Jumat, 16 Januari 2015

Suka Duka Kerja di Remote Area

Remote area adalah tempat terpencil, tapi bukan berarti diri kita terkucil.
-Doddy R-

Sudah dua tahun terakhir ini, saya merantau ke pulau sumatera dengan identitias sebagai seorang karyawan swasta di salah satu multi national company yang bergerak di bidang agribisnis.

Awalnya tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa saya harus menjejakkan pulau di bagian barat Indonesia ini.

Saat ini saya tinggal di salah satu pelosok daerah di provinsi Jambi. Dimana perusahaan saya bekerja adalah perusahaan yang bergerak dalam industri komoditas kelapa sawit.

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang sifatnya tahunan dan dikembangkan skala masif. Tidak mungkin membuka usaha kebun kelapa sawit di tengah perkotaan, bukan?

Karena itulah, saya harus tinggal di antara pepohonan kelapa sawit dan hutan belantara sekitarnya. Sedikit menjauh dari keramaian tepatnya. Bersemedi mencari kebahagiaan, dengan bekerja dan berdoa.

Oke. Saya akan bahas satu per satu mengenai suka duka bekerja di remote area. Tidak mudah memang bagi yang sudah berjiwa kekotaan untuk tinggal di tempat terpencil jauh dari keramaian. Banyak hal yang harus dikorbankan dan adaptasi kondisi lingkungan yang terkadang membuat badan panas dingin, dan hati yang kadang gundah gulana. Mendadak terserang 'home sick' dan malarindu.

Bagian Duka

Pertama,Susah Sinyal. Di zaman blogisasi ini, yang namanya sinyal itu semacam kebutuhan tak kasat mata, yang dicari semua orang. Muda tua, laki perempuan, bahkan pengemis sampai pejabat.

*pengalaman melihat pengemis di depan mini market, sudah pakai handphone. Positive thinking aja, mungkin dia sedang butuh pulsa. Karena hidup sekarang ini bukan lagi sandang, pangan dan papan, tapi juga pulsa dan sinyal*

Kebetulan di area kerja saya yang baru ini, sinyal untuk berkomunikasi maupun internet lumayan lancar, walau beberapa spot sinyal pun hilang timbul.
Dan bersyukurnya saya bisa mempublikasikan postingan blog kepada kalian semua.

Dulu, di tempat kerja saya yang lama. Di kantor saja, sinyal tidak ada. Kalau mau telfon minimal pergi ke teras dulu, atau memanfaatkan kabel antena sinyal yang disediakan. Sangat tidak nyaman.

Positifnya kalian bisa fokus dalam bekerja, tidak buka facebook dan sejenisnya. Tapi kalau ada informasi penting, itu bakal menyulitkan untuk menyampaikan dan tersampaikan.

Hidup tanpa sinyal kini bagai taman tak berbunga. Aih.

Saat itu juga kalau saya mau menelfon keluarga di kalimantan, harus cari posisi yang pas. Kadang di meja dapur *serius*, kadang di atas bak sampah depan rumah *duarius* bahkan sambil jalan kaki pergi ninggalin rumah mendekati sinyal terdekat. Ampun deh.

Tapi itulah seni nya, ketika semua dihadapkan dengan keterbatasan, disitulah seseorang diuji ketabahan, kesabaran dan keahliannya. Keahlian? Ya, ahli mencari sinyal.

Akibat fakir sinyal inilah, banyak yang meledek dengan celetukan.

"Beli hape sekalian dengan sinyalnya, dong! Hahahahahha"

Setelah mendengar itu, rasanya mau beli terus pasang  sendiri di samping rumah. Kalau memungkinkan dibuat portabel biar bisa dibawa kemana-mana.

Sinyal, bentukmu gaib. Tapi aku yakin kamu ada. Walau kadang kadang tiada.

Kedua, kebutuhan akan suatu barang atau produk baru sulit ditemui.

Bagi kamu yang tinggal di remote area, kalau mau cari kebutuhan barang. Seakan akan kamu ketinggalan zaman alias gak up to date. Prinsipnya apa yang ada, itulah yangdipakai.

Misal, mungkin kamu ingin mencoba produk shampo terbaru, ternyata yang ada hanyalah shampo yang sudah mainstream di pasaran.
*pengalaman pribadi*

Maka dari itu kalau saya dinas luar, apalagi ke ibukota kabupaten. Saya sempatkan pergi ke alfam*rt untuk sekedar melihat dan membeli produk produk terbaru. Mulai itu jajanan, 

Untungnya Alfam*rt sudah ada, kalau belum entah saya mau cari dimana. Mungkin di pengharapan tak berujung. Tsaah.

Dengan adanya kemajuan transaksi jual beli via internet alias online shopping. Sangat membantu saya mendapatkan barang yang sayang perlukan.

Sudah banyak buku yang yang saya beli buku secara online, juga barang barang elektronik seperti hard disk eksternal, jam tangan, sampai power bank.

Walaupun yang jadi kendala adalah, jasa kurir pengiriman barang tidak mau mengantarkan sampai ke pelosok. Mau tidak mau saya yang mendatangi sendiri ke tempat jasa pengiriman tersebut.

Thanks for who found online shopping system!

Terakhir, Jauh dari Keramaian.
Ya sudah pasti, kalau tinggal tempat terpencil jauh dari keramaian. Jauh dari hiruk pikuk kota. Yang ada hanya suara jangkrik saat malam, desau angin saat siang. Ini terlalu deskripsi yang berlebihan sebenarnya.

Kalau di lingkungan saya tinggal dan bekerja, tetap ramai dengan aktivitas perusahaan. Tapi tetap saja rasanya berbeda.

Semacam tinggal di akuarium besar, dimana kita sehari-harinya berada di dalamnya. Walau sesekali keluar, tapi kita tetap akan kembali lagi ke dalam akuarium tersebut.

Baru tahun baru 2015 inilah, untuk pertama kalinya tidak ada mendengar suara dentuman kembang api, ataupun suara terompet menyebalkan. Betul betul tenang.

Yang paling saya ingat adalah saat terkena serangan vertigo. Saya harus dibawa ke rumah sakit, yang jaraknya 2 jam lebih dari lokasi. Saat itu baru terasa, amat jauh rasanya mencapai lokasi lokasi yang sangat penting di dalam kondisi genting.

Mungkin kalau bagi kalian, menganggap 2 jam itu waktu yang terlalu singkat bagi di kota. Beda halnya di remote area, jarak tempuh di kota dalam 2 jam mungkin hanya bisa mencapai 20 km karena macet dan sebagainya.

Sedangkan disini, dalam waktu 2 jam sudah dapat mencapai hampir 120 km kalau kecepatan kendaraan rata rata 60 km/h tanpa hambatan apapun. Ditambah lagi, pemadangan kiri kanan jalan. Masih banyak hutan daripada perumahan.

"Meramaikan diri itu berbeda dengan saat berada dalam keramaian. Bisa saja kamu sepi saat dalam ramai"
-Doddy R-

Bagian Suka

Pertama, Udara Segar dan Pemandangan Hijau. Setiap harinya disuguhkan dengan udara segar yang dihasilkan dari proses fotosintesis tumbuhan di sekitar tempat saya bekerja. Otomatis, karena yang dikelola pun adalah tanaman hijau alias kelapa sawit sehingga pasokan udara bersih melimpah.

Pemandangan nan hijau, sejauh mata memandang menjadi anugerah terindah yang dapat saya syukuri setiap harinya.

Tidak perlu jauh jauh rekreasi ke alam terbuka untuk menyegarkan mata. Suara burung bersahutan setiap pagi, embun di rerumputan menggelayut membentuk butir indah. Aih betapa indahnya.

Kedua, Tidak banyak godaan belanja. Dengan posisi yang jauh dari pusat kota. Maka angka konsumsi untuk berbelanja jadi berkurang. Kita bisa lebih berhemat dan dialihkan untuk menabung.

Walaupun sebelumnya saya menjelaskan, bahwa agak susah untuk menemukan stok barang yang kita butuhkan. Sedikit banyaknya bisa berpengaruh terhadap keinginan kita menjadi lebih teredam dan lebih memprioritaskan kebutuhan.

Terakhir, Menikmati langit malam. Akhir akhir ini saya sering melakukan hal ini. Memandangi langit malam penuh dengan bintang.

Memerhatikan dengan seksama, ternyata saya baru menyadari bahwa dengan mata telanjang tanpa bantuan alat apapu, saya dapat melihat rasi rasi bintang. Kerlap kerlip tanpa ada yang menutupi, hanya saya dan langit malam. Tidak ada beton beton menjulang. Sungguh indah jika betul betul menyaksikan atap atas segala ada yang dibawahnya ini.

Bumi dan langit.

Seakan-akan ada kehidupan lain di luar sana, dan kita hanya tinggal di satu benda langit diantara petatrilyun benda angkasa di jagat raya ini.

"Malam dan siang itu tidak ada, semua waktu sama. Hanya saja matahari dan bulan saling berkejaran di atas langit"
-Doddy R-

Sebetulnya masih banyak suka duka bekerja di remote area. Namun hanya segelintir saja yang saya ceritakan, agar kalian semua penasaran ingin mencoba dan merasakannya sendiri.

8 komentar:

  1. sangking setress nya mungkin jadi kena vertigo :D haha tapi ya begitulah hidup di remote area. gue belum pernah sih wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap begitulah bro, padat aktivitas kerja, lupa sama kesehatan badan. Nah kalau belum pernah, bisa dicoba bro..

      Hapus
  2. Suka dukanya, sama ada tiga poin. Tetapi lebih banyak celoteh duka. Ya memang, kalau hidup di tempat yang seperti itu harus sabar. :D

    BalasHapus
  3. Lumayan broo pengalaman hidup, mungkin kalo loe udah sukses bakal kerja di tempat keramaian juga kok hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin broo.. Sukses harus dimana saja, bahkan di remote area. Hahahaha

      Hapus
  4. Terus gimana kalau tempatnya gak ada sinyal? Gak bisa online-shopping juga, dong? Haha. Tapi pengalaman-pengalaman begitu berharga banget pasti. Ya gak?

    Btw, baru pertama kali main ke sini, nih. Kita samaan. Sama-sama dari Kalimantan. Huehuehue.

    BalasHapus
  5. ANAK SY SKRG ADA DIREMOT AREA DIKALIMANTAN BARAT, BTW REMORE ARAE JAMBI PERNAH KETEMU BINATANG BUAS?

    BalasHapus