tak mendengar apa-apa.

*****

Berulang-ulang pengeras suara mengumumkan pesawat kami siap mengangkasa. Jerman telah mengecil dari pandangan, jauh tertinggal di bawah awan-awan berlapis. Sebentar lagi kita bertemu, sebentar lagi.

*****

Selamat datang di Kota Jakarta. Masih satu jam perjalanan menuju tempat kelahiranku, Bogor. Hujan menjatuhkan dirinya dari langit. Ganen sibuk berbincang-berbincang dengan calon istrinya. Semudah itu. Mengapa aku harus menuliskannya di atas kertas, menunggu lama untuk balasan. Berkirim surat kurasa salah satu cara untuk menjaga rindu pada tempatnya.

****
Bogor.

Rumah berlantai dua di ujung gang tidak banyak perubahan. Hanya ada cat yang mengelupas di sisi-sisi bingkai jendela.  Saat membuka pintu rumah setelah bertahun lamanya aku tak berdiri didepannya, yang kudapati ialah seorang gadis yang senyumnya membuat dunia lebih berwarna, sorot matanya yang menikam hati dalam-dalam, aku telah melawan rindu dengan sebuah temu. Mama yang duduk disampingnya berlari riang ke arahku.

Mama menyambut dengan mata berkaca-kaca, haru melihat kedatanganku. Mendekap erat kami berdua. Ia mengacak-acak rambutku dan Ganen.

"Ar, kamu masih ingat sama Alena kan?" ujar Mama seraya mengubah pandangan ke gadis berkerudung cokelat muda.

Aku mengangguk.

Ternyata bukan kamu, Jasmine. Bukan. Aku rasa rinduku telah keliru menjumpai tuannya.

*******

CATATAN :

Ini adalah Challenge menulis OWOP, temanya STORY BLOG TOUR. Di mana member lain yang sudah diberi urutan melanjutkan sesuai imajinasinya di blog pribadinya.

Saya Doddy Rakhmat mendapat giliran kelima. Biar ceritanya nyambung, kamu harus baca episode sebelumnya.

Episode 1 : Surat yang Tertahan di Dasar Hati – Nadhira Arini
Episode 2 : Rahasia Jasmine – Debby Theresia
Episode 3 : Dialog – Tutut Laraswati
Episode 4 : Jodoh Untuk Jasmine – Saidahumaira
Episode 5 : Ketika Rindu Memanggil - Doddy Rakhmat
Episode 6 : Lilis Nurmalasari (coming soon)

Silahkan mampir ke blog Uni Lilis untuk tahu kelanjutan ceritanya ya :)

Stop Wishing, Start Writing
www.oneweekonepaper.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar