Selamat hari
ke 11 di tahun 2015 para pembaca animan dan budiman
Seperti yang
saya sampaikan pada postingan blog sebelum-sebelumnya, saya membahas tentang
#TravelYear2015 alias Tahun Perjalanan 2015
Secara garis
besar saya ingin di tahun 2015 banyak daerah daerah di Indonesia yang lebih
banyak saya kunjungi. Mewujudkan satu demi satu, cita-cita keliling nusantara.
Akhir pekan
lalu yang lalu, saya berkesempatan untuk liburan ke kota yang identik dengan
Pempek, Jembatan Ampera dan juga Benteng Kuto Besak nya.
Ya apalagi
kalau bukan Palembang, tanah Wong Kito
Galo.
Palembang
merupakan destinasi #TravelYear pertama saya di tahun 2015. Banyak pelajaran
yang bisa saya ambil dari perjalanan menuju kota yang khas dengan Pempek nya
ini.
Pelajaran
pertama adalah Belajar Bersabar. Ya,
sabar. Itu adalah kunci dari segala masalah. Ada pepatah bahwasanya
Manusia hanya bisa berencana Tuhan yang menentukan. Seperti itulah yang saya
alami di liburan pertama saya di tahun 2015 ini. Berawal dari hari Jum’at sore,
saya bersama teman saya sudah bersiap siap untuk berangkat dengan menunggu
jemputan mobil dari agen travel. Seminggu sebelumnya saya sudah memesan
kendaraan travel, semua direncanakan dengan matang. Mulai dari jadwal
keberangkatan dan jadwal pulang. Namun ada kendala saat jadwal keberangkatan.
Travel yang akan kami tumpangi mengalami keterlambatan diluar prediksi. Karena
posisi kami di remote area, kami harus berangkat menuju Kota Jambi terlebih
dahulu sebelum ke Kota Palembang. Mobil yang akan membawa ke Kota Jambi ini,
tidak menjemput kami sesuai dengan pesanan via telfon. Seharusnya dijemput
sekitar jam 5 sore. Ini bahkan sampai pukul setengah 7 malam, kami belum
dijemput juga. Akhirnya kami pergi menumpang kendaraan dari perusahaan yang
sedang mengantar aparat ke kantor polsek. Kami memutuskan untuk membatalkan
travel tersebut, dan memberhentikan mobil di tepi jalan lintas sumatera.
Tiba-tiba muncul lah mobil tumpangan Grand Li*ina yang kebetulan bisa menampung
dua orang yang nyaris ngegembel di tepi jalan ini.
Setelah
berunding, kami pun naik ke mobil mewah tersebut yang sama sekali tidak nyaman
rasanya. Terus terang, kami kebagian di kursi paling belakang yang sempit dan
karena ini tipe mobil rendah sehingga kami duduk dengan amat tidak nyaman. Kaki
tidak leluasa, perut tertekuk. Alhasil, saya langsung mabuk darat. Hoeeek.
Lebih lebih lagi, Air Conditioner tidak
berfungsi dan mengandalkan jendela terbuka. Angin malam masuk, isi perut
keluar. Perfect.
Melihat
waktu dan jarak tempuh yang tidak memungkinkan untuk mencapai jam keberangkatan
travel. Maka dengan berat hati, kami membatalkan mobil travel yang harusnya
kami tumpangi ke Palembang pukul 10 malam. Itu artinya kami harus survive cari
kendaraan dari tepi jalan lagi sesampainya disana. Semangat! Disinilah saya
mendapat pelajaran kedua, bahwa Banyak jalan menuju Roma, Banyak jalan menuju Ampera.
Untungnya saya banyak mendapat masukan dari teman saya.
Yang
saya tak lupakan dari perkataannya adalah “Kan mau backpacker an, harus siap
dong. Anggap semua ini adalah bagian dari perjalanan yang menyenangkan” . Dari
perkataan tersebut saya merasa terpacu untuk menjadi traveler yang tidak mudah
menyerah dan mengganti keluhan menjadi bersyukur. Thanks pak!
Kembali
ke perjalanan menuju kota Jambi
Setengah
perjalanan, terjadi hal yang tidak “diinginkan”. Ada penumpang yang mabuk
darat. Bukan saya, saya mabuk daratnya di perberhentian istirahat. Bodohnya
penumpang tersebut tidak meminta berhenti kepada supir untuk muntah secara
terhormat. Malah dengan gampangnya, mengeluarkan isi perutnya itu melalui
jendela dengan posisi mobil melaju dengan kecepatan penuh. Alhasil, isi
perutnya itu berserakan kemana mana di sisi kanan bagian mobilnya. Sampai
membuat corak di jendela mobil. Gak banget. Kasihannya, teman saya yang tepat
di belakang penumpang tersebut terkena “sedikit” isi perutnya itu. Bukannya
minta maaf, penumpang itu berlagak biasa saja merasa tidak melakukan kesalahan
apa-apa. Kembali ke pelajaran pertama, Bersabar.
Perjalanan
yang pasti dikenang seumur hidup.
Tibanya
kami di Kota Jambi, setengah jam lalu mobil menuju Palembang sudah berangkat,
bus yang hendak kami tumpangi pun sudah berangkat 15 menit sebelum kami sampai.
Ujian. Kami memilih untuk beristirahat di salah satu rumah makan, disitulah ada
abang abang calo yang menawarkan berbagai kendaraan untuk berangkat ke
Palembang. Mulai dari travel pribadi
sampai bus. Kami memilih untuk menggunakan yang ditawarkan abang calo itu, bus
itu sedang melaju dari pekanbaru. Perkiraan sampai ke Kota Jambi adalah jam 3
pagi. Berarti kami terkatung-katung selama 4 jam.
Adek lelah bang...
Anehnya
saya tidak bisa tidur di waktu itu, posisi tidur yang tidak enak dan pikiran
yang tidak tenang menunggu kendaraan. Berkumpul menjadi satu. Ya walaupun
akhirnya saya paksa paksakan untuk memejamkan mata barang satu-dua menit.
Pukul
3.30 pagi
Akhirnya
bus yang membawa mimpi mimpi ini datang. Lagi lagi kami dapat di bangku paling
belakang, itupun kami membayar ke abang calo sesuai harga travel yang akan kami
tumpangi. Padahal kami yakin bahwa harga tiket bus tersebut lebih murah. Tapi
tak apalah, sesekali beramal ke abang calo. Di bus tersebut, saya memasang
headset dan memutar playlist musik. Saya biarkan diri ini pasrah tertidur dari
lelah. Lelah menunggu.
Jam yang tertera tidak sesuai dengan
kenyataan.
Pukul
10.30 tepat saya tiba di Kota Palembang. Turun dari bus, kemudian kami berpisah.
Kalau tujuan saya berlibur, lain dengan teman saya tersebut. Dia ingin
menghadiri acara tujuh bulanan istrinya. Petualangan pun dimulai.
Saya
langsung dihadapkan dengan acara kejar-kejaran moda angkutan Trans Musi. Trans
Musi ini semacam Trans Jakarta, Cuma tidak ada lintasan khususnya. Dan tidak
semua ada halte permanen. Ada yang hanya undakan berubin dengan pegangan dan
pembatas. Dengan harga Rp 6.000 anda dapat berkeliling Palembang dengan nyaman.
Sebetulnya harga karcisnya Rp 5.000 karena menyesuaikan dengan kenaikan harga
BBM mulai per 1 Januari 2015 sehingga naik Rp 1.000,-
Pertama
saya memutuskan untuk check in di Hotel. Kamar hotel saya sudah pesan melalui
Traveloka App. Setelah sampai di hotel, ternyata keterangan dari resepsionis
baru bisa melakukan check-in mulai pukul 2 siang. Akhirnya saya hanya berganti
pakaian dan menitipkan barang di lobby hotel. Langsung menuju destinasi pertama
saya, Cinema 21 di Palembang Square. Ada dua film indonesia yang bagus untuk
ditonton.
Berangkat
dari hotel saya naik bus kota seperti kopaja. Tidak jauh dari jalannya bus saya
kembali turun, ternyata bus saya tumpangi tidak melalui tempat yang saya tuju. Setelah
membayar ongkos Rp 4.000,- kepada kenek bus, saya turun dengan cukup kesal.
Karena saya merasa ditipu, sebelum naik bus tersebut saya sudah bertanya tempat
yang saya tuju, dan si kenek bus mengiyakan. Tapi dengan gaya tidak bersalahnya
ketika di dalam bus, dia bilang bukan naik bus jurusan tersebut. Ah sudahlah.
Seturunnya
dari bus, saya memilih berjalan kaki. Hitung-hitung irit ongkos, dan biar lebih
sehat. Dengan bantuan Google Maps saya mengetik tujuan tempat, dan memulai
navigasi dengan mode jalan kaki.
Jalan kaki biar sehat :)
Kurang
lebih 15 menit berjalan tiba lah saya di Palembang Square, langsung memesan
tiket film. Saya membagi jadwal menonton saya ke dalam dua waktu, siang dan
malam hari. Untuk sore sampai menjelang malamnya sudah saya rencanakan untuk ke
Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak.
Supernova dan Assalamualaikum Beijing,
siap ditonton.
Selesai
menontom film pertama, saya langsung bergegas ke destinasi selanjutnya menggunakan
angkutan umum. Uniknya angkutan umum di Kota Palembang ada dua jenis ada yang
jenis carry seperti angkot kebanyakan, dan ada yang seperti ini.
Angkot Palembang :)
Ongkosnya
sama seperti naik bus tadi yaitu Rp 4.000,- .Nilai plusnya dengan naik angkutan
ini lebih nyaman dan leluasa, saat naik atau menurunkan penumpang dengan tiga
pintu di sisi kiri mobil.
Akhirnya,
setelah perjalanan panjang dan penuh perjuangan. Tibalah di ikon kota
Palembang.
Jembatan
AMPERA!!!!!!
Sore hari, ramai pengunjung
Jembatan
Ampera dibangun pada tahun 1962 dan resmi digunakan pada tahun 1965. Awalnya bagian tengah jembatan bisa diangkat agar tiang kapal yang lewat tidak tersangkut di badan jembatan. Namun sejak tahun 1970, aktivitas turun naik jembatan dihentikan karena dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Ternyata
Jembatan Ampera ini sangat dekat dengan Benteng Kuto Besak kurang lebih 500
meter.
Menurut
Wikipedia, Benteng kuto besak didirikan sebagai bangunan keraton yang ada pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Benteng Kuto Besak sekarang ditempati oleh Komando Daerah Militer Sriwijaya.
Saya
juga mengunjungi Museum Badaruddin, di sisi halaman sebelah kirinya terdapat
Arca Budha. Di samping pintu masuk ada banyak pedagang kaki lima dengan
beraneka khas makanan palembang yang dijajakan. Saya memilih untuk mencoba
Pempek Bakar. Karena sangat jarang ditemui jenis pempek ini daripada jenis
lainnya seperti Kapal Selam, Model, Tekwan atau Lenjer.
Pempek Bakar @Rp 1.500. Yummy!
Setelah
itu saya memutuskan untuk melintasi jembatan Ampera, untuk menghitung
panjangnya secara manual. Tapi sangat disayangkan perjalanan saya melintasi ini
terganggu oleh banyaknya pengendara motor yang melanggar aturan lalu lintas,
mereka dengan mudahnya menggunakan tempat pejalan kaki sebagai jalan motor.
“348 langkah membelah Sungai Musi dari
Atas Jembatan Ampera”
Setelah
cukup lelah berjalan, saya beristirahat untuk makan di fast food franchise yang
ada di dermaga musi. Tujuannya sih bukan hanya makan. Saya sedang menunggu
Ampera di waktu malam. Tepat jam 18.30 saat matahari sudah tenggelam di sisi
musi sebelah barat, langit berubah menjadi gelap. Indahnya Ampera pun terlihat
Setelahnya, saya
sempatkan ke Masjid Agung Palembang untuk menunaikan Sholat Magrib, tentunya di
setiap perjalanan jangan sampai lupa kepada Maha Kuasa ya.
Ada
kotak amal dengan tulisan arab dan tulisan belanda kalau tidak salah yang terletak sisi
belakang mesjid. Tepat di depan gerbang mesjid Agung Palembang ada Air Mancur
yang indah.
Pesona Mesjid Agung Palembang
Bergegas
menuju ke Palembang Square untuk menonton film kedua, sebelum berangkat saya
sempatkan untuk berfoto di Monpera. Monumen penderitaan rakyat yang terletak di
depan Mesjid Agung hanya dibatasi oleh jalan raya. Namun sayang, monumennya
tidak terlalu tampak jelas di malam hari, dan kamera smartphone saya pun kurang
jelas menangkap gambarnya.
MONPERA tampak depan
Pukul
10.30 film kedua yang saya tonton selesai, dan saya belum check in hotel.
Untungnya ada taksi di depan Palembang Square, tidak lebih dari 10 menit saya
sudah sampai ke Tune Hotel.
Hotel
yang cukup nyaman dan bersih untuk harga yang tidak terlalu mahal, kurang dari
Rp 250.000,- anda sudah mendapatkan fasilitas hotel yang selengkap ini
Jam
12 malam saya tidur, mengistirahatkan
segala lelah badan dan pikiran. Satu mimpi telah terwujud, semoga diberikan
kesempatan untuk mewujudkan mimpi #TravelYear2015 selanjutnya, Padang.
Aaaaaaaa menyenangkan sekaaaaliiii. Seruuuu bangeeet sih. Jadi kepengen deh :))
BalasHapusAkhirnya kesampean juga kan Sai 8 tahun kemudian
HapusIya menyenangkan, bisa menjadi salh satu destinasi wisata nusantara.
BalasHapusTerima kasih telah mampir.
Silahkan di view post yang lain ya.
amiiiiin semoga mimpinya segera terwujud iya mas :)
BalasHapus