Minggu, 07 Desember 2014

Bajak Langit

Gemuruh awan bersama kilatan petir mewarnai perjalanan pesawat Iron Air menuju pulau Batam. Pesawat yang lepas landas dari negeri Jiran tersebut ditumpangi kurang lebih 200 orang dan 8 awak pesawat.

Semua tampak hening. Tidak ada satu pun yang mengeluarkan suara, tiba tiba ada satu orang wanita yang berteriak minta tolong, walaupun sudah tahu tidak ada yang mendengarkan mereka dari atas.

Teriakan itu diakhiri dengan suara letusan senjata api yang ditembak tepat di dada wanita tersebut, sehingga ia jatuh tersungkur. Diiringi dengan jeritan dalam diam penumpang yang lain.

10 orang pemuda memakai kacamata hitam dengan membawa senjata api laras panjang menguasai pesawat yang sedang mengudara.

Pilot dan co pilot yang menghampiri ke dalam lorong pesawat tiba tiba hanya pasrah menjadi tawanan, ikut bergabung dalam ketidakberdayaan.

Pesawat sedang dijalankan dalam mode autopilot. Kejadian itu berlangsung saat sudah seperempat jam pesawat mengudara. Bau anyir darah dari korban tembakan sang Bajak Langit menyerbak ke seluruh pesawat.

Para Bajak langit begitulah orang menyebutnya, sekelompok pria bertopeng setengah muka yang menutupi hidung ke bawah. Bentuk topeng menyeringai penuh dengan kelicikan dan kesadisan.

Mereka biasanya membajak pesawat komersial demi kepentingan pribadi. Banyak kabar angin Bajak Langit dimiliki oleh salah satu negara yang sedang berkonspirasi untuk melahirkan tatanan dunia baru.

Para penumpang sebagian hanya diam meratapi nasib, ada yang sesenggukan menahan tangis, tapi tidak untuk satu orang pemuda yang dari tadi mengawasi pergerakan bajak langit. Dengan sigap, pemuda itu menyergap sang pemimpin komplotan, dan menyandera dengan pistol milik pemimpin komplotan itu.

"Jangan bergerak! Atau kutembak kepalanya ini" ancam Sang Pemuda

Anggota bajak langit lain memilih untuk tidak bergerak tapi tetap mengarahkan senjata ke pemuda tersebut.

"Sekarang, aku minta semuanya buang senjata kalian" pinta pemuda itu.

Sepakat, semua membuang senjata laras panjang itu di selasar pesawat. Dengan keberanian pemuda itu, menyuruh sang pilot kembali mengemudikan pesawat dan segera mendarat di bandara terdekat.

Semua hening, bahkan guncangan akibat melintasi awan pun tak terasa lagi.

Sampai akhirnya Sang Pemuda ini menembakkan pistol ke kepala pemimpin bajak langit. Semua berubah menjadi riuh. Anggota lain yang berusaha mengambil senjata sudah dihabisi dengan pistol pemuda itu.
Tinggallah pemuda ini berdiri seorang diri diantara korban yang berjatuhan. Dengan terengah-engah, dia berkata,
"Aku membunuh mereka bukan karena dendam. Aku membunuh mereka bukan karena benci. Aku membunuh mereka untuk menjawab berbagai macam permasalahan"

Kemudian pemuda itu pergi meninggalkan deretan kursi para penumpang yang tak bergeming.

Memilih duduk di dalam ruang awak kabin, memejamkan matanya dan menikmati perjalanan yang tak akan dilupakannya seumur hidup. Ia hanya perlu berani. Itu saja.

Dengan keberanian, maka akan mengubah suatu keadaan.
Tapi ia merasa khawatir, apakah ia dicap sebagai seorang pahlawan atau tak lebih dari seorang pembunuh bayaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar