Sabtu, 23 Januari 2016

Surat Untuk Rali

Ada kalanya aku memilih mengurung diri di kamar, menghindari hingar bingar dunia luar. Hati terkadang ingin memiliki ruang dan waktunya sendiri. "Rali, pria bukan dia saja. Pria di dunia ini bukan Dion saja. You can forget it!" ucapku di depan cermin menguatkan diri.

Dion meninggalkan ceritanya di sepucuk surat yang ditulisnya di atas kertas beraroma khas. Aku menghirupnya dalam-dalam. Ada rindu teramat dalam di setiap gores tulisannya. Hanya lampu meja menemaniku membacanya. Remang jingga. Jendela kamar kubiarkan terbuka. Angin meniupi tirai. Langit betul-betul gelap. Tak ada satu pun benda angkasa yang hadir di sana. Dan aku mulai membacanya.

-----
Dear Rali, pencuri hati.

Apa kabar? Aku tahu kamu akan menjawabnya seraya tertawa. Menganggap basa basi dalam berkirim surat.  Huh, mister-sok-tahu in action, pikirmu.

Kuharap kamu tak lelah menanti. Aku yang tidak pernah bisa pergi menjumpai. Aku yang hanya mengirimi surat tanpa berharap balasan.

Dan aku pun sudah tahu kemana nasib surat ini akan berakhir. Bersemayam bersama surat-surat lain di laci mejamu. Tapi tak apa. Bagiku itu sudah cukup.

Mengamatimu sedang menyirami bunga setiap sore, mengagumi saat kamu meminum teh di teras rumah atau melihat siluet di balik jendela saat senja datang. Itu juga sudah cukup bagiku.

Genap sudah 52 surat. Setahun. Aku tak pernah letih. Sungguh. Walaupun hanya surat ini yang sampai ke tanganmu, tapi aku merasa telah hadir di sana. Bercerita panjang lebar. Aku sudah tak sabar untuk bertemu.

Dion.
Pengagum sejati

------

Aku tidak pernah kenal denganmu sebenarnya, bagaimana parasmu, cara berbicara atau gaya bercanda. Hanya surat-surat yang terus kau kirim dengan aroma kopi yang mendatangiku. Entahlah, bagiku kau terlalu misterius untuk mencuri hatiku. Tapi aku menyukainya.

Sore hari. Di halaman depan rumah, aku tengah menyirami bunga-bunga. Seseorang lelaki memasukkan sesuatu ke dalam kotak suratku. Aku menghampirinya.

"Maaf, kamu siapa?"

"Aku hanya seorang kurir." jawab lelaki bertopi biru tua itu membuang pandangan.

"Kalau boleh tahu, siapa yang pengirim surat-surat yang dikirim ke rumahku setiap akhir pekan?

Ia menggeleng. Lantas pergi terburu-buru. Ada yang janggal dari gerak-geriknya. Aku mengambil selembar amplop beraroma familiar di penciumanku. Dari kau, Dion.

Bergegas aku membereskan perkakas halaman. Dan berlari ke kamar, tak sabar membaca suratmu lagi.

--------
Dear Rali, pencuri hati.

Kau telah melihatku. Kau akan bertanya padaku. Lalu aku pergi.

Dion
Pengagum Sejati.
------

Isinya begitu singkat, kau membuatku bertanya-tanya kebingungan. Aku tak paham apa maksudmu. Hingga aku memutuskan untuk menulis balasannya. Semoga kau membacanya. Lalu aku menaruh ke dalam kotak suratku. Berharap kau mencurinya.

Esok hari. Waktu yang sama. Lelaki bertopi biru kemarin datang kembali. Kali ini dia tidak memasukkan apapun ke kotak surat. Ia hanya berdiri mematung di halaman rumah. Melepaskan topinya. Aku masih tidak mengerti. Ia mengeluarkan surat yang kutuliskan kemarin.

"Salam kenal, Rali."

"Dion?" Aku menerka, mengernyitkan dahi. Setengah tak percaya. Ia tersenyum.

"Jadi selama ini?"

"Ya, aku selalu datang setiap akhir pekan. Memberikan suratku sendiri. Diam-diam. But you know what, satu tahun itu sudah cukup lama membunuhku dengan merindukanmu. Aku tak tahan lagi bersembunyi."

"Mengapa kau tak berani bertemu langsung denganku?"

"Begini saja, mungkin alasan ini terkesan klise buatmu, Rali. Aku hanya ingin tahu. Seandainya nanti kita bertaut dalam sebuah hubungan. Maka aku tahu kamu akan menjaga perasaan dan  kepercayaan pasangan walaupun ia jauh. Tak berjarak. Bahkan kepada orang yang belum bertemu. Bukankah itu hakikat jodoh? Kamu menjaga diri kepada orang yang kau belum tahu dia siapa?"

"Kau jangan terlalu cepat menilai. Bagaimana kau tahu aku juga menyimpan rasa padaku, Mister-Sok-tahu?"

Senja tumpah di langit. Melukis jingga dengan awan-awan tipis. Angin-angin membelai lembut kita berdua.

Dion membacakan isi suratku kemarin dengan lantang. Aku tersipu malu mendengarnya.

-------
Dear Dion, pengagum sejati.

Jika kau benar merindukanku, maka datanglah. Keluarlah dari persembunyianmu.

Rali
Pencuri hati

------

~Doddy R
23.01.2016

6 komentar:

  1. -dr

    *dion-rali eh, doddy rakhmat
    Haha :v


    Cakep Bang!

    BalasHapus
  2. Keren dod ceritanya, terbayang sudah suasana di sekitar sana sangat sejuk seperti pekarangan rumah2 di australia , ada mbak zahida juga :D

    BalasHapus
  3. Keren dod ceritanya, terbayang sudah suasana di sekitar sana sangat sejuk seperti pekarangan rumah2 di australia , ada mbak zahida juga :D

    BalasHapus
  4. Keren dod ceritanya, terbayang sudah suasana di sekitar sana sangat sejuk seperti pekarangan rumah2 di australia , ada mbak zahida juga :D

    BalasHapus
  5. Keren dod ceritanya, terbayang sudah suasana di sekitar sana sangat sejuk seperti pekarangan rumah2 di australia , ada mbak zahida juga :D

    BalasHapus
  6. Keren dod ceritanya, terbayang sudah suasana di sekitar sana sangat sejuk seperti pekarangan rumah2 di australia , ada mbak zahida juga :D

    BalasHapus